Salah Paham

25 15 0
                                    

Aku baru saja akan masuk kelas, tapi tiba-tiba tanganku di tarik oleh Kak Arsa yang entah datang dari mana. Mau tidak mau aku mengikuti dia. Tubuhku terseret begitu saja.

Aku terus bertanya ke mana Kak Arsa akan membawaku. Tapi dia sama sekali tidak menjawab. Dia terus saja menatap lurus dan berjalan. Sampai akhirnya kita berdua sampai di taman kampus.

Kak Arsa menyuruhku untuk duduk di salah satu kursi taman. Kemudian dia mulai mengatur nafasnya dan ikut duduk bersamaku.

"Gue minta maaf." Ucapnya memulai percakapan.

Aku tidak menjawab, hanya bergeming beberapa saat. Untuk kesekian kalinya, dia meminta maaf padaku dan aku tetap diam.

"Gue bisa buktiin sama lo kalau semua ini cuma salah paham. Gue nggak pernah ada pikiran sedikit pun untuk menjadikan lo sebagai taruhan. Please, percaya sama gue." Ucapnya memohon.

"Aku kecewa sama Kakak."

Akhirnya aku membuka suara.

"Nay! Gue mohon sama lo. Percaya sama sama gue. Kasih gue kesempatan buat buktiin semuanya. Setelah itu, terserah lo mau percaya sama gue atau nggak."

Aku mencoba berpikir sejenak, sebelum akhurnt memutuskan untuk memberi Kak Arsa kesempatan atau tidak. Tapi tiba-tiba, Amel datang dan langsung menghampiri aku dan Kak Arsa.

"Nay! Lo ngapain di sini? Gue cariin lo kemana-mana, ternyata ada di sini."

"Amel! aku di sini cuma..."

"Cuma apa? Gue harus berapa kali sih bilang sama lo. Jangan pernah ketemu lagi sama cowok brengsek kaya dia." Ucapnya melirik tajam ke arah Kak Arsa.

"Tapi, Mel!"

"Apa? Lo itu cantik, pinter, banyak yang mau sama lo. Kenapa, sih. Sekali aja lo dengerin gue."

"Udah, Mel! Naya nggak salah. Gue yang maksa ajak dia kesini. Gue cuma mau meluruskan kesalahpahaman ini aja."Ucap Kak Arsa.

"Kesalahpahaman apa, hah!? Lo mungkin bisa aja bohongin Naya dengan kata-kata lo yang manis itu. Tapi ingat, gue nggak bisa di bohongin." Ucap Amel sengit.

"Oke! Lo nggak percaya sama gue nggak masalah. Gue cuma butuh Naya percaya sama gue."

"Naya nggak bakal percaya lagi sama cowok brengsek kaya lo. Jadi mulai sekarang, lo jauhi Naya. Lagipula, lo udah menang taruhan, kan? Sekarang apa lagi yang lo mau dari Naya?"

"Mel, udah. Nggak ada salahnya kan, kita ngasih Kak Arsa kesempatan buat buktiin semuanya."

"Buktiin apa lagi, Nay? Semuanya udah jelas, kan. Kalau dia cuma mempermainkan lo doang." Ucap Amel tak terima.

"Makasih, Nay. Gue janji sama lo, kali ini nggak akan bikin lo kecewa lagi sama gue."

"Iya, Kak."

"Kalau gitu, tunggu sebentar di sini. Gue mau nelepon dulu di sebelah sana." Ucapnya sambil menunjuk ke arah dekat pohon.

Kak Arsa meminta izin padaku untuk menghubungi seseorang. Dia kemudian berjalan dan sedikit menjauh dariku. Sepertinya dia sedang berbicara di telepon dengan seseorang.

"Nay! Lo kenapa sih masih percaya aja sama Kak Arsa? Dia itu udah nyakitin lo." Sungut Amel.

"Mel, udah deh. Ini yang terakhir. Kalau Kak Arsa nggak bisa buktiin ucapannya, aku sendiri yang bakal menjauh dari dia." Ucapku menyakinkan Amel.

"Gue percaya sama lo. Gue cuma nggak mau sahabat terbaik gue di permainkan sama cowok brengsek kaya dia. Lo itu orang baik, Nay. Jadi lo pantes dapetin yang sama baik kaya lo."

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang