"Aku mencintai (name)... "-Ace
"Tidak....., itu bukan cinta melainkan sebuah obsesi"-Sabo
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Sabo menghela nafas lesu melihat Ace yang sedang melamun menatap kosong kearah jendela sambil menopang dagunya, tidak seperti biasanya. Dengan perlahan Sabo mencoba untuk mendekati nya tanpa membuatnya merasa terusik.
"Kenapa Ace? Kau sedang memikirkan apa sampai serius begitu?" Sabo mulai mengawali topik pembicaraan diantara mereka berdua dengan sebuah pertanyaan kecil.
Melihat Ace yang terdiam cukup lama, tanpa niatan untuk menjawab pertanyaan nya. membuat si laki-laki berambut pirang itu mulai penasaran dengan apa yang terjadi padanya.
Sabo ikut menopang dagunya menggunakan tangan kanannya, sementara di tangan kiri dia memegang secangkir kopi hangat. Ikut menatap ke luar jendela memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang kesana-kemari.
"Aku.... -" tepat setelah Ace angkat suara. Sabo langsung menolehkan dirinya ke samping Ace, terlihat begitu tertarik untuk mendengarkan ceritanya.
"Aku-... Tadi malam aku... Ketahuan saat sedang mengawasi (name) di kamarnya, dia berteriak marah dan langsung mengusirku" Ace berucap dengan menundukkan pandangannya kebawah.
Terlihat begitu sedih dan juga sangat putus asa. Sabo hanya bisa tersenyum kecil sambil menepuk-nepuk bahunya pelan, bagaimanapun juga perbuatan Ace sangat meresahkan dan tidak patut dicontoh.
Tapi sebanyak apapun dia melarangnya dan memberikan penjelasan kearahnya dia tetap tidak akan mendengarkan ucapannya.Dia selalu membantah semua perkataan Sabo dan akan semakin menggila setelahnya. Tidak banyak yang bisa Sabo lakukan untuk menghentikan kebiasaan buruk Ace.
Pernah beberapa kali dia membujuk Ace untuk pergi berkonsultasi ke seorangan psikolog, tapi entah dengan cara apa dia langsung menghilang dengan cepat tanpa sepengetahuannya.
"Aku tidak gila Sabo! Kenapa kau selalu berusaha membawa ku pergi ke tempat itu?" Lagi lagi sabo menghela nafas lesu. Mengingat perkataan Ace beberapa waktu lalu saat dirinya hendak dibawa ke seorang psikolog kenalan nya.
"Kau pikir obsesi pada seorang wanita itu tidak gila apa?" Sabo bermonolog sendiri didalam hati.
Kembali menerawang jauh di dalam pikirannya, dia berusaha mengingat kembali apa saja yang sudah saudara laki-laki nya itu perbuat.
Dari mengoleksi foto-foto gadis bernama (name). mengirimkan beberapa hadiah ke apartemen gadis itu bahkan memasang beberapa kamera tersembunyi di seluruh ruangannya. Dan lebih buruk nya lagi dia pernah mendengar secara langsung dari mulut Ace, di hari hari tertentu Ace pernah bersembunyi di rumah gadis itu tanpa diketahui oleh siapapun termasuk sang pemilik rumah sendiri.
Mengawasinya dari jarak yang cukup dekat dan gilanya lagi Ace seringkali merasa sangat terangsang begitu berdekatan dengannya.
Dan tak hanya itu kerap kali Sabo mendapatkan beberapa pasien dengan laporan luka yang cukup serius, dari luka pukulan yang tidak terlalu serius hingga beberapa luka yang mulai mengancam nyawa pasiennya. Para polisi menemukan mereka yang dalam keadaan seperti ini di sebuah gang yang cukup sepi.
Biasanya mereka ditemukan di malam hari, dilihat dari bekas pukulannya sendiri Sabo sangat tahu ulah siapa ini."Mengatasnamakan semua perbuatan bodoh mu dengan 'cinta' terdengar sangat gila-"
"Sebenarnya apa cinta itu benar-benar ada? Ataukah cinta itu tercipta karena adanya nafsu? Ataukah hanya permainan hormon?" Sabo mulai merenung kembali untuk mendapatkan jawaban dari segala pertanyaannya.
"Jika cinta bisa melukai seseorang, apa berarti cinta juga bisa menyembuhkan orang itu?" Sabo kembali bermonolog.
Mencintai seorang gadis yang sudah memiliki hubungan dalam waktu yang singkat. Apa Ace benar-benar mencintai gadis itu ataukah dia hanya ingin bermain-main saja dengan nya?
Dilihat dari sikapnya yang mulai tidak rasional. Orang yang terobsesi akan mudah sekali terpancing emosi karena tidak bisa berbincang dengan nya. Sangat tidak tahan dengan jarak yang memisahkan mereka. orang yang terobsesi cenderung lebih sering memiliki rasa cemas dan kecurigaan yang begitu besar. Berbanding terbalik dengan cinta yang penuh dengan kepercayaan.
Meskipun berbincang sepanjang siang dan malam dengan pasangan adalah hal yang wajar, namun jika dia tidak bisa memberimu jarak sedikitpun, ini bisa disebut sebagai obsesi.
Sabo ingat betul betapa gilanya Ace hari itu, saat dirinya mulai tidak bisa mengontrol diri untuk segera melihat gadis itu.Selalu dihantui rasa cemas dan cemburu dengan siapa dia pergi dan di mana dia berada. Rasa cemburu nya akan semakin besar ketika gadis itu berdekatan dengan orang lain.
Mengklaim bahwa (name) adalah miliknya seorang!"Memaksakan persetujuan itu sudah masuk kedalam hubungan yang tidak sehat, uhm... Sebenarnya hubungan mereka memang tidak sehat sejak awal sihh"-batin Sabo.
"Ketika Ace dikendalikan oleh hasratnya, itu benar-benar lebih merupakan obsesi" Dia melupakan kehidupan sebelumnya, dan beralih fokus padamu.
Pada dasarnya, kamu akan menjadi pusat alam semestanya.Obsesi hanya datang dari rasa cemas, sementara cinta akan hadir secara alami.
"Hey sabo" Sabo tersentak sesaat mendengar panggilan Ace.
"Ya?" Sabo mencoba untuk menjawab panggilannya se normal mungkin.
"Kau.... Sedang tidak memikirkan cara untuk menjauhkan ku dari (name) kan?" Ace berucap dengan pelan.
Dengan wajah datarnya dan tatapan penuh menyelidik dia layangkan kearah laki-laki pirang itu. Memberinya tatapan yang sedikit tidak menyenangkan dalam waktu yang cukup lama.
"Uhmm... Entahlah" Sabo menjawabnya sambil melirik kearah lain. Berusaha untuk tidak bersitatap dengan nya.
"Kalau kau lakukan itu... Kubunuh kau-"
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Portgas D Ace one-shot story.
Historia Cortakumpulan cerita pendek Portgas D Ace. author gamon berbulan-bulan gara-gara dia jadi donat;) buat menghibur diri dan mengenang babang Ace author putuskan buat cerita ini aja dahh ehehehe. teruntuk semua istri Ace semangat gamonnya ya:) #hiatus#