Jesica duduk terdiam di luar ruangan saat teman-temanya yang lain tengah asik berpesta di dalam sana. Gadis itu sedang menikmati rokok yang terselip dijemarinya. Sesekali juga gadis itu membuang saliva sembarangan sembari meninkmati malam yang dingin ini.
Jesica tengah berfikir. Iya, ada orang lain yang sedang menindas Felis. Namun siapa?
Mengapa dia dijadikan kambing hitam sekarang.
"Heh!" tepuk seseorang tepat dibahu Jesica. Gadis itu sedang mengunakan dress selutut berwarna macha tanpa lengan. Terlihat elegan dengan tubuh rampingnya.
Jesica menoleh menatap Agra yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Gue kira udah mati lo di keroyok geng sendiri," sindir Jesica.
Agra tertawa renyah seperti sedang digelitiki saja. Pria itu merebut rokok ditangan Jesica lalu menyesapnya. "Mana bisa abang gue habisin gue," songonya dan Jesica hanya berdecih sebal.
"Lo yang salah. Kenapa cari gara-gara sama anak Alveraz sih?" tanya Jesica mulai mengungkit masalah Agra beberapa hari yang lalu.
Agra menatap Jesica. "sala-satu dari mereka ngerebut cewe yang gue sayang."
Jesica mengkerutkan dahinya bingung. Yang dia tau di Alveraz hanya beberapa saja dan itu meliputi Sevian dan ketiga sahabatnya. "Siapa emang?"
"Fadra, tuh anak ngerebut Hana dari gue," geram Agra membuat Jesica mengangguk mengerti.
"Lo tau Felis gak? Yang gue denger dia deket sama Sevian," tutur Jesica menatap sekelilingnya yang sepi. Ia mulai mendekatkan diri ke Agra, mengode Agra untuk cerita kali ini tak boleh dipublikasi kepada yang lain.
"Felis?" tanya Agra sedikit berbisik.
"Felisa Kirani, Sevian kayaknya deket sama dia sampai berani manggil sayang."
Agra menaikan bahunya acuh. Dia tidak tau siapa itu Felis dan dia juga tidak terlalu perduli. "Gue gak perduli sama tuh, cewe. Kenapa emang? Dia gangguin lo di sekolah?"
Jesica berdecih pelan. "Mana ada yang berani sama gue."
"Songong lu," ejek Agra.
"Serius."
"Emang kenapa lo ngomongin nih, cewe?"
"Felis mantanya Samudra," tutur Jesica cepat membuat Agra menoleh menatapnya dengan mata sedikit melotot.
"Samudra? Samudra yang itu?" tanyanya dan Jesica mengangguk mengiyakan.
"Jadi Felis ada hubunganya sama Sevian sama Samudra juga?" tanya Agra dan Jesica mengangguk lagi.
"Bukan sembarang Cewe dong," tutur Agra mengejek membuat Jesica menatapnya nanar.
"Menurut gue kalau lo bisa mainin Felis berarti lo bisa pegang kendali Sevian, yah.. secara otomatis juga lo bisa jadi ketua Chorpio yang baru, kan?" ujar Jesica menaikan sudut bibirnya.
Agra sedikit berfikir. Melangkai Yudha-- kakaknya memang cukup sulit tapi berurusan dengan Sevian juga bukan suatu hal yang mudah. Apalagi jika Felis dibentengi dengan Alveraz dan juga Samudra, itu akan semakin susah lagi.
"Gak dulu lah, gue mau fokus ke Hana dulu," ucap Agra menolak tawaran Jesica.
Jesica memutar bola matanya malas. Harus pakai cara apa lagi agar dia bisa menyingkirkan Felis, sih parasit yang menganggu hidupnya itu.
***
Sevian menghembuskan nafasnya lelah. Vanya yang duduk di sampingnya segerah menoleh melihat wajah Sevian yang perlahan akan sembuh. Sekarang, hari minggu jadi mereka dari awal berniat untuk bermain di luar. Sesuai kesepakatan beberapa hari yang lalu jika Vanya menang game melawan Sevian, maka kakaknya itu akan mengajaknya main. Tapi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sevian [On Going]
Fiksi RemajaKehidupan Sevian yang membosankan berubah menjadi berwarna saat dirinya bertemu dengan gadis misterius bernama Felis. Bukan hanya Sevian, ketiga sahabat terbaiknya pun ikut ambil dalam mewarnai masa-masa remaja mereka. Sama seperti anak muda lainya...