29- Teman Sejiwa

23.1K 2.6K 199
                                    

Jakarta 2014---

Ruang kelas tampak riuh setelah masuk pelajaran ketiga. Dari info yang baru saja disiarkan oleh ketua kelas, katanya para guru sedang rapat karena sebentar lagi ujian nasional.

Seperti kebanyakan sekolah di jam kosong, setiap penghuninya akan merayakan kekosongan itu dengan berbagai macam keributan. Dari yang menjadikan ruang kelas sebagai panggung konser atau bahkan berlarian disekitar koridor demi melihat sang pujaan hati yang notabenenya berasal dari kelas lain. Yah, begitulah anak muda. Masa SMA adalah masa paling indah, kata kebanyakan orang yang sudah dewasa dan tengah dilanda kekhawatiran pada masa depan mereka.

Tapi daripada bernyanyi diruang kelas atau main di koridor, Jonathan lebih suka silaturahmi dari satu kelas ke kelas lainnya untuk menantang setiap orang didalam kelas itu agar menjadi lawannya bermain panco. Iya, jaman itu- Jonathan memang dikenal sebagai cowok paling asdfgjkl (kalau kata salah satu siswi yang diketahui sedang naksir berat dengan laki-laki tersebut) maksudnya mungkin keren, tapi bisa juga dibilang macho dan banyak gaya.

Setiap bertandang dari satu kelas ke kelas lain, Haikala akan menjadi orang yang paling sering mengekor dibelakang. Nanti jika tangan mereka sudah beradu di meja, dia akan menjadi salah satu wasit yang memimpin pertandingan. Tak jarang dari kebiasaan itu, mereka dapat traktiran makan gratis dari teman yang kalah main panco.

Berbeda dari Haikala dan Jonathan yang suka kelayapan mengelilingi antero sekolah, maka Narda dan Mahesa adalah yang paling suka duduk dikelas. Mereka bukan anak pintar apalagi alim, hanya saja untuk ukuran mereka, melewati pintu kelas adalah hal paling melelahkan. Paling kencang, Narda akan pergi ke kelas Mahesa atau kadang sebaliknya, mereka hanya berbeda satu tingkat, Mahesa dikelas IPA 12A, sedangkan Narda dikelas IPA 11A.

Jaman itu mereka hanya berempat, kebetulan Narda dan Jonathan dulunya pernah satu SD di Bogor dan bertemu lagi di SMA. Jodoh? Bukan. Mereka sama-sama lelaki.

Persahabatan mereka bermula dari sebuah tugas kelas mencari serangga untuk prakter di laboratorium. Waktu itu, Mahesa masih kelas 11, sedangkan Narda, Jonathan dan Haikal masih jadi anak baru dikelas 10.

Di jam pergantian kelas, Mahesa memergoki tiga manusia itu dibelakang sekolah tengah berjongkok sambil menyiksa belalang sembah. Serangga itu kebetulan dipegang Haikal, lalu Jonathan sibuk bernyanyi begini-

Belalang oh belalang, kaya mana Narda kalo tidur? Huufttttt.

Lalu anak lelaki itu meniupnya. Beberapa detik setelah itu, mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. Mahesa yang sedang putus asa mencari serangga akhirnya mendekati mereka dan meminta serangga itu untuk dijadikan bahan praktek. Sebagai kakak kelas, dia cukup berani untuk meminta kepada adik kelas.

Tapi bukannya memberikan, Haikal malah membalasnya dengan ceramah yang panjang. Tentang mencintai makhluk hidup, menyayangi semua hewan, tidak menyiksa mereka bahkan sampai membunuh.

"Wah, Abang ini tau nggak kalau nyiksa hewan itu berdosa? Nanti kalau di akhirat masuk neraka, gue nggak mau jadi saksinya ya, soalnya ini perkara cukup berat sih. Kami itu pencinta makhluk hidup, jadi kami mau masuk surga dan nolong mereka di dunia. Nanti di akhirat mereka yang nolong kita. Mending Abang bilang aja ke gurunya, kasih tau kalau prakteknya make bahan lain aja, jangan serangga."

Hari itu, Mahesa hampir marah. Padahal dia juga tahu bagaimana Haikal memainkan si belalang bersama dua teman-temannya itu. Sok-sokan memberi ceramah segala! Tapi amarah Mahesa mereda saat Narda dengan cuma-cuma menyodorkan seekor kupu-kupu yang baru saja ia tangkap.

"Jangan dibunuh ya bang, atau kalau emang harus dijadiin bahan buat praktek, ntar pas mau dibunuh bilang sama dia begini - Makasih udah berjuang buat jadi seindah ini, aku pinjam semua yang kamu punya untuk hal bermanfaat. Jangan lupa minta maaf juga ya."

1. Semesta Dan Rumahnya [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang