Saat tersadar aku sudah berada di sebuah ruangan. Dengan selang infus yang menempel di tangan. Terlihat Mas Kai sedang tertidur di sofa. "Mas." Aku memanggilnya dengan suara pelan.
Ia membuka mata dan bangkit. "Sayang." Kemudian duduk di sampingku dan mengecup tanganku. "Kamu tidak apa-apa?"
"Anak kita, Mas!" Spontan aku memegang perut.
"Anak kita baik-baik saja, sayang. Walaupun kamu sempat mengalami pendarahan."
"Alhamdulillah, Ya Allah!" Aku bersyukur kandunganku baik-baik saja. Seketika itu teringat dengan Bu Ismi. "Bu Ismi, Mas!"
"Kenapa Bu Ismi?" Mas Kai tampak bingung.
"Dia diculik Dahlia!"
"Diculik? Dia yang mengantar kamu ke rumah sakit ini, sayang."
"Bagaimana mungkin?"
"Memangnya kenapa, kok kamu kaya bingung begitu?"
Aku menceritakan kejadian malam itu. "Kan Mbok Asih sudah bilang jangan ke luar rumah," ucap Mas Kai.
Aku kesal mendengar jawabannya. Ia malah menyalahkanku. "Seandainya Mas ada di posisiku, apa yang akan Mas lakukan? Anggap saja Bu Ismi itu adalah aku."
"Mas akan melakukan hal yang sama denganmu."
"Kalau begitu, seharusnya Mas tidak perlu mengatakan tentang larangan itu. Aku sudah tau, Mas!"
Mas Kai menghela napas, "Kamu masih marah sama Mas?"
"Ya, selama Mas belum berkata jujur."
"Mas selalu berkata jujur, sayang."
"Kalau begitu, kenapa Mas pergi ke tempat itu?"
"Tempat apa?"
"Jangan pura-pura lupa, Mas!"
"Maksud kamu tempat karaoke? Mas sudah bilang tidak pergi ke sana. Mas tidur di hotel."
"Tuhkan, Mas berbohong lagi. Sudahlah, aku capek."
"Mas juga capek. Sudah cepat-cepat datang ke sini. Eh reaksi kamu malah seperti ini."
"Tidak ada yang menyuruh Mas datang ke sini."
"Tapi Mas masih suami kamu, Fira! Apa kamu lupa?"
"Bagaimana rasanya dilupakan, Mas? Sakit?"
"Mas tidak pernah melupakan kamu. Mas selalu memikirkan kamu dan anak kita. Belajarlah untuk mengerti situasi. Saat itu Mas memang sedang tidak bisa menghubungimu."
"Aku rasa minuman haram itu sudah mengubah kamu, Mas."
"Minuman haram apa? Bicara yang jelas!"
"Lagi-lagi kamu berpura-pura lupa."
Mas Kai bangkit, "Sepertinya kepala kamu terbentur keras, sehingga omongan kamu melantur seperti ini." Kemudian ia berjalan ke luar kamar.
Deg!
Hati ini sakit sekali mendengar ucapannya. "Jangan pergi, Mas! Aku belum selesai ngomong!"
Bruk!
Mas Kai menutup pintu. Aku hanya bisa menangis melihat sikapnya itu.
__________
Dua jam berlalu, Mas Kai belum juga kembali ke kamar. Hanya ada perawat dan dokter yang datang, memeriksa kondisiku.
Kriet!
Pintu terbuka. Bu Ismi masuk ke dalam ruangan. "Bu Fira." Ia melangkah mendekat. "Bu Fira baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Mengincar Suamiku
KorkuSafira dan Kaivan baru saja pindah ke sebuah rumah dinas di tengah perkebunan sawit. Rumah yang berdiri sendiri, tanpa ada satupun tetangga. Mereka tidak menyadari kalau ada bahaya yang mengintai. Bahaya dari sosok Wanita Berkebaya Kuning yang terny...