[Audrey Sophie Dall]
Audrey masih diam di ruangannya. Ia juga masih menatap dua gambar buatan Alex dan dirinya di masa lalu. Lubuk hati Audrey rasanya ingin menyangkal perkataan Alex tentang mimpi yang belum dapat diraihnya. Namun, Alex juga ada benarnya. Rasanya ia tak sanggup lagi berada di mana pun. tidak di rumahnya, tidak di makam Stephen, tidak juga di kafe ini.
Hailexa, batin Audrey. Dia adalah tempat pelarian yang tepat. Lebih baik ia ke rumah Hailexa dulu sebelum pergi berkencan dengan Peter nanti. Dengan segera ia mengambil mantelnya, menyimpan kertas gambar itu di saku mantel, lalu keluar dari ruangan untuk meninggalkan kafe.
Saat ia benar-benar keluar dari lorong, tiba-tiba saja Maddie memanggilnya. "Bos!"
Audrey menahan langkahnya dan berbalik menghampiri Maddie. Biasanya ia memaklumi candaan Maddie yang memanggilnya bos. Namun sekarang raut wajahnya terlihat lesu. "Maddie," panggilnya sambil mengusap dahi, "aku sedang tidak ingin bercanda. Hariku tidak baik hari ini. Oke?"
Maddie langsung menggigit bibir bawahnya karena merasa bersalah. "Umm, maaf. Kumohon jangan pecat aku, please!" Pintanya sambil menyatukan kedua tangannya memohon ampun dan kepalanya ditundukkan.
Audrey lupa, selain sering bergurau, Maddie juga orang yang penuh drama. Lihatlah sekarang ia sedang berakting seolah-olah ia akan mati, hahaha. Maddie sedikit menghiburnya dan Audrey langsung memasang senyumnya sambil tertawa kecil. "Maddie, hentikanlah. Tidak ada yang dipecat, oke?"
Maddie mengelus dadanya dan ekspresinya tenang. "Hufftt! Terima kasih, B-bo—, maksudku Audrey."
Audrey memasang senyum lagi. "Baiklah. Ada apa tadi memanggilku, Mad?"
"Aku tidak tahu obrolan apa yang kau bahas dengan Si Pria Kaya Osbert hingga membuatmu jengkel dan ingin pergi dari kafe begitu saja. Namun setidaknya kau masih punya Pria Lesung Pipit Tampan itu, Audrey." Kemudian Maddie membawakan nampan dengan sebuah gelas berisi cokelat dingin. "Kumohon antarkan minuman ini untuk pria tampan yang sedang kau taksir itu, oke?"
Audrey ingin tersenyum, namun ia berusaha menahannya. "Pria yang kutaksir?" katanya mengulangi kalimat Maddie.
"Kau pikir aku tidak menguping saat dia mengajak berkencan?" tanya Maddie tersenyum jahil. "Layani dia, dan berbasa-basi sejenak sebelum kau pergi. Oke?"
Audrey tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada." Oh, jadi sekarang kau bosnya?"
"Lho, kau sendiri tak suka dipanggil Bos. Sekarang kau malah ingin dipanggil Bos?" timpal Maddie sambil diselingi tawa. Kemudian, secara paksa, Maddie memberikan nampan itu pada Audrey. "Sekarang, berikan padanya. Dan gunakan jurus wanita menggoda."
Audrey memutar bola matanya bosan sambil menghela napas. Benar-benar, ya. Jaman sekarang karyawan tidak ada yang takut dengan atasannya, batinnya selagi berjalan membawa nampan menghampiri Peter.
Basa-basi, huh? Itu mudah. Setelah itu aku akan pergi, pikirnya.
Peter menatapnya saat Audrey sudah dekat. "Akhirnya, minumanku tiba!" serunya sambil mengusap-usap kedua tangannya tak sabar.
"Here you go!" kata Audrey ramah selagi menaruh nampan di atas meja Peter.
Lalu Peter menatap Audrey dengan curiga, karena ia tidak lagi mengenakan celemeknya. "Kau mau pergi?"
Audrey mengangguk. "Aku ada urusan sebentar di rumah Hailexa Osbert, tidak apa?"
"Tapi kita tetap akan berkencan, kan?" kata Peter dengan raut resah.
"Masih, kok," jawabnya sambil mengangguk sekali.
"Baiklah. Oh ya, omong-omong soal kencan, tadi aku bicara dengan sepupuku. She told me to arrange this as a double date?" Saat Peter menyebut kata she (dia perempuan), seketika di benak Audrey membayangkan betapa cantiknya sepupunya Peter itu. "Apakah tidak keberatan bagimu untuk double date ini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/283189130-288-k598167.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The List of His Parade Girl
RomanceThe OSBERT Mini Series COMPLETED! ⚠️Namun belum direvisi baik secara plot maupun typo⚠️ ⚠️ +18 | Strong Language, Steamy --- "Alex Fucking Osbert! Aku takkan pernah memaafkanmu. Sekalipun kau adalah saudara kembar dari sahabatku. Sekalipun kau adala...