Ketakutan Naya

15 6 0
                                    

"Perasaan ini makin dalam, ketakutan makin sering menghampiri. Tolong kau jangan pergi."

-Anaya Anantara Sabila

"Lo beneran udah jadian sama Kak Arsa?"

Tiba-tiba saja Amel muncul dan sudah berada di hadapanku.

Aku mengernyitkan dahi heran. Ini anak kenapa bisa tahu aja, sih. Padahal kan, aku belum cerita apa-apa.

"Kata siapa?" Tanyaku cuek.

"Hehe... Sebenarnya, gue tau dari Kak Andre, sih." Jawabnya tersipu.

"Kak Andre temen Kak Arsa? Yang waktu itu nganter ke Kampus?"

"Iya, Andre yang itu."

"Kok bisa? Jangan-jangan!" Aku melotot ke arah Amel.

"santai, santai. Iya, gue deket sama Kak Andre dari semenjak waktu itu."

"Emang dia bilang apa?"

"Dia cuma bilang kalau lo udah jadian sama Kak Arsa, itu doang. Gue awalnya ngggak percaya, sih. Tapi katanya Kak Arsa sendiri yang ngomong sama dia."

"Terus?"

"Ya, gue penasaran dong. Jadi bener, kalau lo udah jadian sama Kak Arsa?"

"Hm." Jawabku singkat.

"Demi apa!? Lo jadian sama Kak Arsa si manusia es? Ini gue lagi mimpi apa gimana, sih?"

"Manusia es?" Tanyaku bingung.

"Iya, manusia es. Dia kan dingin banget sama cewek. Jangan-jangan, lo guna-guna Kak Arsa yah, biar dia suka sama lo?" Selidik Amel.

"Emang sekarang masih jaman kaya gitu? Lagian, itu tuh nggak boleh, itu namanya syirik."

"Terus, kenapa lo bisa jadian sama dia? Gue masih nggak habis pikir, deh."

"Jangan dipikirin, kamu nggak bakal ngerti. Terlalu rumit soalnya."

"Maksudnya gimana, sih? Gue masih nggak paham."

"Tuh, kan. Udah deh, nggak usah banyak nanya. Intinya, aku emang udah pacaran sama Kak Arsa."

"Emang kapan lo jadian sama dia?"

"Kemaren, waktu kita di pantai."

"Hah! Demi apa? Dia nembak lo waktu di pantai? Seorang Arsa nembak cewek di pantai, itu konsepnya gimana, sih? Mungkin dia berpikir kalau lo tolak dia jadi pacarnya, dia bisa ceburin lo langsung ke laut kali, ya?"

"Kak Arsa nggak sejahat itu, kali. Dia nembak aku benar-benar romantis." Ucapku sambil membayangkan waktu itu.

"Gue nggak percaya. Mana ada cowok dingin dan jutek kaya dia nembak cewek dengan romantis."

"Yeh, sirik aja, sih."

"Tapi dia beneran nembak lo dengan romantis?"

"Iya, dong."

"Lo nggak bohong, kan, sama gue?"

"Ngapain juga harus bohong. Kak Arsa itu emang beneran romantis."

"Romantis lo bilang? Manusia es kaya dia lo bilang romantis?"

"Ya, emang Kak Arsa romantis kok."

"Benar-benar yah, gue nggak habis pikir sama lo. Kalian itu kalau pacaran ngapain aja, sih? Pasti cuma ngobrol aja, kan? Nggak ada seru-serunya sama sekali."

"Nggak usah so tahu!" Ucapku sengit.

"Mending gue balik ke kamar aja.  Kayanya lo lagi sakit dan butuh istirahat, deh." Ucapnya sambil berlalu.

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang