Haiiii Buat Kalian Semuaaaaa!!!
Makasih udah singga di lapak ini❤
Semoga ceritanya bisa jadi sala-satu cerita terfavorite kalian🖐🤭 Saranghae♡♡♡.
.
.PLAKKKK!
Felis memejamkan matanya kuat sambil mengepalkan tangan keras. Menyatukan rasa sakit dan amarah dalam kepalan tangan rapuhnya. Ini bukan hal baru, Felis sudah biasa dengan sikap angkuh ayahnya yang menatap dirinya seakan dia bukan manusia.
Felis mengangkat kepalanya angkuh, tak membiarkan sedikitpun air mata jatuh dari mata hazel cantik miliknya.
"Berani kamu natap papa?!" teriak Eras dengan dua mata terbuka lebar. Emosinya benar-benar meluap, saat dia melihat Felis dengan kasarnya menarik rambut Amira.
"Yang mulai duluan itu, Dia. Bukan FELIS!" tunjuk Felis ke arah adik tirinya yang sudah menangis akibat pertengkaran hebat mereka tadi.
"Tapi buat apa dijelasin? Papa juga gak akan percaya!"
"FELIS!" geram Eras membuat bibir Felis yang tadi ingin melanjutkan kalimatnya langsung terhenti.
Tanpa meminta maaf, Felis melangkah pergi namun langkahnya terhenti saat menatap ibu tirinya kini sedang menatap remeh dirinya.
"Puas?" tanya Felis.
Wanita berusia 40-an itu diam. Wajahnya terlihat marah namun ia mencoba mempertahankan sikap keibuanya yang palsu.
Felis tersenyum miring. Tidak Ibu, tidak Anak, semua bermuka dua!
Felis langsung melangkah menjauh lalu sengaja menjatuhkan vas bunga yang ada di samping tangga. Vas bunga itu jatuh berlebur membuat bunyi pecahanya mengemah memenuhi rumah besar milik Eras. Felis terus melangkah naik walaupun suara lantang Eras terus menyebut namanya bahkan sampai mengutuk namun hal itu tak membuat Felis ingin berhenti. Jika eekqrang ia akan mati, Felis akan menerimanya dengan lapang dada.
Bukankah akan menarik jika ada berita dengan judul 'Seorang ayah membunuh putri kadungnya sendiri?'
Felis masuk ke dalam kamarnya lalu menutup cepat pintu kayu itu. Air matanya jatuh seperti hujan deras ke pipi lebamnya. Pipi yang sering sekali menjadi objek kekerasan sang ayah. Yang ada dipikiran Felis saat ini adalah, dia ingin pergi menjauh dari kehidupanya yang menyedihkan. Bahkan jika tempat pelarianya hanya neraka. Felis tak masalah.
Rasanya sesak saat menangis dalam kesunyian seperti ini. Namun apalah dayahnya? Tepat di dalam hatinya, tertancap sebuah belati yang terus menerus menggoresnya tanpa henti, sekuat apapun Felis mencoba untuk bertahan, belati itu terus menjatuhkanya hingga membuat Felis harus hidup berdampingan dengan kesakitanya.
Gadis itu terisak dalam diamnya. Sambil berulang kali menyeka air mata yang tiada habisnya.
Orang-orang mengatakan, cinta pertama seorang putri adalah ayahnya. Tapi, bagimana dengan Felis?
Baginya, ayahnya adalah luka pertamanya.
Ayahnya adalah kejahatan pertama dalam hidupnya.
Ayahnya adalah penghancur mimpi-mimpi yang belum diselesaikanya.
Apakah pantas jika Felis menyebutnya sebagai cinta pertama? Saat ia menjadi orang pertama yang memberinya kepedihan?
***
Felis memasuki kelasnya dengan langkah berat dan kepala menunduk, gadis itu menghampiri mejanya yang penuh tumpukan buku. rambut panjangnya sedikit digerai ke depan untuk menutupi matanya yang sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sevian [On Going]
Teen FictionKehidupan Sevian yang membosankan berubah menjadi berwarna saat dirinya bertemu dengan gadis misterius bernama Felis. Bukan hanya Sevian, ketiga sahabat terbaiknya pun ikut ambil dalam mewarnai masa-masa remaja mereka. Sama seperti anak muda lainya...