Raka Aditia Prayoga

58 51 8
                                    

Sore itu, aku memutuskan untuk bertemu dan berbicara langsung dengan bang Raka. Ya, Raka Aditia Prayoga. Dia adalah calon yang di pilihkan Bapak untukku. Aku sengaja memintanya untuk bertemu di suatu tempat. Aku ingin obrolan ini hanya kita berdua yang tahu.

Mengenai bang Raka, sebenarnya dia adalah orang yang baik. Aku sudah cukup lama mengenalnya. Dia adalah temannya abangku, bang Arya. Dia juga sering datang ke rumah. Dan seluruh keluargaku sudah mengenal baik dia dan keluarganya, termasuk Bapak. Itulah kenapa, Bapak memintaku untuk menerima lamarannya.

Pukul 04:00 sore, aku sudah bersiap dan akan segera menemuinya di sebuah cafe. Aku bilang kepada Ibu, kalau aku akan keluar sebentar untuk membeli beberapa kebutuhanku yang  sudah habis. Aku tidak ingin siapapun tahu jika aku menemui bang Raka. Termasuk bapak.

***
Setelah sampai di sana, kulihat bang Raka sedang duduk di sebuah kursi yang menghadap langsung ke jendela. Aku pun kemudian menghampirinya  nya dan duduk di sebelahnya.

"Udah nunggu lama, ya?"

"Eh, Nay! Nggak kok. Abang juga baru beberapa menit di sini." Ucapnya sambil tersenyum kepadaku.

"Maaf ya, bang. Tadi aku kesini naik ojek online. Jadi agak lama juga nunggu nya."

"Nggak papa, santai aja. Oh, iya, kamu mau pesen apa?" Dia bertanya sambil membolak-balik buku menu yang ada di hadapan kami.

"Aku pesan minum aja bang."

"Nggak sekalian sama makanannya?" Dia bertanya sambil matanya terus fokus melihat buku menu yang ada di tangannya.

"Naya masih kenyang bang. Tadi udah makan di rumah."

"Ya udah, kamu mau pesan minum apa?"

"Iced lemon tea aja bang." Ucapku.

"Oke!"

Bang Raka pun memanggil pelayan cafe dan mulai memesan pesanan kami.

"Mbak! Pesan iced lemon tea nya satu, sama hot cappucino nya satu." Ucap bang Raka kepada pelayan cafe itu.

"Baik kak, ada lagi pesanannya?"

"Udah itu aja mbak!"

" Ya sudah, untuk pesanannya mohon ditunggu ya, kak." Ucap pelayan itu sambil berlalu dari hadapan kita.

***
Setelah kurang lebih menunggu 5 menit, akhirnya pesanan kita datang. Sepertinya, dari tadi bang Raka memang sengaja untuk mengulur waktu. Atau mungkin, dia sedang mempersiapkan diri untuk mendengar apa yang akan aku katakan nanti.  Sejak bertemu tadi hingga sekarang, tidak ada obrolan yang tercipta di antara kita berdua.  Tapi kemudian, bang Raka pun berinisiatif untuk memulai percakapan kita.

"Oh, iya, Ngomong-ngomong, kenapa kamu tiba-tiba minta kita ketemu di sini?" Tanya bang Raka serius.

"Sebenarnya, Naya meminta Bang Raka bertemu di sini untuk ngomongin soal rencana lamaran keluarga Abang buat Naya." Ucapku.

"Jadi kamu sudah tahu? Abang pikir, kamu belum tahu soal ini."

"Iya, bang. Tadi pagi Bapak  udah ngasih tahu Naya semuanya."

"Jadi, apa yang mau Naya omongin sama Abang? Sampai kita harus ketemu di luar seperti ini."

"Naya cuma pengen tahu, bang. Apa benar, kalau bang Raka udah suka sama Naya sejak dulu?" Tanyaku.

"Oh, jadi masalah itu?"

"Ada satu lagi pernyataan Naya, Bang. Kenapa bang Raka tiba-tiba ingin melamar Naya? Abang kan tahu, kalau Naya baru aja masuk kuliah tahun ini. Umur Naya juga masih 19 tahun bang. Jujur aja, Naya belum kepikiran buat menikah." Ucapku.

Bang Raka terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab semua pertanyaanku. Aku hanya bisa berdoa dalam hati, semoga bang Raka mengerti dan mau membatalkan rencana lamarannya untukku.

"Soal pernyataan kamu yang pertama, abang memang sudah suka sama kamu sejak lama. Awalnya, abang menganggap kamu seperti adik abang sendiri. Tapi semakin kesini, abang merasa kalau perasaan abang ke Naya itu lebih dari sekedar adik. Abang benar-benar cinta sama Naya. Abang juga udah janji sama diri abang sendiri, untuk menjadikan Naya sebagai istri abang, dan bukan hanya sekedar pacar. Pada akhirnya Abang juga sadar, kalau ternyata banyak orang yang juga menyukai Naya. Maka dari itu, abang mengutarakan keinginan abang kepada orang tua abang, dan merekapun akhirnya setuju untuk melamar kamu buat abang." Jelas bang Raka panjang lebar.

Aku tersentak dengan jawaban yang dilontarkan bang Raka. Jadi ternyata benar, bang Raka memang sudah menyukai aku sejak lama? Tapi kenapa harus sekarang? Padahal bang Raka bisa menunggu aku lulus kuliah dulu. Selama ini, sikap bang Raka juga tidak pernah berubah. Dia masih sama seperti dulu, memperlakukan aku sama seperti adiknya sendirinya.

"Dan soal pernyataan kamu yang kedua, abang sudah jelaskan sama kamu sejak awal. Kalau abang takut kehilangan Naya. Setidaknya kalau kita sudah ada ikatan, abang tidak terlalu khawatir Naya akan menjadi milik orang lain."

"Memang nya abang yakin kalau Naya akan menerima lamaran abang?" Ucapku bertanya.

"Kenapa nggak? Kita kan udah kenal sejak lama. Naya juga tahu gimana abang, dan abang juga sudah mengenal Naya dan semua keluarga Naya dengan baik." Ucap bang Raka tanpa keraguan.

"Tapi Naya udah menganggap bang Raka seperti abang Naya sendiri. Nggak lebih! Naya juga minta maaf sama abang. Naya nggak bisa menerima lamaran abang. Tolong bilang sama bapak dan orang tua abang, kalau abang akan membatalkan rencana pertunangan itu. Naya mohon sama Abang! Abang juga tahu kalau Naya masih ingin melanjutkan kuliah Naya dan mengejar semua mimpi-mimpi Naya. Dan Naya harap bang Raka bisa mengerti."

"Maafin abang, Nay. Abang nggak bisa ngelakuin apa yang kamu minta. Abang akan tetap melanjutkan rencana abang untuk melamar kamu." Ujar bang Raka.

"Naya mohon, bang! Abang jangan egois seperti ini. Memangnya abang bisa tahan hidup dengan orang yang tidak mencintai abang?" Ucapku dengan mata berkaca-kaca.

"Cinta itu akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu Nay. Abang yakin kalau cinta itu juga bisa tumbuh di hati Naya. Sampai kapanpun, abang akan menunggu Naya.

Menurut abang, Naya terlalu cepat untuk mengambil keputusan. Jadi lebih baik sekarang, Naya pikirkan lagi baik-baik keputusan Naya. Abang pergi dulu, soalnya masih ada urusan. Minumannya biar abang yang bayar."

Bang Raka pun akhirnya pergi dan berlalu dari hadapanku. Aku pun akhirnya hanya bisa menangis, air mata yang sejak tadi sudah berusaha kutahan, akhirnya lolos juga. Saat ini, aku benar-benar merasa hancur. Kalau saja bisa, aku hanya ingin menghilang dari semua orang.

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang