28 | The List of His Parade Girls

351 21 1
                                    

[Audrey Sophia Dall]

Audrey membuka aplikasi di iPad untuk memastikan apakah tidak ada perubahan pada kelas kuliahnya hari ini. Ia melihat pada bagian kegiatan hari ini, ternyata jadwalnya masih sama. Ia ada kelas jam satu siang, tepat setelah makan siang. Sebelum pergi ke kampus, ia akan pergi ke makam Stephen, seperti saran dari Hailexa, hanya untuk membuatnya tenang sebelum bertemu kedua orangtuanya nanti.

Tepat jam sebelas siang Audrey meninggalkan rumah Hailexa lalu pergi menuju makam. Ia tak tahu apakah arwah Stephen akan datang atau tidak, namun semoga ia datang.

Sudah sepuluh menit ia menunggu di makam, namun belum ada tanda-tanda datangnya Stephen. Dua puluh menit berlalu dan arwah Stephen masih belum juga datang. Ia pasrah dan mulai berbicara pada makam kakaknya. "Steve, aku butuh kau di saat seperti ini."

Audrey mengelus-elus batu nisan kakaknya dan air matanya kali ini berhasil lolos. "Beberapa hari yang lalu aku bertengkar dengan Mom," ucapnya dengan suara serak.

"Apa yang terjadi?"

Suara berat itu, Audrey kenal itu. Dengan segera ia menoleh untuk mencari sumber suara. Dan di sanalah, Stephen berdiri dengan jas hitamnya. Audrey masih menangis namun sebuah senyuman terpancar di wajahnya. "Akhirnya kau datang!"

Audrey berlari secepat mungkin ke arahnya dan langsung memeluk arwah Stephen. Dia memeluk balik Audrey dan membelai rambut pirang semi cokelatnya. "Mengapa kau bertengkar dengan Mom?" tanya arwah Stephen.

Tangisan itu pun semakin jadi saat Audrey mengingat raut wajah Julia yang begitu geram menatapnya. "Karena Mom tahu aku ingin mendonasikan barang-barangmu tanpa izin terlebih dahulu padamu maupun Mom."

"Kau ingin mendonasikan barang-barangku?" tanya arwah Stephen.

Perlahan Audrey melepaskan pelukan agar dapat melihat wajah Stephen, "A-apa kau keberatan?" tanya Audrey ragu.

Kemudian ia melihat sebuah senyuman pada wajah Stephen, "Tentu saja tidak. Aku senang jika barangku dapat digunakan oleh orang yang membutuhkan."

Audrey langsung menghela napas lega. Ternyata kakaknya tidak marah. "Dad juga bilang begitu padaku, Steve."

Kemudian kedua tangan arwah Stephen kali ini menangkup pipi Audrey. Dia menatap Audrey serius. "Kumohon pulanglah, Audrey."

Seketika dahi Audrey mengerut dalam, "Kau tahu aku kabur dari rumah?"

"Hmm," Stephen sempat terjeda, "karena jika aku jadi kau, aku juga akan kabur dari rumah."

"Jadi menurutmu aku harus berbicara dengan Mom?" tanya Audrey meminta pendapat, karena inilah pertanyaan yang sebenarnya ingin ia tanyakan.

"Aku yakin kalian akan baik-baik saja," jelas Stephen.

"Baiklah," jawab Audrey dan kemudian kembali memeluk arwah Stephen agar dirinya bisa lebih tenang lagi. Sayangnya, perasaan gelisah masih menyelimutinya.

"Aku tahu kau masih resah, Audrey," kata Stephen dalam pelukan.

Audrey tertawa kecil. "Kau benar."

"Aku tahu apa yang membuatmu dapat lebih tenang."

"Apa?"

"Kau selalu merasa lebih tenang jika berdansa denganku," kata Stephen.

Audrey tersenyum seraya meraih tangan Stephen, sedangkan Stephen merangkul lembut pinggangnya. Mereka pun berdansa di antara makam dan tanpa diiringi musik.

The List of His Parade GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang