Aku mengunci pintu kamar, lalu menutup gordin rapat-rapat. "Jangan-jangan wanita itu yang tadi kulihat saat pertama datang," pikirku seraya naik ke atas tempat tidur.
Kuambil ponsel di atas nakas, lalu menghubungi Mas Kai. "Halo, ada apa, sayang?" tanyanya saat panggilan telepon tersambung.
"Mas pulang jam berapa?" tanyaku.
"Mas baru saja sampai kantor. Memangnya kenapa, sayang?"
"Tidak apa-apa, Mas. Aku cuman takut sendirian di rumah."
"Kamu jangan takut, pokoknya kalau sudah selesai, Mas langsung pulang ke rumah. Oke!"
"Oke, Mas." Aku bangkit, berniat mengambil Al Qur'an di atas meja — dekat jendela.
Brak!
Ada suara benturan yang cukup keras di jendela. Seperti ada seseorang memukul kaca. Sontak aku menghentikan langkah. Memilih kembali duduk di atas tempat tidur.
Aku merapal doa dalam hati, sambil menyandarkan punggung ke dinding dan memejamkan mata. Dalam sela-sela berdoa, meminta agar gangguan ini segera pergi. Suasana rumah tiba-tiba menjadi hening. Sangat hening.
Tok!
Tok!Dua ketukan berjeda terdengar dari pintu depan. Aku yakin itu bukan Mas Kai, karena tidak terdengar ada suara motor yang datang.
Tok! Tok!
Kini ketukan itu berpindah ke pintu kamar. Aku menoleh cepat ke arah pintu. Jantung ini berdebar sangat kencang.
Tuk! Tuk!
Suara ketukan itu berpindah ke jendela. Saatku melihat ke sana, ada bayangan hitam sedang berdiri di balik jendela. Aku terus merapal doa. Tak lama kemudian, bayangan itu bergerak perlahan ke atas, lalu menghilang.
_______
Tok! Tok!
Suara ketukan di pintu depan kembali terdengar. "Ra, Fira." Ada yang memanggil namaku. Dari suaranya seperti Mas Kai. Tak lama, ada bayangan berbentuk manusia terlihat bergerak di jendela.
Tuk!
Kaca jendela diketuk. "Ra." panggil Suara yang mirip dengan Mas Kai. Namun, aku belum yakin, karena tidak mendengar ada suara motor.
Tuk! Tuk! Tuk!
"Ra."
"Mas Kai?" sahutku.
"Iya, buka pintunya, sayang," sahut Mas Kai dari luar.
"Bentar." Bergegas aku membuka pintu. Alhamdulillah, ternyata memang Mas Kai. "Bukannya tadi Mas bilang ada rapat. Kok sekarang sudah pulang?"
"Ada berkas yang ketinggalan," balasnya seraya berjalan ke kamar. Aku pun membuntutinya.
Ia membuka laci meja, kemudian mengambil sebuah berkas berwarna biru. "Kok jalan kaki, Mas. Motornya mana?" tanyaku, heran.
Ia malah tersenyum sambil garuk-garuk kepala, "Motornya mogok. Habis bensin. Jadi tadi diantar pakai mobil sampai di jalan depan."
"Oh."
"Mas balik ke kantor lagi, ya." Ia berjalan cepat ke luar kamar. Bergegas aku mengejarnya.
"Aku boleh ikut, Mas?" tanyaku.
"Untuk apa?" balasnya sembari mengenakan sepatu.
"Aku mau lihat kantor." Daripada harus sendirian di rumah. Lebih baik pergi bersamanya ke kantor.
Ia berdiri menghadapku, lalu tersenyum. "Jangan sekarang, sayang," ucapnya sambil mencubit pipiku pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/312190288-288-k988689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Mengincar Suamiku
HorrorSafira dan Kaivan baru saja pindah ke sebuah rumah dinas di tengah perkebunan sawit. Rumah yang berdiri sendiri, tanpa ada satupun tetangga. Mereka tidak menyadari kalau ada bahaya yang mengintai. Bahaya dari sosok Wanita Berkebaya Kuning yang terny...