44- Lekat

22.9K 2.4K 104
                                    

"Tidak ada yang lebih baik dari kamu dalam hal mencintai semua yang hidup. Bahkan jikapun untuk pohon-pohon yang tak punya suara."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Peliharaan yang kehilangan tuannya-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Peliharaan yang kehilangan tuannya-

•••00•••

Gerimis mengikis bumi lagi, bergerak teratur mengenai setiap helai dedaunan, mengikis bebatuan, membasahi setiap daratan. Dalam mendung yang tak pernah siapapun tahu kapan usainya, rumah yang masih menyisakan sisa-sisa duka itu terlihat meringkuk kedinginan. Setiap orang yang berteduh didalamnya masih terperangkap dalam kabut kehilangan sosok yang mereka cintai, mati-matian meredam tangis, jatuh bangun menahan beratnya kerinduan.

Dibalik jendela yang mengalirkan rintik gerimis titik demi titik, seseorang menghadapkan wajahnya keluar rumah. Membiarkan tatapannya yang kosong berlarian mengitari halaman dengan monolog yang tak pernah selesai. Setelah kepergiannya, rumah ini seperti kehilangan keindahan. Papan-papan duka itu masih ada, memenuhi halaman, beberapa tulisannya sudah rusak karena tergerus hujan.

Pada setiap nama yang tertulis disana, hati Kara seolah dibantai habis-habisan untuk membacanya. Sesak dadanya belum juga usai, bahkan jika Kara berulang-ulang kali harus memukuli dadanya untuk tegar, ia tidak bisa.

Beberapa pohon bunga matahari dihalaman terlihat tumbang dan patah, juga pot bonsai dihalaman, kini tampak berpindah tempat. Banyaknya orang yang datang juga ketiadaan Haikala untuk mengurus mereka semua adalah faktor utama mengapa bunga-bunga itu berakhir tak terurus. Seolah tanpa Haikala, bunga-bunga itu tidak memiliki kehidupan.

Ketika Kara melongok lagi, bayangan Haikala berlari ditengah gerimis tampak begitu jelas. Ia berkecipuk ditengah air hujan yang menggenang, menghampiri pohon-pohon peliharaan yang patah lantas merapikannya dengan begitu telaten. Tidak peduli jika hujan akan membuat tubuhnya basah kuyup. Yang Kara lihat, hanya ada senyuman yang begitu hangat, dengan percakapan yang tak pernah Kara mengerti.

Pohon-pohon matahari yang tumbang, pot-pot bonsai yang berantakan, daun-daun pohon Ketapang yang gugur, dahan-dahannya yang tumbuh tak beraturan. Semua itu tidak luput dalam perhatian Haikal. Seolah Haikala baru saja menunjukkan bahwa mereka semua juga makhluk hidup yang butuh dicintai, dirawat dan disayang.

1. Semesta Dan Rumahnya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang