15. apakah kita bisa?

28 19 5
                                    

sepertinya, aku mulai menyukai segala hal tentangmu. termaksud semua kelemahanmu.

~Sevian Radityah Sanjaya~
.
.
.

Sevian menghembuskan nafasnya lelah. Pria itu kembali melirik Felis yang memakan gado-gadonya dengan lahap, lain dengan dirinya yang menjadi tidak karuan seperti ini.

"Kok, gak dimakan? Lo gak suka gado-gado?" tanya Felis bingung.

Setelah pulang sekolah keduanya sepakat untuk kembali jalan-jalan, hanya untuk melepas lelah dan tekanan yang beberapa hari lalu mereka rasakan.

"Suka!" ucap Sevian cepat menarik piringnya agar lebih dekat padanya "Fel," panggilnya sambil mengaduk gado-gadonya.

Felis berdehem singkat, gadis itu tak menatap Sevian dan tetap sibuk pada makanan serta ponsel di tanganya.

Sevian diam sejenak, karna usahanya yang kemarin tak berhasil. Sevian kembali berniat untuk mengutarakan isi hatinya.

"Gue-"

"Sev lo tau gak?" potong Felis cepat mendekatkan wajahnya ke arah Sevian.

Sevian menggeleng cepat. Melupakan niat awalnya.

"Gue jadi perwakilan olimpiade biologi di sekolah!" seru Felis dengan senyum merekah di wajahnya.

Cantik, benar-benar Senyum yang tulus dan bukan paksaan.

"Oiyah?!" tanya Sevian mencoba untuk antusias.

Felis kembali mengangguk cepat. "Gue punya waktu 2 minggu buat belajar sama Samud-"

"Samudra?" tanya Sevian cepat.

Sejenak hati Sevian memanas mengingat Samudra yang sudah ia hampiri beberapa hari yang lalu akibat masalah di Rooftop waktu itu.

"Em.. jadi Samudra jadi patner olimpiade gue."

Sevian menatap Felis lama lalu menganggukan kepalanya mengerti, walaupun wajahnya jelas menandakan ia tidak setuju gadis itu dekat dengan Samudra. Namun sekali lagi, Felis tampak acuh terhadap perasaan Sevian.

"Jadi untuk sekarang gue bakal habisi waktu lebih lama sama Samudra dari pada lo, gak apa-apa yah Sev?"

Sevian mendorong mangkok gado-gadonya, bahkan pria itu belum mencicipinya, namun, nafsu makanya tampaknya telah benar-benar hilang.

"Lo tau gak Fel? Gue gak suka gado-gado," jelas Sevian tiba-tiba membuat Felis kembali menatapnya bingung.

"Bener kata lo, gak semua hal di dunia ini harus dipaksakan. Seperti lo suka pedes bukan berarti gue harus maksain diri buat suka pedes, lo suka gado-gado dan sekali lagi, gue paksakan diri gue buat suka gado-gado. Tapi karna lo. Gue sadar, bukan berarti gue suka sama lo dan lo harus maksain diri buat suka sama gue."

Felis mengkerutkan dahinya bingung. "Maksud lo?"

"Gue tau, lo masih suka sama Samudra kan?"

Felis diam. Mendadak pikiranya terhenti, lidahnya membeku hingga membuatnya tak tau hal apa yang harus ia katakan pada Sevian.

Sevian mengembangkan senyumnya lalu mengelus kepala Felis pelan. Sebenarnya Sevian tau semuanya, Felis kembali dekat dengan Samudra semenjak kejadian itu namun entah mengapa, Sevian tak bisa melarang gadis itu.

Sevian kira, Felis akan menjauhi Samudra karna harus menjaga perasaanya namun ternyata Sevian salah.

"Gak apa-apa Fel, gue kan ganteng! Gue bisa dapatin banyak cewe. Tapi gak tau, yang kayak lo masih ada gak yah?" ucapnya sambil memaksakan senyumnya.

Tentang Sevian [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang