-Part 14-

31 3 0
                                    


*
*

Aditsya pikir semesta sedang mengajaknya bercanda. Dan sialnya Aditsya tidak suka cara semesta bercanda. Apa yang lucu dari kembalinya masa lalu dan pengulangan atas kejadian yang pernah terjadi dulu? Sungguh itu sangat tidak lucu.

Tapi sepertinya semesta masih mau bercanda, namun sayangnya Aditsya mulai jengah. Dia tidak ingin dipermainkan bahkan oleh semesta sekali pun.

Mungkin bagi Farrel, Om Arsyad, dan Tante Arini malam ini adalah malam yang membahagiakan karena mereka bisa makan malam dengan Aditsya yang masih setia memasang senyum lebar dengan sesekali mengucapkan kata iya dan tidak. Tapi sungguh berada di sini adalah pesakitan untuk Aditsya yang sudah tidak tahan dengan gelak tawa Farrel yang terus menceritakan kisah masa lalu mereka.

Aditsya berdiri, membuat semua attansi mengarah padanya.

"Om tante, Aditsya ijin ngajak Farrel ngobrol berdua sebentar ya?"

"Kenapa gak ngobrol disini aja sya?"

"Ini bukan soal apa apa kok Tante. Sebentar ya" tanpa mendengar banyak lagi tanya, Aditsya menatap Farrel, mengisyaratkan agar cowok itu mengikutinya.

Tepat tak jauh dari mana makan yang kali ini berada di taman belakang, Aditsya melipat tangan didepan dada, berusaha terlihat tegar walau hatinya menyatu muak. Juga berusaha agar tak goyah saat senyum Farrel masih bertengger manis entah untuk apa.

"Kenapa Sya?"

"Kamu masih tanya kenapa?" Farrel menatap tak mengerti. Dia tak tau kenapa Aditsya.

"Aku muak Rell, aku cape terus terus senyum saat hati aku nangis gara gara inget semua kenangan itu. Tapi bahkan kalian gak ngerti, kalian terus terus bahas itu itu dan itu. Aku cape aku muak. Kamu gak tau betapa aku pengen banget nampar kamu didepan orang tua kamu dan bilang kalau semua cerita tadi bohong, kalau kita di masa lalu gak baik baik aja kalau anak mereka yang mereka bangga banggain sebenernya cowok brengsek dan Bajingan!" Farrel mengusap wajahnya kasar. Berusaha sabar atas sifat Aditsya yang meledak sekarang.

"Sya aku ngerti. Tapi tolong biarin papah mamah tau nya kaya gitu, aku mohon sya. Sebentar lagi sebentar lagi biarin mamah papah bahagia. Biarin kepercayaan mereka tetap utuh. Aku mohon"

"Gampang ya kamu bilang kaya gitu! Apa kamu bilang? Biarin kepercayaan mereka tetap ada dan utuh buat kamu yang bahkan udah ngehancurin kepercayaan aku berkali kali? Enggak! Enggak segampang itu Rell. Sekarang aku bakal bilang sama mamah papah kamu. Kalo anak semata wayang mereka bukan anak baik baik. Bukan cowok baik seperti yang mereka pikir."

Aditsya baru saja hendak berbalik dan berlalu pergi sebelum pandangannya terpusat pada dua orang yang tak lain dan tak bukan adalah kedua orang tua Farrel, yang sekarang ikut terkejut dengan kehadiran orang tuanya.

Mendekati kedua orang tuanya Farrel berusaha untuk menjelaskan namun tangan Arsyad yang terangkat membuatnya seketika berhenti berucap.
Menatap Aditsya, Arsyad meminta penjelasan atas apa yang dia dengar bersama istrinya barusan, barusan saat dirinya juga Arini ingin memasuki rumah.

"Aditsya tau ini gak pantes buat Aditsya ucapin sama kalian dalam kondisi kaya gini. Tapi Aditsya cape, Aditsya udah gak bisa nahan semua ini. Dia anak kalian yang kalian bangga banggain, anak kalian satu satunya yang kalian bilang kebanggaan kalian. Dia sebenarnya Bajingan yang udah ngerusak kepercayaan aku, ngambil keperawanan aku. Dan ninggalin aku tanpa salah dan lebih parahnya lagi kalian tau apa?" Aditsya menjeda kalimatnya. Menatap Arsyad juga Arini yang sudah meneteskan air mata secara bergantian.

"Dia, anak kalian yang kalian bangga banggain itu dia udah jadiin aku sebagai taruhan demi tiga buah mobil sport yang gak seberapa harganya buat aku! Dan kalian masih bisa bilang kalau anak kalian adalah anak yang baik? Aku gak tau dimana letak baik dia" mengusap air mata yang menetes secara kasar Aditsya mengangguk pelan.

"Om Arsyad aku minta maaf, aku gak bisa lebih lama di sini. Tante Arini aku pamit pulang" Aditsya segera beranjak, mengambil slim bag nya dan berlalu pergi meninggalkan rumah yang serasa seperti neraka untuknya.

Sungguh dia masih ingat saat saat bodoh pertama kali dia datang ke rumah itu hanya untuk menyerahkan keprawanannya untuk Farrel dengan harapan agar cowok itu bisa menerima nya sepenuh hati dan menjadikannya satu satunya wanita yang cowok itu cinta. Tapi bodoh! Dia memang bodoh!

"Non Aditsya kenapa? Kok keluar dari rumah temennya nangis?" Menggeleng Aditsya berusaha untuk tetep tersenyum pada pak dimo yang menunggunya sejak tadi.

"Gak papa pak. Ayo pulang, Aditsya udah selesai disini" pak dimo mengangguk, membukakan pintu belakang membiarkan Aditsya masuk dengan aman, sebelum dirinya memutari kap mobil dan masuk ke dalam mobil.

Sementara masih di taman belakang, Arsyad menatap Farrel tajam. Menuntut penjelasan dari anak semata wayangnya yang sangat dia banggakan.

"Jelasin semuanya Farrel Arsyad!" Farrel memantapkan hatinya. Semuanya sudah hancur. Kepercayaan kedua orang tuanya juga Aditsya sudah hancur lebur sekarang. Dan kini mungkin sudah saatnya dia menceritakan semuanya. Membakar kepingaan hati yang hancur milik kedua orang tuanya menjadi abu.

"Apa yang Aditsya bilang bener pah, mah"



*

*

______

See you!

Past | Na Jaemin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang