Kemarahan Bang Arya

15 5 0
                                    

"Dalam cinta sejati, jarak terkecil terlalu jauh dan jarak terjauh bisa dijembatani."

[Nay, kamu lagi sibuk hari ini?] Pesan dari Bang Arya tadi siang, belum sempat aku baca.

[Kenapa, Bang? Maaf baru bisa balas, soalnya Naya baru sempat pegang handphone.] Balasku.

[Iya, nggak papa. Boleh Abang telepon?]

[Boleh.]

Drt drt drt!

Sejurus kemudian, ponselku tiba-tiba berdering.

"Assalamualaikum, Bang Arya." Sapaku.

"Waalaikumussalam, Abang ganggu kamu, Nay?" Tanyanya.

"Nggak, Naya lagi santai kok. Ada apa nelepon?"

"Abang mau tanya sesuatu sama kamu, boleh?"

"Boleh, Abang mau tanya apa?"

"Apa benar, kalau kamu dipaksa sama bapak untuk menerima lamaran Raka?"

Deg!

Sekarang Bang Arya tahu semuanya?

"Halo, Nay, kenapa diam aja?"

"Eng-nggak kok, Bapak nggak pernah maksa Naya." Ucapku berbohong.

"Jangan bohong, Nay. Ibu sendiri yang bilang sama abang, dia udah cerita semuanya. Dari mulai ibu yang di suruh bapak bohong dan bilang kalau dia sakit biar kamu bisa pulang ke rumah "

Aku menatap nanar ke arah foto Bang Arya yang aku pajang di dinding kamarku. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak jatuh, agar Bang Arya tidak  khawatir dengan keadaanku.

"Iya, Bang. Bapak memang memaksa Naya untuk menerima lamaran Bang Raka. Bahkan waktu itu, Bapak pernah marah besar, karena Naya bertemu Bang Raka diam-diam untuk meminta dia membatalkan rencana lamaran itu. Tapi, Bapak nggak terima itu semua, dan menganggap Naya sudah mempermalukan dia. Bapak marah besar sama Naya, bahkan sampai tega memukul Naya." Ucapku menjelaskan.

"Apa!? Jadi, Bapak sampai tega mukul kamu cuma gara-gara hal itu?" Ucap Bang Arya kaget.

Andai saja Bang Arya ada di depanku, mungkin aku sudah menumpahkan semua kesedihanku dipundaknya.

"Nay, kamu nangis?" Tanya Bang Arya.

"Naya nggak papa, Bang. Naya baik-baik aja." Ucapku berbohong.

"Ya udah, kamu jangan kemana-mana, ya. Abang ke kostan kamu sekarang."

"Tapi, kan, sekarang udah sore. Besok aja, ya." Pintaku.

"Abang nggak mau kamu sedih, apalagi sampai lihat kamu menangis .Pokoknya abang ke kostan kamu sekarang, jangan kemana-mana!"

Tut tut tut!

Bang Arya mematikan telepon secara sepihak.

Aku pun memilih untuk tidur karena merasa kelelahan.

***

"Nay, bangun! Ada yang nyariin lo, tuh!" Ucap Amel membangunkanku.

Entah sudah berapa lama aku tertidur di sini. Seingatku, setelah aku berbicara ditelepon dengan Bang Arya tadi sore, aku kembali menangis sambil menutupi tubuhku dengan selimut. Dan setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.

Sayup-sayup aku mendengar suara seseorang memanggilku, kesadaranku akhirnya kembali.

"Nay, lo udah bangun?" Tanya Amel.

"Eh, Mel. Sorry tadi aku ketiduran. Ada apa?"

"Ada yang nyariin lo di depan, Riri bilang namanya Arya."

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang