29.

268 31 0
                                    

Varo

Saat sampai di rumah pun ia masih memikirkan sosok nama itu. Apakah ia merupakan seseorang yang selama ini berbalas pesan dengannya? Seseorang yang telah membuatnya nyaman tanpa harus bertemu?

Lia tidak tenang memikirkan hal itu, ia penasaran siapa Varo? Apakah orang yang sama atau bukan.

"Apa Varo yang itu? Ah tapi ga mungkin ada banyak Varo di Indonesia dan ga mungkin dia orang yang sama." Kata Lia yang mulai memikirkan "Varo".

"Tapi kalau misalkan dia Varo yang pernah deket sama gue, gue harus gimana?"

"Apasih ngapain gue ngarep itu Varo yang deket sama gue. Lagian kalau pun bener, dia udah balikan sama mantannya ngapain gue ngarep."

"Tapi gue sakit hati anjir ngapain lo mainin perasaan cewe, segala ngeposesifin gue lagi udah kaya cewenya. Ehh tau-tau balikan emang kampret cowo modelan Rigelion."

"Kayanya gue harus ikut kumpul sama anak-anak biar bisa mastiin dia Varo alias Rigelion apa bukan, untung waktu itu mantannya sempet ngespill namanya jadi gue bisa tau."

Pas sekali saat itu Bian juga mengirimi Lia pesan untuk berangkat bersama ke Caffe yang telah mereka sepakati untuk keluar.

Esok harinya, Bian sudah siap di depan rumah Lia dengan style rapi andalan Bian yang dapat memikat siapa saja.

"Selamat pagi tuan putri." Kata Bian menyambut Lia dengan ramah dan senyum manisnya.

"Hahaha apasih Bian dikira apaan segala selamat pagi." Tawa Lia pun keluar karena ulah Bian.

"Ya gapapa kan lo emang tuan putri, itung-itung gue naikin mood lo lah."

"Makasih ya Bian." Jawab Lia disertai senyuman manis, yang baru ini Bian liat.

"Aduh mampus jantung gue, wah bahaya banget emang lo Lia kalau senyum. Bentar-bentar gue masih lemes." Kata Bian yang langsung duduk di jok motornya karena katanya lemas melihat senyuman Lia.

"Hahaha Bian lo jangan alay deh." Lagi tawa Lia pun keluar.

"Lia beneran gue ga boong, ah gila efek senyuman lo segede ini ternyata."

"Anjir udah ih ntar telat dimarahin anak-anak." Kata Lia

"Ehh iya-iya kita berangkat sekarang." Akhirnya Lia dan Bian pun berangkat ke Caffe tempat mereka dan anak-anak yang lain kumpul.

Dalam perjalanan Lia menenangkan hatinya untuk bertemu dengan "Varo", semoga apa yang dia bayangkan tidak lah sungguhan. Semoga dia Varo yang lain bukan Rigelion.

"Lo degdegan ga Li mau ketemu saudaranya Elang?" Tanya Bian tiba-tiba.

"Engga, biasa aja lo degdegan emang?" Bohong, tentu saja Lia degdegan ia saat akan bertemu saudara Elang. Karena itu adalah moment penentuan apakah Varo itu yang ia kenal.

"Gue degdegan masa, takut ntar dia gimana gitu  sama gue."

"Ada aja anjir, lo kan gampang deket sama orang masa gitu doang degdegan."

Tak terasa mereka sudah sampai di Caffe tempat mereka janjian. Jantung Lia semakin beradu dengan kencang. Terutama saat melihat punggung pemuda  yang tidak pernah ia temui.

"Semoga bukan." -batin Lia.

"Nah itu Lia udah dateng." Kata Klara yang melihat kedatangan Lia.

"Lia sini, ayo kenalan ganteng gil-AW sakit Haje." Keluh Catty yang mendapat jitakan dari pacarnya.

"Makanya gausa genit."

Lia pun menghampiri meja teman-temannya, dan ya ini lah saatnya ia pun bisa melihat wajah pemuda yang memiliki nama Varo tersebut.

Lia pun mengulurkan tangan dan disambut oleh pemuda tersebut.

"Elvaro Rigelion." Mata Lia sedikit melotot dan langsung dengan cepat menormalkan ekspresinya.

"Aurillia Danica." Dengan sedikit menekankan nama belakangnya yang sukses membuat lelaki bernama Varo itu kaget.

VIRTUAL •END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang