Menghilang

4 2 0
                                    

Pukul 11.00 siang, tugas yang diberikan Pak Rangga baru aja selesai aku kerjakan.

Hufftt!

Aku bernafas lega.

Akhirnya, selesai juga. Sekarang aku bisa bebas dari dosen ngeselin itu. Batinku tersenyum.

"Lo udah selesai ngerjain tugas dari Pak Rangga?" Tanya Rani.

"Hmmm, baru aja selesai, Ran. Sumpah ya, aku kesel banget sama Pak Rangga. Rasanya, pengen aku cakar- cakar wajahnya yang sok ganteng itu." Ucapku geram.

Bagaimana tidak, aku duduk di perpustakaan selama kurang lebih dua jam. Dan itu hanya untuk mengerjakan essai yang diberikan Pak Rangga. Aku menulis hampir 10 lembar halaman.

Sungguh melelahkan!

"Sabar, Nay. Makanya, lo jangan cari masalah sama dia. Pak Rangga itu, terkenal sebagai dosen paling killer di Kampus kita."

"Tapi dia itu bener-bener ngeselin tahu, nggak? Kok ada sih, dosen kaya dia di kampus kita?"

"Iya, sih. Tapi kan, Pak Rangga itu ganteng. Dia bahkan jadi idaman cewek-cewek di Kampus ini." Katanya sambil tersenyum.

Aku hanya bergidik ngeri.

"Hah! Idaman cewek-cewek? Mereka buta apa gimana, sih? Kok bisa, mereka suka sama orang yang super ngeselin banget kaya Pak Rangga?"

"Masa lo nggak bisa lihat, sih. Pak Rangga itu ganteng, Nay. Dia itu idaman semua wanita. Udah ganteng, pinter, mapan, susah didapetin lagi. Bikin cewek-cewek jadi penasaran sama dia."

"Udah, udah. Nggak usah bahas lagi tentang Pak Rangga. Bikin bete aja."

"Iya, iya. Gue nggak bahas tentang dia lagi kok."

"Eh, iya, kamu liat Amel, nggak? Tumben banget dia nggak nyamperin aku ke sini?"

"Tadi dia pergi sama Kak Andre, sih." 

"Pergi sama Kak Andre? Ke mana?"

"Ya, gue nggak tau lah. Tapi kalau gue liat, mereka buru-buru banget perginya. Gue denger, tadi mereka ngomongin tentang Kak Arsa gitu." 

"Hah! Seriusan? Amel sama Kak Andre ngomongin tentang Kak Arsa?"

"Iya. Gue cuma denger sekilas, sih."

"Ya udah, makasih ya, infonya."

"Oke. Kalau gitu, gue ke kantin dulu, ya. Atau, mau sekalian ikut?"

"Nggak usah, aku di sini aja. Lagian, masih kenyang juga."

"Ya udah, gue pergi sendiri aja kalau gitu. Gue duluan, ya. Dah!"

"Dah!"

Drt drt drt!

Tiba-tiba saja ponselku berdering.

Amel? Tumben dia nelepon. Batinku.

Aku segera menggeser tombol berwarna hijau itu ke atas.

"Halo, Mel. Kenapa?" Tanyaku.

"Halo, Nay, tadi gue sama Kak Andre abis dari markas motornya Kak Arsa. Tapi ternyata, Kak Arsa nggak ada di sana. Kita juga udah nanya sama temen-temennya Kak Arsa, tapi mereka nggak ada yang tau dia di mana."

Deg!

Kak Arsa nggak ada di markasnya?
Terus sekarang dia ada di mana? Kenapa kamu tiba-tiba menghilang, Kak? Ucapku lirih.

"Ya udah, nanti aku nyusul ke sana. Kamu share lock aja lokasinya di mana."

"Nggak usah, Nay. Lagian, kita berdua juga udah mau pergi dari sini. Kita mau cari Kak Arsa ke tempat lain."

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang