29. Hal baru

12 2 0
                                    

Felis diam sembari menendang pelan kerikil-krikil kecil di samping kakinya. Ia kembali menoleh ke Sma Griya Bintara. Menunggu masing-masing kelas di dalam sana untuk segera keluar. Ia kembali menghembuskan nafas pelan. Felis menghampiri satu pohon besar di samping sekolah lalu berteduh di sana. Sesekali ia memalingkan wajahnya yang penuh lebam saat orang-orang  berlalu lalang di depanya.

Lonceng pulang akhirnya berbunyi. Itu membuat Felis senang namun juga khawatir, apa yang harus ia katakan saat Sevian menanyakan luka-luka itu?

Para siswa langsung berhamburan keluar membuat Felis semakin menunduk dan membawah rambutnya ke depan untuk menutupi wajahnya. Namun ia juga melihat sekitarnya, takut ia melewatkan Sevian. Itu karna Felis tidak memberitahu kedatanganya. Rencananya, ia hanya ingin melihat pria itu namun hati kecil Felis menolak, mereka harus bicara.

Felis berbalik saat Fadra melewatinya. Felis menoleh lagi menatap Fadra yang telah menjauh. Sepertinya kaki pria itu telah sembu total. Itu terbukti karna Fadra sudah bisa mengendarai motornya sendiri.

"Fel?"

Felis berbalik. Ia menatap kaget ke arah Sevian yang sudah menghentikan motornya tepat dihadapanya.

Sevian turun. Ia langsung membuka Helmnya dan mendekap Felis. Ia tidak peduli dengan gosip yang akan menyebar nantinya karna ia memeluk seorang siswi di depan sekolah, jujur saja ia tidak sadar saat tubuhnya itu ingin mendekap Felis. Sevian melepaskan dekapanya pelan memperhatikan wajah Felis yang menunduk.

Sevian kembali tersenyum dan mendekap Felis lagi.
"Gue kangen tau," keluhnya menghirup aroma Felis dalam-dalam. Aroma itu selalu bisa menenangkan hatinya.

Sevian melepaskan dekapan itu lagi. "Berhubung kita ketemu hari ini, mau jalan kemana?" tanya Sevian cepat.

Felis diam. Ia menatap wajah menenangkan Sevian yang selalu saja dihiasi senyuman yang menawan. Satu yang dipikir Felis sekarang, mengapa Sevian tidak menanyakan apapun tentangnya?

"Sev!" panggil seseorang.

Sevian menoleh lalu dengan sigap ia meraih kepala Felis lalu menyembunyikanya dibalik bahunya yang lapang. Tanganya sedikit ia lebarkan tepat di samping wajah Felis agar Azura dan Vibra yang berada di belakangnya tidak melihat wajah gadis itu.

"H-hem?" gumam Sevian mendadak grogi.

"Siapa?" bisik Azura menatap gadis yang Sevian sembunyikan.

"Fel-felis, ini Felis."

Azura mengangguk paham dan ia segera pamit begitupun dengan Vibra. Mereka pergi secepat kilat agar tidak menganggu kedua sejoli itu.

Felis tersenyum pelan saat ia dapat mendengar deruh detak jantung Sevian yang begitu cepat. Saking cepatnya Felis sedikit khawatir jantung pria itu akan meledak seperti balon.

Sevian mundur sedikit. Ia mengeluarkan topi dari dalam ranselnya lalu memakaikanya ke kepala Felis. Ia juga membuka jaket Alveraz yang ia kenakan lalu memakaikanya ke tubuh mungil Felis.

"Kita bisa bicara?" tanya Felis untuk pertama kalinya.

"Kita emang harus bicara," jawab Sevian masih dengan senyum hangatnya. Ia bukan sosok pria yang mampu menyembunyikan perasaanya dengan wajah sok cool seperti Vibra, itu sebabnya dia tersenyum terus. Dia bahagia saat bersama Felis.

Felis mengangguk. Ia menaiki motor Sevian saat pria itu memerintahkanya untuk naik dan mereka pergi entah kemana. Sevian hanya mengikuti intruksi dari Felis.

Setelah tiga puluh menit berlalu mereka parkir disebuah toko roti yang lumayan ramai. Dengan pelan Felis membuka helmnya lalu menuntun Sevian untuk masuk.

Tentang Sevian [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang