25 | The List of His Parade Girls

394 19 1
                                    

[Audrey Sophia Dall]

Lagi-lagi Audrey ditarik oleh Hailexa dan dipaksa untuk menjadi model atau biasa disebut manekin berjalan. Kini Audrey melihat sebuah gaun putih yang sangat amat cantik melekat pada patung manekin di ruang kerja Hailexa. Maha karya terbaru Hailexa kali ini cukup membuat Audrey terpesona.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Hailexa katanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Nada suara Hailexa terdengar sangat percaya akan maha karyanya ini.

"Xa, ini luar biasa cantik!" seru Audrey dengan binar mata yang terkagum, sama seperti kilauan cantik yang terpantul pada gaun putih. Ia pun meraba gaun tersebut, hanya memastikan ini adalah nyata adanya.

"Tema fashion show-ku nanti adalah wedding dress. Ini merupakan tantangan besar sih untukku."

Audrey paham, karena gaun pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dirancang. Meski tidak tahu kerumitan di baliknya, namun lihat saja betapa mahalnya gaun pengantin itu. Bahkan jika menyewa tiga hari saja sudah dikenakan hampir seribu dolar. Jadi tentu saja, Audrey merasa terhormat jika diizinkan menjadi manekin berjalan dari gaun ini.

Sekarang, Audrey menoleh pada Hailexa dengan senyum jahil terpasang. "Baguslah, jika memang temanya wedding dress."

Hailexa mengernyit bingung akan mimic Audrey sekarang. "Eh, apa maksudnya?"

Audrey masih memasang senyuman jahil. "Setidaknya nanti kau tidak perlu terburu-buru untuk mendesain gaun pernikahanmu sendiri, kan?" sindirnya diselingi kekehan kecil. Sekilas ia melihat jari manis Hailexa yang sudah terpasang cincin cantik.

Ya, Aaron Bancroft sudah melamar Hailexa cukup lama, namun Hailexa saja yang masih menunda pernikahan mereka dengan alasan belum sepenuhnya siap. Audrey jadi kasihan dengan Aaron, sekaligus kagum juga karena masih bersedia menunggu Hailexa. Apakah di dunia ini ada pria seperti Aaron, yang siap menunggu dalam kondisi apa pun?

"Setelah beberapa hari ini mendesain gaun pernikahan, aku jadi mempertimbangkannya, Audrey," kata Hailexa yang kali ini rautnya tampak serius.

"Kapan?" tanya Audrey yang langsung ke inti.

"Kurasa dua atau tiga bulan dari sekarang."

Audrey langsung kegirangan sekarang. "Kau sudah memberi tahu Aaron?"

Hailexa menggeleng.

"Kumohon secepatnya!" pekik Audrey dan melompat-lompat kecil di tempat.

Hailexa langsung tertawa melihat tingkah sahabat yang sudah dianggapnya adik yang begitu bahagia mendengar kabar ini. "Kumohon jangan beri tahu Aaron, bahkan Alex!" pinta Hailexa dengan tegas.

Sekarang wajah bahagia Audrey berganti bingung. Ia mengerutkan hidungnya dan bertanya, "Kau bahkan belum memberi tahu kembaranmu?"

Helaan napas panjang Hailexa membuat Audrey bertanya-tanya. Hailexa duduk di sofa terdekat dan kini menatap Audrey iba. "Aku jadi membencinya sejak tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya di antara kalian."

Audrey menelan ludahnya berat. Ia kembali terbawa pada memori yang setengah, bahkan seperempat ia ingat ketika tengah mabuk dan Alex mengambil kesempatannya. Lalu matanya berkaca-kaca saat bayangan itu berganti dengan ingatan jelasnya saat ia terbangun di pagi hari dengan badan tak tertutup sehelai kain pun.

"Audrey, aku harus menegurnya," pinta Hailexa memohon. Audrey tahu betapa Hailexa menyayanginya.

"Kumohon, Xa. Jangan," katanya dengan tegas.

Hailexa mendesah. "Aku tidak bisa berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa, Audrey!"

Suara lantang Hailexa membuat Audrey sedikit terkejut. "Xa, itu hanyalah masalah masa lalu. Lagi pula, Alex sudah berulang kali meminta maaf. Namun aku saja yang belum menerima permintaan maafnya."

"Cih! Dia melakukan hal brengsek, lalu dia datang hanya sekadar meminta maaf? Jangan pernah memaafkannya, Audrey! Aku ada di pihakmu."

Ruang kerja Hailexa kembali hening beberapa saat, sampai pada akhirnya Hailexa kembali berbicara. "Kapan aku diizinkan untuk membunuhnya?" tanyanya dengan sadis.

Audrey hanya tertawa dan menjawab, "Setelah aku membunuhnya, baru kau boleh memutilasinya. Oke?"

Hailexa tertawa akan candaan itu, meski sebenarnya dalam hati ia terlalu greget untuk menjitak kembarannya itu. Lalu seketika ia teringat sesuatu yang lain. "Jadi kau akan menginap berapa lama? Umm, bukan bermaksud mengusir, namun Aaron akan tiba dari Bali satu minggu lagi."

"Hmm, baiklah, aku akan pulang saat Aaron di sini," kata Audrey. "Boleh?"

"Tentu saja, asalkan kau mau menjadi modelku," pinta Hailexa selagi mengambil kesempatannya, membujuk Audrey untuk bergabung dengan model-modelnya.

Tiba-tiba saja Audrey berlutut di hadapan Hailexa yang masih duduk di sofa. Sekarang ia jadi persis seperti anak anjing yang memohon pada majikannya. "Manekin berjalan saja cukup. Jangan model foto, Hailexa. Please?"

"Tidak! Ini aturanku, kau harus ikut pemotretan."

"Xa, sudah kubilang berkali-kali. Tubuhku pendek, tidak cocok jadi model."

"Dan sudah kubilang beribu kali, model untuk pemotretan tidak peduli dengan tinggi badan. Yang diperlukan hanyalah wajah cantik dan pandai berpose."

Audrey menjentikkan jarinya sekali, "Nah! Itu dia! Aku tidak pandai berpose," katanya beralasan.

"Aah! Kau mau menginap di sini atau tidak? Aku jamin kau di sini ingin healing karena rumahku yang strategis di dekat pantai," katanya dengan wajah sombong sambil membentangkan tangan yang mengarah pada jendela yang berhadapan langsung dengan pantai.

Secara tidak langsung Hailexa memberinya ide untuk membuat alasan mengapa ia ingin menginap di sini. Dulu saat SMA, Audrey rajin menginap di rumah Hailexa hanya sekadar untuk menenangkan diri karena penat tugas sekolah. Lebih baik sekarang Audrey menggunakan alasan itu lagi.

"Ugh, tugas kuliahku membuat kepalaku nyaris pecah," alibinya.

"Maka dari itu, jadilah modelku!" desak Hailexa lagi.

Seorang introver seperti Audrey tentu saja mustahil untuk difoto. Ia sungguh tidak percaya diri untuk difoto. Karena Hailexa masih keras kepala, Audrey pun bernegosiasi, "Begini saja, jadi model manekin plus aku akan membuat makan malammu selama seminggu. Bagaimana? Apa kau tidak kangen dengan chicken cordon bleu buatanku?"

"Aaarghhh! Kau tidak memberiku pilihan menarik!!" keluh Hailexa jengkel. "Baiklah, aku rindu masakanmu. Baiklah, menjadi manekin berjalan plus koki pribadiku."

"Baiklah, Yang Mulia!" jawab Audrey sambil membungkuk patuh pada Hailexa.

Setidaknya Hailexa tak boleh tahu kalau aku kabur dari rumah karena bertengkar dengan ibuku soal Stephen.

Setidaknya Hailexa tak boleh tahu kalau aku kabur dari rumah karena bertengkar dengan ibuku soal Stephen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The List of His Parade GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang