The Fact Of Cocaine : Ending [2/4] A Dream

1.4K 153 38
                                    

Where there is love there is life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Where there is love there is life."
- Mahatma Gandhi

.

.

.


Disinilah Gun sekarang, menunggu Off katanya ingin ke toilet sebentar, sehabis ia menghadap Daeweerit selama setengah jam lamanya, Gun bersandar di luaran mobil berkali-kali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Apa Off belum juga menemukan toilet dari Agensi ini, kenapa lama sekali." Gun melihat segala arah namun pria itu belum juga menunjukkan diri.

Gun menyimpan ponselnya, kembali masuk ke dalam Agensi, ia tadinya menemui Daeweerit membatalkan seluruh jadwal yang sudah terencana walau perdebatan panjang harus terjalin, Daeweerit tetap kukuh mempertahankan keseluruhan jadwalnya, dengan diiming-imingi membawa kepolisian Daeweerit akhirnya lepas tangan, tahap selanjutnya Gun segera menulis surat pengunduran diri dengan membuat beberapa hal tuntutan atas kesalahan dari kesalahan intern Agensinya.

Gun berniat menyusul Off demi mengurangi rasa khawatir yang tiba-tiba melanda. Seperti dugaannya, koridor utama telah sepi, wajar jam telah menunjunjukkan pukul 23.30.

Langkah Gun yang awalnya santai mulai tergesa cepat setelah samar-samar mendengar suara bentakan Off. Pikiran Gun menjadi kalut, benar saja feelingnya mengatakan ada hal tak mengena hatinya, tanpa ingin memperlambat Gun memilih berlari, Gun takut praduga melayang dipikiran saat ini terjadi.

"Off ..." Gun membuka pintu dan terkejut mendapati tubuh Daeweerit telah tergeletak di lantai dengan tawa meremehkan ditujukan kepada Off.

"Apa yang terjadi, katakan!" Gun meraih tangan Off yang terkepal erat.

Gun menangkup kedua pipi Off dan mengangkat wajah prianya agar bisa melihatnya lebih jelas, ada lebam di sekitar wajah bagian kanan Off, Gun mendesah sembari melepaskan tangkupan di wajah Off.

"Papii, aku tidak mau kau bermasalah."

"Sudah aku katakan, aku akan mengurus masalah tanda tangan palsumu, bajingan ini tetap tidak mau membuka suara siapa pelaku tanda tanganmu itu."

"Tidak dengan begini, aku bisa berbicara tanpa melibatkan kau, ini masalahku."

Off memandangi wajah Gun cukup lama. Lalu menggeleng pelan dengan menyapukan ibu jarinya di segala sisi wajah Gun. "Aku tidak puas sebelum menemukan pelakunya, Gun." Off meraih dagu Gun, dia merasa Gun sangat menghawatirkannya.

"Gun Atthaphan! Sekali lagi kekasihmu ini ikut campur, aku tak segan mengeluarkanmu dengan kau mengembalikan semua bayaran selama kau bekerja sebagai model di sini."

Daeweerit berusaha untuk kembali berdiri, mengusap wajahnya berdenyut-denyut nyeri akibat serangan pukulan Off bertubi-tubi.

Off tertawa, atas ancaman Daeweerit, nampak jelas bahwa Gun adalah sumber pundi-pundi uang dari Agensi ini. "Wah, mungkin kau terlebih dahulu di penjara, kau pikir aku tidak mampu membayar serta membeli seluruh saham dari Agensi ini?" Terang Off terlihat murka. "Sebelum kau mengeluarkan Gun, Gun sendiri akan angkat kaki terlebih dahulu, model pemasukan uangmu akan hilang, mungkin agensi ini nantinya bangkrut, kasihan."

✔ [1] KOKAIN17+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang