Felis perlahan membuka kelopak matanya saat suara alarm bising itu mengusik paginya. Ia menatapap sekelilingnya yang familiar lalu bangkit terduduk. Ah, dia masih di kamarnya teryata.
Itu berarti apa yang ia lihat kemarin hanya sebuah mimpi, syukurlah.Felis mengambil ponselnya lalu mematikan alarm pagi itu. Dengan pelan Felis menyibak selimutnya lalu bangkit. Tunggu, Felis kembali menoleh, dia tidak melihat keberadaan bubu, kemana bonekanya itu pergi? Dengan cepat Felis mencarinya di segala penjuru Kamar lalu menemukanya di bawah ranjang.
Felis meletakan bubu di atas ranjang. "Bubu, lo jangan pergi-pergi, inget pesan Sevian. Lo itu harus jagain gue, mengerti?" tanya Felis tegas seakan boneka beruang coklat itu mendengarnya.
"Good boy," tepuk Felis ke kepala Bubu lalu memasuki kamar mandi.
Dua puluh menit berlalu, Felis keluar dengan seragam yang kemarin lalu Amira kembalikan. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Huh, sangat buruk!
Felis kembali memoles wajahnya untuk kesekian kalinya. Tapi entahlah, apakah ini bisa menutupi semua luka itu?
Setelah di rasa cukup, Felis meraih ranselnya lalu membuka pintu. Dia kembali menoleh, "bubu. Mami pergi dulu," ujarnya tersenyum pelan lalu menutup pintu.
Felis menuruni tangga. Dia tidak melihat keluarga cemarah sarapan pagi bersama hari ini. Tapi itu bukan urusanya secepat kilat Felis keluar rumah lalu menunggu bus di halte biasa.
Felis membuka ponselnya, ia mengecek akun sosial Sevian yang jarang sekali memiliki Story itu.
"Gue chat gak, yah?" tanya Felis pada dirinya sendiri.Felis mengeleng cepat. Ia tidak mau bertemu Sevian dengan wajah hancur seperti ini. Felis hanya diam sembari mengotak-atik ponselnya lalu memasukanya ke dalam saku seragam saat bus berhenti tepat di hadapanya.
"Lo berantem sama Felis?" tanya Vibra membuat Sevian yang tengah membaringkan kepalanya di atas meja langsung menoleh menatap Vibra.
"Ko, lo tau?" bingung Sevian.
"Coba lo cek, story Felis barusan."
Secepat kilat Sevian membuka ponselnya lalu melihat story Felis yang baru diunggah dua puluh menit lalu. Hanya ada foto sepatuh putih yang bertapak di jalanan disertai dengan caption im sorry sunflowers.
Sevian menghembuskan nafas lelah. Apakah dia terlalu berlebihan kemarin? Tapi ngomong-ngomong bagimana Vibra tau jika story Felis barusan untuknya? Padahal Felis tidak menyebutkan namanya. "Lo tau ini buat gue darimana?" tanya Sevian membuat Vibra menoleh ke arahnya.
"Lo, kan. Emang suka bunga matahari. Dulu lo juga punya kebun bunga matahari di belakang rumah."
Sevian berfikir sejenak. Ah, apa karna itu Vibra tau.
"Tapi perasaan gue gak perna bilang gue suka bunga matahari."
Vibra memutar bola matanya malas. "Emang lo harus bilang dulu biar gue tau lo suka sama suatu hal?" tanya Vibra. Padahal sangat jelas Sevian menampakan apapun yang ia sukai lewat ekspresi maupun cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sevian [On Going]
Teen FictionKehidupan Sevian yang membosankan berubah menjadi berwarna saat dirinya bertemu dengan gadis misterius bernama Felis. Bukan hanya Sevian, ketiga sahabat terbaiknya pun ikut ambil dalam mewarnai masa-masa remaja mereka. Sama seperti anak muda lainya...