Chapter 31| Dimsum

23 1 0
                                    

Masa muda adalah fase terlabil dalam siklus kehidupan manusia. Banyak pertimbangan yang seakan berada diambang kebingungan.

Bertanya-tanya apakah salah? ataukah sudah benar?.

Sering merasa salah dan menyesali perbuatan tapi tak jarang juga belajar menerima daripada menyesali seluruhnya. Belajar bersyukur, belajar lebih mandiri, dan belajar menerima bahwa mereka sedang menjalani kehidupan.

***

Kebetulan jam makan siang hari ini Indah menyempatkan diri untuk bertemu Bella.

Meskipun
mereka beda universitas setidaknya masih ada waktu untuk bertemu di sela-sela perbedaan.

Mereka berdua sedang berada di restoran dimsum terkenal di sekitar kampus.

Indah menanyakan keadaan Bella
tentang kondisi kesehatannya setelah pingsan hari itu.

Sebelum memesan makanan Indah
memperhatikan Bella yang tengah sibuk berkutat dengan ponsel.


“Ngapain sibuk amat kayaknya,” cibir Indah.

“Belajar masak,” jawab Bella singkat sambil memperhatikan terus ponselnya.

“Dih tiba-tiba banget,” Indah mengernyitkan dahi heran, mungkin Bella sedang menonton chef
yang menjelasakan bumbu-bumbu dapur tapi aneh saja mengapa sahabatnya ini mau belajar masak.

“Sebenarnya Iel gak keberatan kalau gue gak bisa masak tapi sebagai orang yang tahu diri ya
setidaknya belajarlah dikit-dikit dasarnya aja siapa tahu nanti anak-anak gue minta dimasakin telor
terus telornya gosong kan gak lucu,” jawab Bella dengan antusias.


“Wih keren! Belajar dimana lo?,” seru Indah selagi bertanya.


“Cooking Dash,” jawab Bella seraya tersenyum simpul.

“Kalau boleh gue mau lempar lo pake sandal! Dasar cewek freak!,” ujar Indah dengan segenap emosi ketika mendengarnya.

Padahalkan itu game!.

“Gak apa-apa yang penting usaha,” ia membela dirinya sendiri sambil cengengesan.

Indah masih menanggapi percakapan Bella yang kadang kurang berbobot.

“Nanti kalau lo ditanya mertua bisa masak atau enggak terus lo jawab bisa dan akhirnya mertua lo ngajakin masak
bareng, dengan bangganya lo bilang ‘boleh, udah level berapa tan? Nanti saya invite deh biar masak sama-sama,ʼ mertua lo langsung ambil KK nya coret nama lo happy ending deh.”.

Bella tak kuasa menahan tawanya sehingga tawa pecah diantara keduanya, “Ketawa banget!!sial hahahha,” jawab Bella.

“Semua orang pada nge-bug dadakan akibat tingkah lo,” timpal Indah.

Setelah tawa yang pecah saatnya memasuki tahap cerita lebih mendalam mengenai keseriusan yang mereka alami.

Tidak menutup kemungkinan setelah tawa akan ada tangis yang terdengar yang tak kalah keras suaranya.


"Gue putus aja deh sama Daniel," ucap Bella ketika Indah hendak melahap dimsumnya didepan mata.

Indah melotot bersamaan dengan tangannya yang menyimpan kembali peralatan makan.

"Gampang bener tuh mulut! entar juga nyesel, apa yang ganggu pikiran lo?," tanya Indah. Bella berpikir
sejenak.

"Jangan bilang gak ada yang ganggu tapi cuma pengen aja," sindir Indah.

Habisnya Bella selalu membuat keputusan dengan alasan 'ya cuma pengan aja' . Gila kan? ya memang anaknya agak gila.

From My Youth (Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang