"Bi ini mau kemana sih muter-muter doang perasaan" Tanya Lia yang merasa Bian hanya mengajaknya muter-muter saja.
"Kemana-mana hatiku senang Li." Jawab Bian asal yang masih fokus dengan jalan di depannya.
"Yang bener. Lo mah kalau muter-muter doang mending anterin balik deh." Keluh Lia
"Bentar lagi nyampe." Kata Bian singkat.
Tapi sudah hampir 15 menit Lia dan Bian belum sampai ditujuan.
"Lo boong ya katanya bentar lagi nyampe, ini 15 menit ga nyampe-nyampe." Lia yang sudah cape pun mulai mengomel pada Bian.
Tidak lama motor pun berhenti di daerah yang belum pernah Lia datangi. Tempatnya asri, Lia terpukau dengan tempat tersebut. Hijau segar tidak ada asap kendaraan maupun asap rokok, Lia menyukainya.
"Ayo turun, tadi ngomel sekarang diem kaya patung." Bian melihat Lia yang diam dengan melihat keadaan sekitar. Ada sedikit rasa senang melihat Lia yang sepertinya suka dengan tempat tersebut.
"Eh iya iya bentar." Lia pun turun dari motor dan hampir saja pergi namun secepat mungkin ditarik oleh Bian.
"Helm lo lepas anjir, mau perang lo?" Bian langsung melepas helm yang dipakai oleh Lia.
"Eh iya iya."
"Lo pilih tempat duduk sana, gue mau beli minum sama jajan." Kata Bian yang langsung pergi meninggalkan Lia.
Lia pun memilih tempat duduk yang menurutnya nyaman.
"Anteng banget calon ngeliatin pemandangannya." Kata Bian yang datang membawa dua minuman kemasan dan ciki kesukaan Lia.
"Calon-calon ngasal banget tu mulut."
"Nih minum gue tau lo haus kan pasti. Eh lo mau mie instan ga?"
"Makasih. Ntar aja gue belum pengen." Kata Lia yang mengambil minum lalu fokus kembali ke pemandangan di depannya.
"Kok lo tau ini tempat duduk gue biasanya?" Tanya Bian untuk mencairkan suasana.
"Gue gatau, cuma menurut gue tempat ini yang bagus buat liat viewnya."
"Oh lo suka liat yang ijo-ijo begini?"
"Bisa dibilang gitu." Jawab Lia yang kemudian berusaha membuka tutup botol minumannya.
Bian yang melihat itu langsung mengambil botol tersebut kemudian membukanya.
"Tinggal minta tolong bukain aja susah banget." Kata Bian yang kemudian memberikan botol yang sudah ia buka.
"Ga enak sama lo udah ngerepotin." Lia pun mengambil botol tersebut dan meminumnya.
"Gaya banget, kan nanti gue jadi pacar lo yang bisa lo repotin." Kata Bian dengan diakhiri senyuman.
"Dih kaya mau aja gue sama lo."
"Mau lah pasti, Bian gitu."
Bian pun menatap Lia dengan begitu dalam. Rasanya senang sekali melihat Lia dengan jarak sedekat ini. Apalagi tanpa perusuh seperti Chandra dan Haje.
"Ngapain lo liat-liat?" Tanya Lia.
"Gapapa, lo cantik kalau lagi diem gitu."
"Emang cantik gue kan cewe." Jawab Lia.
Sedikit merasa aneh, biasanya jika Rigel memujinya ia akan merasa ada kupu-kupu terbang di perutnya atau mungkin semburat merah di pipinya akan keluar. Namun, jika Bian yang memujinya kenapa rasanya biasa saja tidak ada rasa seperti ia dipuji oleh Rigel.
Ah lagi-lagi ia mengingat pemuda itu, Rigelion.
Bagaimana sekarang kabarnya? Biasanya ia akan berbalas pesan dengan Rigel. Namun sekarang? Sudah lah mengingat Rigel membuatnya sedih. Ia tidak ingin merusak rasa senangnya melihat hal di depannya.
Shintia
Oh ini cewenya Varo?
Atau mungkin pelampiasannya? wkw

KAMU SEDANG MEMBACA
VIRTUAL •END✓
Fiksi PenggemarBerkenalan dengan seseorang dari sosial media? Hal apa yang dapat kamu harapkan? Memiliki kisah percintaan seperti cerita fiksi? Atau malah cerita buatan yang merujuk pada kebohongan untuk menarik hati lawannya. #1 Jenlia #1 Lia (27 November 2022)