Beruntung Memilikinya

17 6 0
                                    

"Kamu tahu, kalau cinta pada pandangan pertama itu benar-benar ada. Seperti aku, yang jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu."
- Arsa Nata Prawira

Setelah melalui perjalanan sekitar tiga jam, akhirnya kita sampai di  tempat tujuan, yaitu Pantai Santolo.

Pantai Santolo merupakan sebuah pantai yang ada di kabupaten Garut Jawa barat.

Pantai Santolo berasal dari kata Zon (dibaca sun) dan Tulu. Dalam bahasa Belanda berarti matahari tenggelam.

Pantai ini memiliki bentang luas hamparan pasir putih lembut dan bersih dikelilingi deretan perbukitan.


Pantai ini cukup bersih dengan deburan ombak yang tidak terlalu besar. Bibir pantainya memiliki karang dan laut yang surut. Hal tersebut membuat ombaknya tertahan di tengah, tidak sampai ke bibir pantai.

Ketika sampai di sini, aku merasakan sebuah ketenangan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku benar-benar berterimakasih kepada Kak Arsa karena sudah mengajakku ke tempat ini.

"Gimana, kamu suka?"

"Suka banget, Kak. Naya seneng banget bisa di ajak ke sini." Ucapku tidak berhenti tersenyum.

"Aku beli minum dulu, ya. Kamu jangan-jangan kemana! Aku takut kamu tersapu ombak." Ucapnya tertawa.

"Apaan, sih? Mulai deh, nyebelin lagi."

"Becanda." Ucapnya seraya mengusap rambutku.

Ah, kenapa sikapnya bisa manis banget, sih. Ternyata benar kata orang, laki-laki yang dingin itu, ternyata kalau romantis bisa bikin meleleh gini.

"Ya udah, sana beli minum." Usirku.

"Iya, awas ya, jangan kemana-mana."

"Iya, bawel."

Suasana di pantai ini begitu tenang. Aku pun bisa melupakan sejenak semua masalahku.

Aku memejamkan mataku untuk merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku.

Deburan ombaknya yang tidak terlalu besar, justru membuat suasana hatiku menjadi tenang.

Huh... Aku menghembuskan nafasku perlahan. Aku benar-benar menikmati semua ini.

"Ada yang seneng banget kayanya." Tiba-tiba, Kak Arsa menghampiriku dengan membawa dua botol air minum di tangannya.

"Kak Arsa! Makasih, ya, udah ajak Naya ke sini."

Tanpa sadar, aku berlari dan memeluk Kak Arsa yang masih memegang botol air di tangannya. Mungkin dia bingung dengan sikapku yang tiba-tiba saja memeluknya.

Tapi, sejurus kemudian, Kak Arsa menjatuhkan botol air tersebut dan membalas pelukanku. Ia memelukku erat seolah tidak ingin melepaskannya.

"Sama-sama. Aku pikir kamu nggak akan suka diajak ke pantai."

"Kata siapa?" Tanyaku melepaskan pelukannya.

"Kenapa di lepas?" Tanyanya.

"Ma-maaf, tadi itu nggak sengaja.  Naya cuma seneng aja, karena Kak Arsa udah ajak Naya ke sini." Ucapku menahan malu.

Diary Naya (TAMAT)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang