19. a ship on fire (SABO)

156 16 0
                                    

https://pin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

https://pin.it/q7sfkmZ

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Apa kau tidak takut?" laki-laki berambut pirang mulai mengarahkan kedua manik matanya, menatap seorang gadis berparas ayu di hadapan nya.

"Ha?" gadis itu merespon dengan wajah kebingungan. Menatap penuh tanya kearah laki-laki berkemeja gelap itu.

"Apa kau tidak takut melihat sebagian tubuh ku dipenuhi luka bakar seperti ini? Tidak kah aku terlihat seperti seorang monster buruk rupa?" laki-laki itu kembali melontarkan sebuah pertanyaan kepada sang gadis.

"Fufufu... Tidak Sabo-kun, kau adalah pria paling tampan yang pernah aku temui selain itu kau juga orang yang baik dan sangat kuat" gadis itu menjawabnya dengan jujur.

Sabo terdiam sesaat. Menikmati sentuhan lembut disetiap punggung dan dada kekarnya. Membiarkan kedua tangan lentik gadis itu bermain-main dengan sepuasnya disana, meraba bekas luka bakar yang begitu mengerikan tanpa rasa takut dan jijik sedikitpun.

Tak lama setelahnya dapat sabo rasakan, tubuh dingin gadis itu menempel di punggung nya yang setengah terbalut kemeja. Dia menyandarkan dirinya di punggung Sabo dengan melingkarkan kedua lengannya di perut berotot nya.
Menghirup aroma maskulin yang menguar dari laki-laki itu.

"Apa kau tidak suka sentuhan dariku, Sabo-kun? Jika tidak suka aku akan segera menghentikannya" gadis itu bertanya dengan suara lembutnya.
Suara yang begitu halus dan begitu menenangkan siapa saja yang mendengarnya.

"Aku menyukainya... Jangan berhenti (name)" sang gadis yang dipanggil dengan nama (name) semakin menyunggingkan senyuman dari balik punggung laki-laki itu.

(Name) yang semula nya sibuk memainkan kedua tangan nya di tubuh setengah telanjang milik Sabo. Mendadak jadi terhenti begitu melihat laki-laki berambut pirang yang sedang di peluknya terlihat sedikit meringis sambil memegang kepalanya dengan erat.

"Sabo apa kau baik-baik saja? Ah aku akan segera menutup jendela kamarnya, segera pakai kemeja mu kembali" (name) langsung bergegas berlari menutup jendela besar yang ada dikamar sabo.

Membiarkan rambut panjang nya yang tergerai melambai-lambai tertiup angin. Bau harum khas bunga langsung menyeruak masuk kedalam indera penciuman Sabo, mau tak mau membuat laki-laki itu semakin sakit kepala dibuat nya.
Sedikit konyol rasanya melihat orang nomor dua di pasukan revolusioner mendadak jadi pusing berat seperti ini, hanya karena sebuah angin malam dan bau bunga yang memenuhi kamarnya.

Sabo tak menghiraukan perintah (name) untuk segera memakai kemejanya kembali. Dia malah berdiri dengan sempoyongan dan berjalan untuk menangkap tubuh kecil (name). Menahan nya diantara tubuh kekar dan dinding kamarnya.

"Katakan padaku-" nafas Sabo mulai memburu. Dia sedikit gemetaran dan berkeringat dingin saat kedua matanya bersitatap langsung dengan kedua manik mata pucat milik (name).

Terlihat kosong namun begitu indah disaat bersamaan. Sabo menyukainya tapi disatu sisi mata itu terlihat sangat menyeramkan dengan sejuta misteri yang tersembunyi didalamnya.
Bagaimana bisa ada mata yang seindah ini? Terlihat begitu cantik ketika dipadukan dengan pahatan Tuhan yang begitu sempurna.

"Siapa kau sebenarnya?" Sabo menatap tajam kearah (name) berusaha membuat gadis itu merasa terintimidasi dengan tatapannya.

"Kenapa kau selalu datang didalam mimpi ku? Siapa kau sebenarnya, (name)?" Sabo bertanya sekali lagi kearahnya.

Menaikkan sudut bibirnya keatas. Gadis itu langsung mengalungkan kedua lengannya ke leher kokoh milik sabo, memberikannya pelukan  yang begitu dingin.
Membuat sang empu merasa ngeri dibuat nya, dan ini mengingatkan nya dengan sesuatu yang begitu tidak ingin ia ingat lagi.

Saat dimana dirinya tenggelam ke dasar laut setelah kapal yang dinaiki nya tertembak meriam dua kali. Benar! Pelukan yang (name) berikan saat ini sama seperti waktu itu.
Seperti dipeluk oleh malaikat kematian.

Dingin dan juga sesak....

Semakin menariknya kedalam dasar laut yang begitu gelap.

/BLUPP...BLUPP.../

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"SABO-KUN!!"

Sabo terkejut bukan main, dia langsung membuka kelopak matanya dengan cepat setelah mendapatkan teriakan dari sang teman wanita nya.

"SABO-KUN!! HUHUU....KAU BIKIN KHAWATIR SAJA HIKS" Koala tidak berhenti terisak sambil memukul mukul dada sabo. Menatap nya penuh khawatir.

"Apa?" Sabo bertanya dengan wajah kebingungan. Menatap penuh tanya kearah Hack yang sedang duduk disamping koala.

"Kami tak sengaja mendengar keributan dari luar kamarmu, kami pikir kau sedang mengigau tapi semakin lama teriakan mu semakin menjadi-jadi. Kau seperti sedang kerasukan makanya kami begitu khawatir... " Hack menjelaskan nya dengan sesingkat mungkin.

"Aku? Mengigau?" Sabo mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Terdengar aneh padahal sebelumnya dia tidak pernah mengigau sama sekali, kenapa sekarang dia dituduh sedang mengigau?

/WUSSHHH...../

Sabo dan Hack langsung menoleh jendela kamar sabo yang terbuka lebar. Membuat angin malam yang cukup kencang masuk kedalam kamarnya, dan membuat beberapa kertas yang ada di meja kerjanya beterbangan dan jatuh ke lantai.

"Sepertinya ada yang ku lewatkan saat insiden terbakar nya kapal yang ku naiki dulu... Tapi apa? Aku tidak bisa mengingatnya... "Batin sabo.

"Sabo-kun apa yang kau pikirkan?" koala bertanya dengan mata sembab.

"(Name)..... "Sabo bergumam pelan.

"(Name)? Siapa?" Hack dan koala bertanya dengan penasaran.

"Sepertinya dia gadis yang terlibat insiden terbakarnya kapal ku saat itu... Kurasa... -"











END

Portgas D Ace one-shot story. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang