[Audrey Sophia Dall]
Sore hari ini Peter Anderson membawanya ke sebuah restoran yang berada di tepi pantai. Konsep restoran yang seperti ini membuat Audrey teringat masa kecilnya pernah berlibur di Bali. Ia dan sekeluarga makan di salah satu restoran di Jimbaran, Bali. Audrey ingat betul bagaimana ekspresi kakaknya saat mengetahui renjananya adalah kopi. Ia langsung jatuh cinta saat mencicipi kopi khas bali di restoran itu. Ayah dan ibunya yang mana berkarir di dunia kuliner tentu ingin mendukung renjana anak sulungnya.
Mereka pun kemudian pergi ke argowisata kopi luwak di Bali. Waktu itu usia Audrey masih delapan tahun, dan seperti anak-anak pada umumnya, tentu tidak menyukai rasa pahitnya kopi. Akan tetapi saat di sana, Audrey diminta untuk mencicipi kopi luwak—yang katanya mahal—dan Stephen menjamin bahwa yang kali ini manis karena ditambah dengan susu. Audrey pun menurut dan meminum kopi luwaknya sebelum masuk ke kawasan argowisata. Dan benar saja, kopi itu manis dengan perpaduan susu di dalamnya.
Setelah itu Audrey dan sekeluarga masuk ke kawasan argowisata. Di sana ia melihat banyak luwak atau musang yang berkeliaran. Ketika ia tahu kopi yang dikonsumsinya tadi berasal dari kotoran luwak yang mana sebenarnya hasil dari fermentasi di dalam perut luwak, Audrey langsung merasakan gejolak perutnya yang tak karuan. Di situlah Audrey menangis pada Stephen karena sebal telah dijahili kakaknya. Stephen pun meminta maaf dengan mentraktirnya es krim. Bodohnya Audrey mau saja disogok dengan es krim.
Audrey tersenyum sendiri saat mengingat kembali momen itu selagi memandang kopi panas di hadapannya.
"Kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Peter yang memecah suasana.
Seketika dimensi masa lalu dalam sekejap menarik Audrey ke masa sekarang, di restoran pinggir pantai di Melbourne ini, bersama dengan Peter. "Umm, aku hanya teringat dengan kopi pertamaku."
Peter menunjukkan keantusiasannya. Ia pun menaruh kedua tangannya di atas meja kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah meja. "Oh ya? Kapan kau pertama kali mencicipi kopi?"
"Umur delapan tahun," jawab Audrey sambil mengkat cangkir kopi, kemudian ia menyeruputnya.
"Delapan tahun? Hebat juga sudah berani mencicipi kopi," Peter kini tertawa dan lagi-lagi Audrey salah fokus dengan sebuah lesung pipit di bagian kiri Peter. "Dan rasanya bagaimana?"
Audrey buru-buru menarik fokus lesung pipit menjadi topik kopi pertamanya. Ia mengerucutkan bibirnya, "Awalnya enak karena pakai susu, tapi seketika jadi mual saat tahu kopi itu berasal dari kotoran hewan."
Peter tertawa dengan renyah, menikmati kisah masa lalu Audrey. "Ternyata kau mencicipi kopi luwak!"
Audrey pun melanjutkan kisahnya di Bali sebagai topik awal mereka. Meski begitu, Audrey tidak ingin membahas terlalu jauh tentang keluarganya, khususnya tentang kakaknya.
Tak sadar, waktu berlalu. Langit sore kini berubah menjadi gelap hingga membuat sang pelayan datang untuk menyalakan lilin. Ini benar-benar dinamakan kencan candlelight dinner. Melihat meja-meja di samping, pengunjung mengenakan gaun mewah dan elegan. Kemudian Audrey melihat dirinya sendiri yang hanya mengenakan pakaian kampusnya, yakni kaus yang dibalut kemeja kotak sebagai outer.
"Tenang saja, ada aku yang salah kostum juga, Audrey," kata Peter seolah dapat membaca pikirannya.
"Jadi kau menganggap ini adalah serius kencan, meski dengan pakaian mahasiswa kita?" kekeh Audrey.
"Kenapa tidak?" Peter kini mengangkat cangkir yang juga berisi kopi. "Jadi, ini adalah kencan pertama kita?"
Meski kopinya sudah dingin, Audrey tetap mengangkat cangkirnya. "Kenapa tidak?" katanya sambil memasang seulas senyuman. Audrey merasakan pipinya menghangat. Sudah lama ia tidak merasa begini dengan seorang pria. Terakhir kali ia merasa tersanjung dengan seorang pria saat bersama...

KAMU SEDANG MEMBACA
The List of His Parade Girl
RomansaThe OSBERT Mini Series COMPLETED! ⚠️Namun belum direvisi baik secara plot maupun typo⚠️ ⚠️ +18 | Strong Language, Steamy --- "Alex Fucking Osbert! Aku takkan pernah memaafkanmu. Sekalipun kau adalah saudara kembar dari sahabatku. Sekalipun kau adala...