07. Tangisan Yang Tak Pernah Terhenti

439 168 1.1K
                                    

Lafasya

Flash back on

Seorang gadis kecil yang masih berusia sekitar enam tahun sedang bermain dengan adiknya yang masih berusia empat tahun di dalam kamar agak berantakan, sebut saja mereka Lafasya dan Biscuits.

Tidak seperti anak kecil pada umumnya mereka berdua sedang memainkan laptop, meskipun kedua anak kecil tersebut masih belum mengetahui ilmu dasar komputer.

"Lafacya ... Ayah kemana?" tanya Biscuits sembari memandangi laptop yang dimainkan kakaknya.

"Ayah lagi ker--," Seketika omongan Lafasya terhenti karena mendengar ayah dan ibunya yang sedang berbincang. "Ssh ... ayo kita tidur, sebelum kita dimarahi Mama," lanjutnya lantas menuju ke ranjangnya.

Lafasya pun membaringkan tubuhnya bersama Biscuits yang ada di sisi kirinya. Sementara itu omongan kedua orang tuanya masih terdengar nyaring tapi sedikit samar di indera pendengaran gadis kecil itu.

Empat menit kemudian suara dengkuran dari Biscuits terdengar jelas di indera pendengaran Lafasya, menandakan bahwa adiknya itu sudah tidur. Karena Lafasya kecil penasaran, ia pun segera bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju pintu lalu menempelkan telinganya di pintu tersebut.

Kini suara mereka berdua sudah terdengar jelas dan membuat Lafasya tersenyum sesaat, karena yang ia dengar adalah :

"Sayang, kamu yang sabar, yah! Besok aku akan meninggalkanmu," ucap Ayah Lafasya pada ibunya.

"Sayang, bagaimana dengan anak-anak kita?" tanya Ibu Lafasya.

Mendengar hal tersebut membuat Lafasya melebarkan matanya seakan tidak percaya bahwa ayahnya akan pergi meninggalkanya, gadis kecil itu lantas kembali ke ranjangnya dengan lesu.

....

Flash back off

Warung sekolah pukul 10.05

"Kak! Kakak kenapa?" tanya Biscuit sembari menepuk pundak Lafasya sekaligus membuat lamunan gadis berusia sembilan belas tahun itu terhenti.

"Oh ... hehe ... Kakak tidak apa-apa, kok," jawab Lafasya tercekat lantas melanjutkan makannya.

Lafasya sudah mengetahui penyebab ayahnya meninggalkan mereka bertiga. Tepat setelah kepergian ayahnya, gadis kecil tersebut bertanya pada ibunya.

"Mama ... Ayah pergi meninggalkan kita, 'kan?" tanya Lafasya kecil sembari menarik baju ibunya yang pada saat itu sedang memasak.

Ibunya sontak kaget dan menoleh ke arah Lafasya yang berdiri di sisi kirinya. "Tidak, Nak! Ayah tidak kemana-mana kok--," obrolannya terhenti.

"Mama bohong ... Lafasya dengar sendiri kemarin kalau Ayah pergi meninggalkan Lafasya ...," elak Lafasya kini disertai tangisan.

Melihat hal tersebut Ibunya merasa iba pada Lafasya. Ia pun memeluk dan mencoba menenangkannya.

Meskipun sang ibu berusaha menenangkannya, Lafasya masih terus saja menangis. Kali ini ibu dua anak itu juga mulai meneteskan beberapa air mata dan memeluk putrinya lebih hangat.

"Nak kamu tenang saja ya ... ada Mama di sini yang selalu menjagamu, tunggulah sampai kamu mengerti arti hidup ... Mama janji ... akan menyampaikan hal ini pada kalian," isaknya sembari mengelus tengkuk Lafasya sampai gadis kecil itu tertidur dipelukannya.

Singkat cerita, pada saat Lafasya menginjak usia lima belas tahun sesuai janji, ibunya memberitahu Lafasya bahwa ayahnya meninggalkan mereka bertiga karena ayahnya adalah seorang hacker sekaligus buronan dan sedang dikejar polisi.

Is My Life-Re make-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang