Happy Reading Y'all 💚
_________________________
Menyadari bayi itu tertidur ia membaringkannya di kamar ditemani oleh bi Sita.
Kembali duduk menghampiri Iel yang sedang menonton pertandingan basket di televisi.
"Katanya mau cerita," ucapnya sebagai permohonan dari perkataan Iel beberapa menit yang lalu.
Sambil mencari remot kemudian mematikan televisi, "Sini deketan,"pinta Iel.
"Cepet ih aku penasaran tau," ujar Bella.
"Selain hobi nanya, ternyata kepo juga ya," sindir Iel.
Bella kesal sendiri mendengarnya, "Yaudah oke fiks kalau gitu, bye," ancamannya tak mempan karena Daniel membiarkan Bella mengoceh sendiri.
Iel melambaikan tangan, tentunya yang dilakukannya tambah membuat kesal.
Bingung antara pulang sekarang dengan rasa penasaran yang tinggi atau menetap mendengarkan cerita dan menahan malu karena tak jadi pulang.
Melihat ekspresi Bella yang kebingungan membuat Iel tak tega, "Yaudah sini duduk lagi," katanya sambil menarik tangan Bella untuk duduk kembali disampingnya.
"Aku gak jadi pergi karena kamu suruh ya," Ya gengsinya memang masih belum bisa diturunkan.
Bella melirik secepat kilat agar Iel segera bercerita, "Once upon a time......." Seketika Bella merasa murka dengan lelucon kekasihnya, Daniel masih setia menertawakan kekesalan yang tidak ada ujungnya sejak tadi.
"Gemes banget sih," Wajah Bella memerah seketika.
"Aku udah kenal mereka sebelum mereka tau aku," jawabnya.
Bella heran mengapa bisa terjadi padahal sangat mustahil pernah bertemu sebelumnya.
"Aku punya adik," jelas Daniel.
Membekap mulutnya sendiri dengan tangan, "Jadi kamu bukan anak satu-satunya? terus apa hubungannya sama masa lalu mereka?," Bella yang semakin penasaran.
Sepertinya Iel tidak berniat menceritakan hal itu kepada siapapun lagi.
"Terus adik kamu mana? dia tinggal di Indonesia kan?," Daniel lambat merespon karena saat dia menceritakannya kembali seperti membongkar kuburan yang sudah lama mati.
"Dia udah meninggal," Gabriella mengerti sekarang mengapa pertanyaannya tidak ada yang dijawab dengan benar, rupanya Iel sudah mengubur cerita ini sejak lama.
"Jadi dia itu..," perkataan Daniel dipotong.
"Udah jangan di ceritain lagi, apapun yang terjadi sama kamu dan apapun yang terjadi sama sahabat aku di masa lalu sudah seharusnya tersimpan aja dan untuk kepergian adik kamu aku turut berduka cita ya, masih ada aku kok yang bisa kamu anggap adik,"
Iel membantu Bella merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan, "Kamu udah aku jadiin pasangan gak mau kalau cuma jadi adik," jawab Iel.
"Terserah deh senyamannya kamu," jawab Bella.
Tiba-tiba dirinya terpikir perkataan Eva saat di mobil beberapa saat lalu. "Kamu kasihan sama aku?," Pertanyaan itu mendadak membuat Iel menjadi kaku ia membisu tak mampu menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From My Youth (Sudah Terbit )
Fiksi RemajaDia adalah luka dan kebahagiaan bagi ku. Perasaan yang tetap membisu hingga detik ini. Sebuah akhir tidak pernah bisa diprediksi akan berujung seperti apa. Ketika sudah berhasil mendapatkannya pun belum tentu bisa bahagia bersama. Rangkaian perist...