05.

160 23 0
                                    

*nggak minta yang aneh-aneh kok, cuma minta vote. Vote kalian sangat berharga bagi kami. Itu adalah sumber semangat kami. Hargai karya kami.

Sesampainya di rumah Zerio langsung masuk kedalam kamar. Zerio melempar tas nya dan langsung merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur kingsize miliknya.

" Zavier bangsat. Kenapa harus gue sih yang jadi ketua geng lo"

"Lo kira lo doang yang takut mati ninggalin mereka. Gue juga sama! Kalo gini gue jadi takut mati dan ninggalin tanggung jawab gue sebagai ketua"

"Arghhh" Zerio mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan.

Merasa ngantuk akhirnya Zerio tertidur. Saat bangun Zerio melirik jam dan jam sudah menunjukan pukul tujuh Zerio segera berdiri berjalan mengambil handuk di balkon kamarnya dan bergegas menuju kamar mandi.

Setelah mandi Zerio dan berganti baju. Zerio langsung turun dengan menggunakan celana trening dan kaos putih menuju meja makan untuk makan malam bersama keluarga.

"Sayang sini duduk" Zerio menuruti dan duduk di tempat yang biasa ia duduki.

"Kak Marvel kemana mah" tanya Zerio karena tidak melihat keberadaan Marvel di meja makan.

"Kaka kamu nginep di apart nya Rey" jawab Elena. Zerio mengangguk dan mulai menyantap masakan Mama nya.

"Kamu sakit ?" Tanya Elena tiba-tiba, Zerio menoleh lalu menggeleng. "Muka kamu pucat banget". Elena mengelus rambut hitam anaknya.

"Papa pulang". Elena berdiri dari duduknya untuk menyambut sang suami pulang setelah bekerja.

Mendengar suara langkah kaki menuju meja makan Zerio menoleh ia menyambut Papa nya lalu mencium tangan Papanya sebagai tanda hormat.

"Marvel kemana ?". Tanya Aryandi setelah minum air putih yang disiapkan Elena.

"Nginap di apartemen nya Ray, katanya ada tugas tambahan dari kampus". Jawab Elena. Aryandi mengangguk.

"Muka kamu kenapa pucat banget Zer?" Aryandi menyadari wajah anaknya yang pucat.

"Nggak papa ko, kecapean mungkin". Jawab Zerio.

"Yakin ?". Zerio mengangguk. "Kakak kamu bilang kamu kambuh lagi". Seketika Zerio diam menghentikan makanya.

"Kak Marvel sialan". Batin Zerio

Elena yang duduk di samping Zerio menoleh dan memegang tangannya. "Kenapa sayang ? Ada masalah ?" Tanya Elena pelan.

Zerio terdiam, ia tak mungkin memberitahu Papa dan Mamanya jika sekarang ia menjadi ketua geng di sekolahnya. Itu akan membuat mereka marah dan khawatir.

"Di sekolah ramai Ma, mereka juga ribut Rio kadang kaget karena teriak yang tiba-tiba". Ujarnya, soal ini ia tak berbohong. Sudah dua kali ia kambuh di sekolah dan itu semua karena terkejut.

Keduanya menghela nafas pelan, benar juga apa yang di katakan anaknya sekolah bukan tempat yang tenang, tapi bagaimana pun mereka tetap khawatir dengan keadaan Zerio.

"Kamu Istirahat aja ya?". Zerio mengangguk dan berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai dua.

Elena menoleh pada suaminya yang sama-sama diam.

"Pa, gimana kalau Zerio homeschooling aja ? Mama nggak tega liat nya". Ucap Elena sedih.

Aryandi mengusap punggung tangan istrinya. "Mama yakin Zerio akan mau ?" Elena terdiam. "Papa juga maunya seperti itu, tapi Zerio juga perlu dunia luar, sayang. Kita biarkan Zerio sekolah tapi harus dengan pengawasan kita juga". Aryandi mencoba memberi keyakinan pada istrinya. "Jangan terlalu khawatir, anak kita kuat". Aryandi tersenyum, Elena hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

ZERIO || JENO NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang