keberanian Naya

9 2 0
                                    

Aku terbangun saat mendengar suara orang yang berlalu-lalang di depan kamarku.

Jam di layar ponsel menunjukkan angka pukul 19:00 malam.

Sebentar lagi, keluarga Bang Raka akan datang.

Aku buru-buru mengunci pintu dan berdiam diri di kamar.

Di luar, aku mendengar suara Ibu  mengetok pintu dan memintaku untuk segera keluar kamar.

Namun, aku lebih memilih mengurung diri di kamar ini.

Aku mengunci semua jendela dan menutupnya dengan gorden.

Sempat terlintas di pikiranku untuk kabur dan pergi dengan Kak Arsa. Namun, aku urungkan. Aku tidak ingin kesehatan Bapak semakin memburuk.

Aku sengaja mengulur waktu, agar setidaknya aku bisa mencari alasan agar pertunangan ini tidak terjadi.

"Neng, buka pintunya. Ibu mohon." Suara Ibu begitu pilu. Ia terus menerus memanggil namaku.

Beberapa orang sudah berusaha untuk mengetok pintu dan memintaku ke luar kamar.

"Dobrak aja pintunya! Nanti kita bisa cari orang untuk membantu kita." Terdengar beberapa orang yang sedang berbicara di luar. Mereka mengatakan akan mendobrak pintu ini.

Ya Alloh, aku harus bagaimana?"

Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

Bagaimanapun juga, aku harus bisa menghadapi ini semua.

Aku perlahan membuka pintu dan berjalan ke luar kamar.

Di luar, sudah banyak orang yang sedang berkumpul di depan pintu kamarku.

Diantara mereka, bahkan ada yang terang-terangan membicarakanku.

Aku tidak peduli.

Aku hanya tidak ingin pertunangan ini terjadi.

"Alhamdulillah, Ya Alloh. Akhirnya kamu keluar juga." Ibu menghambur ke pelukanku dengan wajah yang sudah basah oleh air mata.

"Ayo, Neng. Kamu siap-siap dulu." Ibu menuntunku kembali ke dalam kamar dan membantuku bersiap-siap.

Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan.

"Nay, kamu nggak papa?" Tanya Amel khawatir. Ia masuk ke dalam kamar di ikuti oleh beberapa orang yang tadi berkumpul di depan pintu.

"Nggak papa." Aku hanya tersenyum.

"Bu, biar saya aja yang bantu Naya siap-siap. Nanti kita ke depan sebentar lagi." Ucap Amel.

Ibu hanya mengiyakan dan menyuruh semua orang untuk ke luar. Di dalam kamar, hanya tersisa aku dan juga Amel.

Amel dengan telaten membantuku mengganti baju dan merias wajahku dengan riasan yang tipis.

Aku terus menatap ke arah cermin dengan tatapan kosong.

"Akhirnya, selesai juga. Coba lo liat ke depan cermin, Nay. Lo cantik banget."

Aku hanya tersenyum tipis. Setelah itu kembali dengan ekspresi datar.

Amel menuntunku ke ruang tengah.

Semua orang sudah berkumpul di sini. Mereka semua tampak kagum melihatku.

Aku tidak melihat Kak Arsa di antara kerumunan orang-orang. Aku juga tidak melihat Bang Arya di sana. Ke mana mereka berdua? Kenapa di saat seperti ini, mereka malah menghilang?

"Kak Arsa ke mana, Mel?" Tanyaku celingukan mencari keberadaannya.

"Mungkin Kak Arsa lagi keluar. Dia bilang, katanya dia nggak sanggup menyaksikan pertunangan lo."  Bisik Amel.

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang