6. Pagi yang cerah

43 32 13
                                    

Happy Reading....
.
.
.

"Kak Sevian mana bun?" tanya Vanya tak melihat kemana kakaknya itu di pagi buta seperti ini. Padahal biasanya jam segini Sevian pasti sedang bermain dengan Bella agar bundanya dapat menyiapkan sarapan tanpa gangguan dari sikecil itu.

"Gak tau, dari tadi bunda belum liat. Emang kenapa cari Sevian?" bingung Melatih. Dia tidak mengerti dengan sikap kedua anaknya yang saling mencari jika tidak melihat satu sama lain, namun jika sedang bersama mereka justru ingin saling melenyapkan. Aneh.

Vanya mengkerutkan dahinya heran lalu merongoh ponselnya menekanya pelan dan menempelkanya ditelinga "Lo dimana Kak?"

Di rumah calon pacar.

"Calon pacar apaan? Bangun gak lo? Gue udah mau berangkat, nih!"

Yeh! dibilangin gue ada di depan rumah calon pacar juga.

"Kak Sevian, ih! cepetan entar Vanya lambat, awas aja yah, kalau Vanya kekamar kakak, dan kakak masih tidur!"

Astaga nih anak, lo gak perna mau yah, percaya sama gue. Lagian mana ada orang tidur jawab telfon sadar kayak gue.

"Bodo amat!" sarkas Vanya mematikan ponselnya lalu melangkah mendekati kamar Sevian. Tampa mengetuk, Vanya membuka kasar pintu itu melihat isi kamar kakaknya yang tertata rapi jauh berbeda dengan kamarnya.

Vanya menarik nafas dalam lalu menghembuskanya pelan. "KAAKK!! SEEVIIAAAAAANNNNNN!!!!!"

Sevian memegangi telinga kananya yang mendadak berdengung seperti ada gendang yang dipukul keras dari dalam sana.

"Pagi banget lo," ujar Felis menutup pintu gerbangnya. Tatapanya masih terlihat kesal karna Sevian terus mengiriminya pesan tidak berguna tadi malam bahkan pria itu mengingatkan Felis agar makan tepat waktu, dan tidak lupa mandi sebelum kesekolah.

Sevian terkekeh pelan. "Good morning calon pacar!"

"Nama gue Felis, bukan calon pacar," protes Felis cepat.

"Galak banget sih, masih pagi juga," ujar Sevian menyerahkan helmnya. Felis diam sambil memakai helm itu lalu menaiki motor Sevian.

"Cepetan jalan, upacaranya udah mau dimulai."

Sevian melajukan motornya membuat Felis kaget dan Refleks memegangi jaket Sevian kala dirinya hampir terjungkir kebelakang. Sedangkan Sevian malah terkekeh pelan.

Felis memukul keras helm yang digunakan Sevian, pria itu meringis dan menatap Felis melalui kaca spion.

"Modus lo!" kesal Felis.

"Modus apaan? Ini trik biar lo jadi pacar gue," kekeh Sevian menarik gas motornya lagi hingga Felis kembali berpegang padanya agar tidak jatuh.

"Lo kalau naik motor santai aja, gak usah ajak mati!" seru Felis emosi sedangkan Sevian masih terkekeh melihat raut wajah Felis yang terlihat ketakutan dan kesal bercampur menjadi satu dari kaca spion motornya.

Setelah melalui jalanan panjang kini Sevian berhenti tepat di depan gerbang Sma Merdeka. Felis turun dari motor Sevian lalu menatap pria itu tajam. Sevian membuka helmnya lalu membalas tatapan tajam Felis dengan senyum manisnya.

Eh itu Sevian, 'kan?

Sevian ketua Alveraz yang ganteng itu bukan sih?

Eh sevian, sevian. sumpah ganteng banget! Lebih cakep aslinya daripada di foto.

Ngapain Sevian di sini? Dia kan anak SMA Griyah Bintara, kan?

Sevian dateng bareng Felis yah?

Tentang Sevian [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang