39- Maaf dan selamat jalan

27.6K 2.4K 252
                                    

"Terima kasih, luka ini terlalu berharga untuk kulupa. Kusimpan dalam pojok ruang hatiku, agar aku bisa menjenguknya sewaktu-waktu."

"Jadi semuanya ikut nganter ke bandara?" Kara bertanya sambil mengaduk kopi hitam milik suaminya. Tumben pagi-pagi sudah minta kopi, padahal biasanya minum susu coklat.

Dari meja makan, Haikala tampak duduk tenang sambil mengigit sepotong roti bakar dengan selai stroberi, sesekali mencocolkan roti berselai itu pada mangkuk berisikan sambal terasi. Aneh, tapi katanya enak.

"Pastilah, mana mungkin ada yang mau ditinggal. Aku bahkan sampe bujukin Pak Sebastian buat izinin Cakra sama Jinan dari kantor. Mereka anak magang tapi kerjanya sesuka hati, aku hampir aja kena marah."

"Hampir berarti nggak jadi?"

Haikala mengangguk, sekali lagi mencocolkam rotinya pada sambel terasi. "Aku rayu dulu Bapaknya make jutsu andalan Naruto."

Kara yang tadinya menunggu dengan antusias, akhirnya menghela nafas berat. Memangnya apa yang bisa ia harapkan pada Haikala yang suka bercanda?

"By, ntar siang masakin ikan nila dong. Tiba-tiba kepikiran sama ikan nila bakar yang kamu buat dulu, enak banget apalagi ada sambel terasi nih. Btw- ini sambel terasi kapan ya By?"

Kara menoleh dan menatap meja makan. Sambal terasi di mangkuk berwarna hitam itu kini tinggal wadahnya saja. Isinya sudah raib, berpindah menjadi selai diatas roti milik Haikal.

"Kamu lupa? Itu sambel yang kamu buat sama temen-temen kamu pas liwetan semalem. Banyak banget sisanya, nggak kubuang soalnya tadi malem kupanasin."

"Oalaah, aku lupa banget kalo semalem abis liwetan. Soalnya tadi malem kan udah bakar ayam terus sambelnya kecap. Eh- kamu tau nggak sih kalau besok Narda ulang tahun?"

"Oh ya?" Kara langsung menatap kalender diatas kulkas, sudah dilingkari dengan spidol warna merah. Catatannya-

Ulang tahunnya manusia paling unyu-unyu

"Sayang banget sih emang, pas banget Bang Mahe udah pergi. Tapi harus tetep dirayain dong ya, kamu ada rencana mau ngado apa gitu?"

Kara bergerak mendekati Haikala dengan secangkir kopi yang ia letakkan dihadapan Haikal, lantas duduk di kursi makan sebelahnya. "Aku belum ada rencana, tapi tiba-tiba aja langsung kepikiran mau kasih tas camera."

"Boleh tuh." Haikala langsung mengangguk setuju. Ketimbang memberikan sesuatu yang mahal, Haikala cenderung memikirkan apakah benda itu dibutuhkan atau tidak. Memberikan sebuah tas kamera untuk Narda adalah pilihan paling tepat. Belum lama ini ia lihat tas milik Narda sudah terlalu usang, dia tidak akan menggantinya kecuali beli kamera baru.

"Kalau aku ulang tahun kamu mau ngado aku apa, By?" Mengingat selama ini, Kara tidak pernah benar-benar ikut merayakan ulang tahunnya. Tidak ada kado istimewa yang ia berikan, kecuali ucapan yang entah berarti atau tidak. Haikala jadi penasaran, apa yang akan Kara berikan padanya diulang tahunnya kali ini? Memang masih lama, masih 4 bulan lagi. Tapi setidaknya Haikala ingin tahu.

"Kamu maunya apa?" Kara malah balik bertanya.

"Hmmm, apa ya?"

"Apa hayo .... Ayo pikirkan dari sekarang."

"Mau kamu mencintaiku saja, boleh nggak?"

1. Semesta Dan Rumahnya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang