15. Air Mata Kosong

111 93 577
                                    

-Jangan merendahkan temanmu yang sudah berjuang mati-matian demi kamu-
-Axis-


Dendam

Satu hari kemudian, setelah kejadian menyakitkan itu di mana mereka berdua harus menelan kenyataan pahit bahwa Pilox rekannya sudah tiada.

Di taman sekolah Biscuits dan Axis sedang membahas kematian Pilox rekan setimnya. Biscuits sangat terpukul akan kejadian memilukan itu.

Bahkan, kemarin dia sempat down dan tidak melakukan apa-apa selain berbaring di ranjangnya. Tentunya begitu juga dengan Axsis. Menyakitkan bukan? Ketika seorang yang sangat penting di dalam kehidupan ini pergi meninggalkan, apalagi untuk selamanya.

Hal itulah yang membuat leader Blue Bird ini ingin membalaskan dendamnya berkali-kali lipat, dia akan berusaha mewujudkan semua itu apapun yang terjadi.

Kosong dan dingin yang terasa, meskipun tanpa hembusan angin. Itu karena Pilox tidak berada di tengah-tengah mereka saat ini.

Axis masih berharap pria malang itu masih bisa kembali untuk melengkapi kebahagiaannya dan kebahagiaan Biscuits.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Pilox bisa ...?" suara Biscuits bergetar seiring dengan air matanya yang keluar membasahi pipi.

Axis pun menjelaskan yang terjadi

Kemarin ....

Pada saat itu, Axis menerima pesan dari Pilox untuk menyelidiki organisasi Baby First yang telah membunuh Risa. Meskipun Axis sempat menolak karena dia tahu bahwa organisasi itu sangat berbahaya. Tapi, Pilox tetap ingin pergi ke markas musuh.

"Ka-Kau mengiyakannya?" tanya Biscuits tertunduk sembari menahan air matanya.

"A-Aku berusaha untuk menghentikannya. Tapi, dia tidak mau mendengarkanku," sahut Axis di tengah isakannya, memalingkan wajah ke samping karena merasa bersalah.

Biscuits tertunduk sembari menahan tangis. "Ji-Jika aku berada di posisimu ... aku akan tetap menolaknya, kamu tahu, 'kan ... mereka sangat berbahaya?" tangis pria berwajah tampan itu semakin meledak setelah mengingat kenangannya bersama Pilox.

Sementara itu Axis yang duduk di samping Biscuits terdiam seribu bahasa dan tetap memalingkan wajahnya ke samping, air mata gadis berwajah cantik ini masih berjatuhan di pipinya.

"Teman macam apa aku ini?! Aku gagal menyelamatkan Risa ... dan Pilox ... a-aku tidak menemaniya saat--" Omongan Biscuits terhenti setelah tubuhnya mendadak dipeluk oleh Axis. Gadis berambut panjang ini mencoba menenangkan rekannya.

Pelukan Axis semakin erat dan tangisannya semakin menjadi-jadi, menandakan ia juga sangat terpukul dengan kejadian ini. Biscuits menyadari hal tersebut membuat kedua tangannya ikut memeluk tubuh sang empu.

Dalam pelukannya, Biscuits berpikir sesaat. Jika Pilox melihat mereka berdua menangis seperti ini, tentunya akan kecewa bahkan marah. Terlebih lagi rekannya itu sudah mempercayakan semua pada dirinya dan Axis.

Biscuits mencoba menahan tangisnya sesaat lalu melepaskan pelukannya pada Axis. Pemuda itu duduk di posisi semula lantas menghapus air matanya dengan kedua tangannya, begitu pula dengan Axis.

Pemimpin organisasi Blue Bird itu menarik napas pelan lalu dihembuskan. "Coba jelaskan ... kenapa Pilox bisa meninggal?" tanyanya pada Axis kini tidak disertai dengan tangisan.

"Dia mati tertembak ... dia terkena peluru, dari tembakan entah dari siapa, dan kami sudah mengetahui pemimpin organisasi itu. Dia adalah ... Seven," terangnya tanpa melihat wajah Biscuits. Seakan wanita ini masih merasa bersalah.

Is My Life-Re make-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang