22. NUMB

31 18 170
                                    

-Menghadapi Musuh yang Kuat Akan Membuatmu Lebih Kuat-
-Seven-

Kimi Wa Dare?

Tiga hari yang lalu ....

Di bawah pohon yang rindang lebih tepatnya di pusat taman kota yang tidak terlalu ramai karena waktu saat ini menunjukkan pukul 16.21, tampak seorang gadis berperawakan seratus enam puluh dua sentimeter, rambut sebahu nan pirang sedang duduk menunggu kedatangan seseorang.

Dia adalah Sultaniah, pemilik kulit sawo matang ini adalah teman Pilox. Dia sedang menunggu kedatangan Biscuits dan Axis. Sepertinya ada sesuatu hal yang ingin disampaikan pada kedua anak itu.

Sultaniah adalah teman masa kecil Pilox dan juga Risa, bisa dibilang teman seperjuangannya di pendidikan bela diri dulu.

Setelah beberapa menit teman masa kecil Pilox itu menunggu, akhirnya penantian pun berakhir. Karena baru saja kedua netranya menangkap satu sosok pria remaja yang lumayan tampan dan satu sosok wanita lebih pendek darinya berjalan mendekatinya.

Yah ... mereka berdua adalah Biscuits dan Axis. Kedua anak itu kian mendekat dan akhirnya jarak di antara mereka tinggal dua jengkal.

Sultaniah menatap pria yang mengenakan baju kaos hitam dan celana jeans itu sesaat lantas mengalihkan pandangannya ke arah Axis yang kini sedang mengenakan baju biru muda dan rok putih.

Sultaniah bangkit dari duduknya lantas mengulurkan tangan untuk bersalaman pada Biscuits dan Axis. "Nama saya Sultaniah ... ada yang ingin saya sampaikan pada kalian," ucapnya lalu mereka berdua membalas ucapan sang empu secara bergantian.

Biscuits turut mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Saya Biscuits," balasnya singkat lantas mendudukkan dirinya.

"Saya Axis," jawab Axis tanpa menatap Sultaniah.

Biscuits yang merasa penasaran pada orang yang bernama Sultaniah itu langsung melontarkan pertanyaan bahkan tanpa basa-basi.

"Apa yang membuatmu memanggil kami?" tanya pria berambut poni itu sembari menatap Sultaniah.

"Saya tahu kalau kalian itu adalah ... organisasi Blue Bird," ucapan yang dilontarkan Sultaniah ini mampu membuat kedua remaja itu terkaget.

Mata Biscuits dan Axis membesar, mendadak keduanya melayangkan tinjuan pada Sultaniah. Tapi serangan mereka berdua berhasil gadis berusia dua puluh tahun itu patahkan.

Mendadak suasa yang tadinya tenang kini menjadi menegangkan. Bagaimana pun Biscuits dan Axis harus waspada pada orang yang sudah mengenal identitasnya.

Mereka berdua berpikir bahwa Sultaniah adalah member Baby First, tentunya itu sangat berbahaya untuknya dan juga Axis.

"Tenanglah kawan!" pinta Sultaniah yang masih menahan kedua pukulan dari Biscuits dan Axis. "Saya ini adalah teman Pilox," lanjutnya sembari melepaskan tangan mereka berdua.

Keduanya terkaget mendengar perkataan dari gadis yang berada di tengah-tengah mereka. "Apa?" tanya Biscuits dan Axis secara bersamaan. Biscuits bangkit dari duduknya lantas mengambil pistol yang di simpan dibalik bajunya. "Jangan main-main kau sialan!" raungnya sembari menodongkan senjata berbahaya itu pada Sultaniah untuk kedua kalinya.

Suasana yang sedikit tenang kembali menjadi tegang. Diperlakukan seperti itu, Sultaniah hanya tersenyum tipis. Sementara itu Axis yang berada di sampingnya hanya membiarkan aktivitas Biscuits.

Karena gadis itu tahu, bahwa rekannya hanya menggertak saat ini dan tidak mungkin menarik pelatuknya.

Sultaniah masih tersenyum tipis sembari merogoh saku celananya dan mengeluarkan handphone. "Lihat ini!" suruhnya pada Axis dan Biscuits.

Atensi mereka bertiga kini berfokus pada foto yang terpampang jelas pada layar handphone tersebut. Dalam layar tersebut terlihat  foto empat orang anak kecil sedang duduk dibangku dan seorang pria dewasa berdiri di belakang anak-anak itu.

Melihat itu, Axis pun yakin bahwa gadis ini adalah teman masa kecil Pilox. Itu terbukti ketika dia melihat anak laki-laki yang mirip dengan Pilox di foto tersebut.

Suasana yang menegang kini menjadi tenang dan Biacuits kembali ke posisi semula.

"Sebenarnya ... apa yang kau inginkan dari kami?" tanya Axis sembari memandangi wajah Sultaniah.

"Yah ... sederhana saja, saya akan membatumu untuk membalas kematian Pilox," terang Sultaniah penuh penekanan.

Namun sebelum itu sepertinya Sultaniah harus berbicara banyak lagi karena Biscuits dan Axis terlihat penasaran. Mungkin kedua anak itu penasaran dengan orang yang berada di dalam foto itu, pikir Sultaniah.

Menyadari hal itu, dia pun menerangkannya tanpa basa-basi, karena memang gadis berusia dua puluh tahun ini tidak suka dengan hal itu.

Sultaniah menunjuk seorang pria dewasa berwajah khas Italia yang tengah berdiri di belakang keempat anak yang sedang duduk berjejer. "Hmm ... dia adala Oregano, guru kami. Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu saat mengerjakan misi bersama kami. Dia mati saat melindungi Pilox ...," terangnya panjang lebar sementara kedua anak itu melihat foto tersebut dengan seksama.

Mendengar hal itu Biscuits dan Axis tercengang untuk sesaat. Tidak hanya ditinggalkan ayah dan ibunya. Pilox pun ditinggalkan gurunya.

Kemudian, Sultaniah kembali melanjutkan paparanya. Kali ini, sang empu menunjuk seorang gadis berambut pendek bak pria serta berwarna hitam, yang tengah duduk di samping kanan paling ujung. "Dia adalah  Moscow ... setelah kematian guru kami, dia pergi tanpa sepengetahuan kami. Beredar kabar ... kalau dia sudah meninggal," terang nya yang membuat Biscuits dan Axis lagi-lagi merasa kasihan pada Pilox.

Sultaniah tidak menerangkan tiga anak lainnya pada rekan setim Pilox karena ketiga anak itu adalah Risa, Sultaniah dan juga Pilox.

Sebuah kisah yang sangat memilukan itu berhasil membuat Biscuits dan Axis meneteskan air mata. Tanpa mereka sadari ternyata Pilox sudah banyak merasakan kehilangan. Mulai dari kehilangan kedua orang tua, guru dan kedua temannya Moscow dan Risa. Naasnya lagi, Pilox sudah menyusul mereka semua. Kini tinggal Sultaniah seorang yang tersisa.

Menyadari hal itu, hati Biscuits tergerak dan ingin merekrut Sultaniah menjadi member resmi Blue Bird. "Sultaniah ... jadilah bagian dari kami," pintanya sembari merangkul gadis yang sedang duduk di sampingnya.

Sultaniah tersenyum tipis. "Tidak ... saya tidak pantas berada di tengah-tengah kalian, saya tidak sejenius Pilox dan Moscow yang bisa meretas. Bisa membantu kalian ... itu sudah cukup," tolaknya.

***

Penyerangan

Setelah meretas secara bersamaan kemarin, kini Seven, Ichi dan Angra berkumpul dan sepakat untuk melawan musuh misterius yang sudah mengalahkannya beberapa kali.

Lantaran sering dipermalukan, leader Baby First itu ingin membalas kekalahannya meskipun cuma sekali.

Saat ini ketiga gadis berotak jenius ini tengah bersiap-siap untuk melakukan peretasan. Sebelum itu, Seven dan Android melakukan pembicaraan lalu memulai aksinya.

Seven memandang Android sembari mempersiapkan laptopnya. "Ke mana kamu kemarin?" tanyanya singkat. Sementara itu Ichi fokus pada laptopnya.

Gadis yang sedang dimabuk cinta itu turut menatap Seven sehingga mata mereka bertemu. "Aku berkencan dengan seseorang. Btw ... untuk apa kita melawan orang yang tidak bisa dikalahkan?" jawabnya jujur lalu dilanjut dengan pertanyaan.

"Menarik ... menghadapi musuh yang kuat akan membuatmu lebih kuat," balas Seven

Setelah percakapan singkat itu dan merasa persiapannya kali ini sudah matang. Seven pun memulai peretasannya dengan berseru, mulai!

****




Is My Life-Re make-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang