Sala satu jalan membuat hidup penuh kebahagiaan adalah dengan tidak bergantung pada siapapun.
~Vibrano Malvin Bagaskara~
.
.
.Vibra berlarian dikoridor sekolah, lalu memasuki kelasnya. Hari masih cukup pagi. Namun, entah mengapa pria tinggi dengan surai hitam serta mata tajam itu sudah berada disekolah tanpa ketiga temanya.
"Lo ngapain dimeja gue?" sentak Vibra menatap gadis dengan tubuh mungil serta rambut pendek yang sedang mengambil sesuatu dari kolong mejanya.
Aleya menatap kedatangan Vibra dengan mata terbuka kaget, begitupun dengan bibirnya. Tak ada maksud lain ia berada di sana. Dia hanya ingin memberikan beberapa makanan untuk Vibra. Walaupun Aleya tau pria itu tidak akan memakanya.
Vibra mendorong tubuh Aleya lalu mengambil kotak bekal yang diletakan Aleya tadi. Tanpa mengucapkan apapun Vibra lantas membuangnya ditempat sampah membuat Aleya menatapnya dengan mata memerah menahan tangis.
"Udah berapa kali gue bilang sama lo, buat jauhin gue?!" bentak Vibra. Suaranya yang keras mengema di dalam kelas yang hanya diisi mereka berdua.
"Kan, Aleya u-udah bilang g-gak bisa jauhin ka-kak Vibra," isak Aleya terbata-bata sambil mengusap air matanya yang jatuh bagai hujan.
"Ck! Gak usah banyak alasan, lo tau gak? Gue muak sama lo!" sarkas Vibra lagi. Wajahnya yang tadi putih bersih, kini memerah padam menahan amarah yang berjolak dihati dan pikiranya.
"T-tapi kan-"
"KELUAR!" potong Vibra menujuk pintu keluar. Namun Aleya masih tak bergeming dari tempatnya.
"KELUAR GUE BILANG, BODOH!" teriaknya lagi berhasil membuat Aleya tersentak kaget untuk kesekian kalinya.
"Lo gak mau keluar? Mau gue seret?"
Tak ada jalan lain bagi Aleya. Gadis itu dengan air mata berderai melangkah keluar kelas. Hatinya sakit begitupun dengan mentalnya. Kenapa menyukai Vibra harus sesakit ini?
Seandainya saja dia bisa membuang jauh perasaanya itu ketika dia mau, sudah dapat Aleya pastikan dia tidak akan mengejar Vibra seperti ini.
Gadis itu kembali menangis. Harus kah dia melupakan pria itu? Tapi dia sudah mencobanya namun tak berhasil, yang ada perasaanya semakin mekar hingga tidak dapat Aleya kontrol.
"J-jahat banget sih," senduh Aleya menjauh sambil menyeka air matanya yang jatuh tiada henti.
Sedangkan Vibra? Pria itu sedang duduk dengan emosi yang masih ditahan. Tanganya terkepal kuat, lalu detik berikutnya Vibra memukul mejanya keras. "Sial!"
Pria itu mencoba mengatur nafas sambil bersandar di kursinya, menatap papan tulis dengan pandangan kosong.
Apa gue terlalu jahat? batinya. Vibra membaringkan kepalanya ke atas meja lalu terlelap. Sebenarnya, dia sedang lelah. Yah, lelah dengan dunianya.
tiga puluh menit berlalu kelas 11 ips 3 sudah ramai, namun kebisingan itu tak mampu menyadarkan Vibra dari alam mimpinya.
"Vib," panggil Fadra mengoyangkan bahu Vibra pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sevian [On Going]
Novela JuvenilKehidupan Sevian yang membosankan berubah menjadi berwarna saat dirinya bertemu dengan gadis misterius bernama Felis. Bukan hanya Sevian, ketiga sahabat terbaiknya pun ikut ambil dalam mewarnai masa-masa remaja mereka. Sama seperti anak muda lainya...