Surat terakhir

17 6 0
                                    

"Apabila waktu bisa diputar kembali, maka aku tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu yang aku punya bersamamu."
-Anaya Anantara Sabila

Setelah aku memutuskan untuk menerima lamaran Bang Raka, aku benar-benar hilang kontak dengan Kak Arsa. Aku memblokir semua akses yang berhubungan dengan dia, dari mulai nomor telepon, sosial media, dan juga memblokir semua nomor teman-teman Kak Arsa dan juga teman-temanku.

Aku bukan ingin menghilang dari Kak Arsa, aku hanya belum siap untuk memberi tahu dia segalanya.

Aku benar-benar tidak sanggup untuk mengatakan semuanya langsung pada Kak Arsa. Aku pun berinisiatif untuk membuat surat dan memberikannya suatu hari nanti.

Aku benar-benar bingung untuk memulai semuanya dari mana, aku teringat dengan sebuah novel karya penulis terkenal Indonesia Boy Candra yang pernah aku baca dengan judul Cinta Paling Rumit.  Aku benar-benar kehilangan kata-kata dan  berinisiatif untuk mengutip beberapa kalimat yang pernah aku baca di dalam novel itu.

Untuk: Arsa Nata Prawira

Kalau nanti waktu tak pernah benar-benar menyatukan kita. Biar ku telan lagi pahitnya hari-hari lalu.
Kau tetap harus bahagia. Apapun yang terjadi, kau harus bahagia. kita akan belajar lagi cara menerima diri, seperti sebelum saling menerima satu sama lain. Kau harus kuat, di antara gerak jalanku yang pelan-pelan sekarat. Jangan terlalu bersedih. Kau tahu, ada hal yang tak pernah benar-benar bisa kita kendalikan. Meski sepenuh hati sudah menginginkan.

Kalau nanti waktu asing itu benar-benar ada. Siapkan diri untuk merawat yang terluka. Yang terdalam dalam jiwa. Yang merasuk bersama hal-hal yang melekat tubuh sepanjang usia. Kamu harus tetap melanjutkan langkahmu. Meneruskan perjalanan menggapai semua yang kau cita-citakan. Hidup akan selalu menjadi lebih baik. Tanpa aku, kau harus tetap berjalan. Karena memang mungkin begitu jalannya. Kita akan kembali belajar. Saling melepaskan, saling menenangkan diri sendiri. Seperti dulu, saat kita pernah saling menenangkan hati, satu sama lain.

Nanti, jika kita berakhir sebelum kita sempat bertemu lagi. Izinkan aku untuk yang terakhir kalinya mengutarakan isi hati.
Tapi apa aku masih boleh atau tidak? Tapi kumohon, izinkan aku melakukan  hal-hal yang belum sempat aku lakukan ketika masih bersamamu.

Nanti, kalau takdir mempertemukan kita lagi. Masihkah kamu mengingatku dengan baik? Tapi jika nanti akhirnya kamu memutuskan untuk mengakhiri, aku pastikan yang berakhir hanya kita bukan cinta.

Semesta lucu ya, yang ingin berpisah di paksa nya bersama, yang ingin bersama di jadikan berjarak.
Tapi ketahuilah,
Sedikitpun aku tidak menyesal mengenalmu.
Meski akhirnya nanti, rasa yang kita punya gagal menjadikan kita selamanya.

Aku menulis surat ini dengan perasaan remuk redam, air mataku tidak bisa lagi kutahan. Aku benar-benar hancur.

Aku berharap jika surat ini bisa menjelaskan semuanya pada Kak Arsa. Aku tidak tahu lagi harus menulis apa. Karena aku benar-benar tidak sanggup untuk melanjutkannya lagi.

Drt drt!

Aktifitas menulisku tiba-tiba terhenti saat sebuah panggilan telepon masuk ke ponselku.

Riri! Aku lupa untuk memblokir nomor WhatsAppnya.

"Halo, Ri. Ada apa?"

"Halo, Nay. Lo kemana aja? Anak-anak semuanya pada nyariin lo."

"Aku lagi pulang ke rumah, Ri."

"Kok nggak pamit dulu sama kita? Kita semua khawatir sama lo, Nay."

"Iya, sorry, Ri. Waktu itu aku buru-buru, jadi nggak sempat pamit sama kalian." Ucapku berbohong.

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang