Kampus

40 31 27
                                    

"Mel, kamu tahu nggak, kalau suara like itu bunyinya 'botak?" Tanyaku pada Amel-untuk memecah suasana hening diantara kita.

"Hahaha... Apaan sih, pertanyaan lo random banget?" Seketika tawanya pecah, membuat semua orang yang ada di dalam kelas melihatnya dengan tatapan aneh.

"Ketawanya bisa agak pelan dikit, nggak? Nggak malu tuh, di liatin semua orang?" Aku mendelik tajam ke arahnya. 

"Lagian pertanyaan lo receh banget," ucapnya di sela-sela tawanya.

"Jadi nggak percaya, nih? Buktiin aja sendiri kalau gitu" ucapku kesal.

"Emang, iya? Bukannya bunyinya kaya orang yang lagi jetak orang, ya?"

Pletak!

Tiba-tiba dengan santainya dia memukul kepalaku menggunakan buku yang dia pegang.

"Ishhh... Apaan, sih! Kok tiba-tiba mukul kaya gitu?" Aku meringis memegangi kepalaku.

"Ya itu, bunyi like itu suaranya pletak. Bukan botak." Ucapnya kembali tertawa.

"Oh, gitu. Jadi bunyinya pletak kan,  bukan botak?"

"Iyalah, coba aja buktiin sendiri."

"Zia, sini deh bentar!" Aku melambaikan tanganku dan memanggil Zia yang sedang asik membaca buku di mejanya.

"Kenapa, Nay?" tanyanya sambil berjalan ke arahku.

"Boleh pinjem buku kamu, nggak?"

"Boleh aja sih, tapi buat apa?"

"Nanti aku tunjukkin deh," tanpa menunggu izin dari Zia, aku langsung merebut buku yang sedang dia pegang.

Pletak!

Aku memukul kepala Amel menggunakan buku milik Zia. Sedangkan Zia hanya melongo melihat aku tiba-tiba memukul kepala sahabatku sendiri dengan buku miliknya.

"Ahhh... Sakit tahu!" Amel meringis kesakitan memegangi kepalanya. Padahal aku memukulnya dengan pelan. Dasar lebay! gumam ku.

"Naya! Apaan sih, kok malah mukul gue? Lo mau balas dendam ya?"

"Enggak kok. Cuma mau buktiin aja kalau bunyinya beneran pletak, bukan botak." Ucapku terkekeh.

"Nih, bukunya aku balikin. Makasih, ya." Ucapku pada Zia. Sedangkan dia hanya melongo melihat tingkahku.

"Eh, iya. Sama-sama. Ya udah gue balik ke meja gue dulu, ya." Ucapnya sambil berlalu.

"Nay, lo tahu nggak?"

"Nggak!" Jawabku singkat

"Ishhh... Jutek banget jawabnya."

"Apaan?"

"Kemaren pas lo di rumah, Kak Arsa nyamperin lo ke rumah, nggak?" Tanya Amel penasaran.

"Kenapa emang?" Aku balik bertanya.

"Jadi gini, pas lo pulang ke rumah, besoknya Kak Arsa nanyain lo sama gue. Ya, gue bilang aja kalau lo lagi pulang ke rumah."

"Terus?"

"Terus Kak Arsa nanya lagi, kenapa lo pulang ke rumah. Ya, gue jawab aja kalau lo di suruh pulang sama ibu lo."

"Udah aku duga, sih. Kalau kamu pasti yang ngasih tahu si buaya darat itu. Lagian siapa lagi coba, orang yang tahu kalau aku pulang ke rumah kan cuma kamu."

"Ya, sorry! Dia kan nanya gue. Ya, gue jawab apa adanya lah."

"Berarti kamu juga dong yang ngasih tahu alamat rumah aku ke dia?"

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang