10.

350 46 0
                                        

"Loh Lia katanya sama abang kok bawa motor sendiri?" Tanya Bian yang saat itu tidak sengaja bertemu dengan Lia yang sedang memakirkan motornya.

'Mampus kok ketemu sih' batin Lia

"Em tadi abang tiba-tiba ada urusan jadi harus berangkat sendiri hehe." Jawabnya yang tentu saja berbohong karena memang abangnya tidak ada urusan hanya rebahan saja di rumah cuma ya karena tidak mau berangkat bersama Bian jadi berbohong.

"Oh kaya gitu. Tapi lo bukannya ngehindar kan karena gamau berangkat sama gue?"

Lia yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung berhenti berjalan. Awalnya ia ingin segera keluar dari tempat parkir sekolahnya ini tapi karena pertanyaan Bian membuatnya langsung berhenti.

"Lia kok berhenti? Beneran ya lo ngehindar dari gue?"

Lia langsung membalikkan badannya dan menghadap ke arah Bian.

"Bi bukannya gue mau ngehindar tapi gue gaenak kalau harus berangkat atau dianterin sama lo. Kita baru kenal dan kayanya gaenak kalau gue harus nebeng atau dianter sama lo." Jelasnya dengan menatap Bian terang-terangan.

"Mungkin gue harus bilang sekarang Bi. Jujur kalau misalkan lo mau ngedeketin gue, gue gatau bakal bisa atau engga buka hati buat lo. Gue masih ada trauma dan ya gue lagi suka orang di virtual." Katanya yang langsung meninggalkan Bian setelah mengatakan hal itu.

Jawaban Lia bukannya membuat Bian sakit hati atau mundur. Melainkan ia semakin yakin bahwa pilihannya mendekati Lia bukan lah pilihan yang salah. Bian semakin bertekad untuk mendekati Lia.

Bian pun mengejar Lia yang sudah keluar dari area parkir.

"Lia."

Lia merasakan tarikan pada pergelangan tangannya. Ternyata itu ulah Bian yang menarik tangannya agar berhenti berjalan dan menghadapnya.

"Lia gue tau lo masih trauma dan lebih memilih buat suka sama cowo virtual. Tapi... Tapi izinin gue buat pelan-pelan ngebuka hati lo ke gue, dan ngehilangin trauma dari masa lalu lo." Jelas Bian dengan nafas yang masih diatur karena berlari tadi.

"Terserah, tapi kalau emang hal itu susah gue harap lo nyari cewe lain yang lebih normal dibanding gue."

"Gue akan usaha dan gue yakin kalau gue bisa buka hati lo dan ilangin traumanya." Kata Bian dengan menatap mata Lia yang menunjukkan ada kesungguhan di mata itu.

"Widih masih morning nih guys tapi udah pegangan tangan dan saling menatap masa depan." Goda Chandra yang langsung membuat Lia melepaskan cekalan tangan Bian.

"Lo sih Chan berisik banget kaya knalpot motor embrem jadi di lepas kan gandengannya." Kata Haje yang langsung menabok punggung Chandra.

"Bi, Chan, Haje, Elang, Rendika gue duluan ya." Kata Lia yang langsung pergi meninggalkan mereka berlima. Lia sudah mulai jengah mendengar godaan dari teman-temannya.

Haje, Elang, Rendika dan Chandra pun mendekati Bian.

"Gimana brother lancar jaya tanpa kendala?" Tanya Haje dengan percaya diri tinggi ditambah senyuman dan alisnya yang naik turun.

"Dia masih trauma ditambah malah suka cowo virtual."

"Ha? modelan Lia demen cowo virtual?" Tanya  Chandra yang menampilkan raut wajah terkejut.

"Iya, gue gatau cowo kaya gimana yang bisa bikin Lia suka."

"Yang jelas dia lebih perhatian dari orang-orang di dunia nyata." Kata Elang singkat.

VIRTUAL •END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang