Kehilangan Arah

6 2 0
                                    

Sudah seminggu ini tidak ada kabar sama sekali dari Kak Arsa. Ia tidak ada menghubungi lewat WA, panggilan telepon, ataupun yang lainnya.

Kak Arsa benar-benar menghilang.

Ini sungguh menyiksaku. Tampaknya Kak Arsa begitu serius dengan ucapannya.

Kucari kontak dengan nama 'senior psikopat'. Aku belum sempat mengganti nama kontaknya setelah pertemuan pertama kita. Aku bukannya tidak ingin menggantinya dengan nama my love, pacar, atau apapun itu. Bagiku, pertemuan pertama selalu memberikan kesan yang berbeda.

Sesaat sebelum menekan tombol panggil, tiba-tiba keberanianku hilang. Aku takut. Entah takut akan apa. Yang pasti ucapannya minggu lalu membuatku kepikiran hingga kini.

Ia bilang tidak ingin bertemu denganku lagi. Dan benar saja, setelah itu, ia menghilang bak ditelan bumi.

Kutarik napas kasar, lalu beranjak keluar kamar.

Aku memutuskan pergi ke taman depan, untuk sekedar mencari udara segar.

Di sudut taman, terlihat sepasang muda-mudi yang tengah tertawa. Mereka berdua tampak begitu bahagia. Tergambar jelas rasa cinta diantara keduanya.

Aku ikut tersenyum.

Namun, lagi-lagi aku menarik napas berat. Rindu di dada sudah tidak tertahankan. Aku ingin bertemu Kak Arsa. Bukankah sebuah rindu hanya bisa dibayar dengan pertemuan?

Arghhh!

Kak Arsa benar-benar membuat aku gila.

Aku bangkit berdiri, tidak tahan berada di tempat ini. Sebab, Selalu terbayang dengan wajah Kak Arsa.

Dering telepon tiba-tiba menyandarkanku kembali pada kenyataan.

"Assalamualaikum, Bu." Sapaku.

"Waalaikumussalam, Neng." Ucap ibu menjawab salam.

"Ada apa, Bu?"

"Kamu jadi kan, pulang besok? Acaranya pertunangannya akan di adakan besok malam. Nanti Arya yang akan jemput kamu ke sana."

"Bang Arya sudah pulang, Bu?Tumben Abang nggak telepon Naya."

"Arya baru pulang tadi pagi. Mungkin dia belum sempat hubungin kamu."

"Naya bisa bicara sama Bang Arya?"

"Sebentar, ya, ibu panggilkan dia dulu."

Sedetik dua detik, panggilan masih terhubung. Tapi Bang Arya belum juga bersuara.

"Halo, Bu."

Hening, tidak ada suara.

"Halo, Neng. Arya tidak ada di rumah. Mungkin dia lagi keluar. Nanti Ibu bilangin ke dia suruh telepon kamu, ya."

"Ya udah, Bu. Nggak papa."

"Kamu beres-beres sekarang aja. Biar Arya bisa jemput kamu pagi-pagi."

"Iya, Bu."

"Kalo gitu, teleponnya Ibu tutup, ya. assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Tut tut tut.

Panggilan telepon berakhir.

Aku buru-buru pulang ke kostan agar tidak kemalaman membereskan pakaian.

****

Sesampainya di kostan, aku langsung masuk ke kamar dan bersiap untuk membereskan pakaianku.

Ting!

Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselku.

Dari Kak Arsa.

Aku terperanjat kaget melihat nama yang terpampang di layar ponselku.

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang