17. Maaf dan Satu syarat

17 2 0
                                    

Terhitung sudah seminggu setelah Stevan mengirimkan pesan untuk Celine, lebih tepatnya Aaron yang membajak ponsel Stevan. Kini kelima laki-laki itu masih terus membujuk teman sebangku mereka masing-masing.

Celine dan sepupunya yang lain sudah menjelaskan semuanya. Awalnya kelima laki-laki itu marah, tapi setelah dipikir-pikir mereka maklum karena usia Celine dan sepupunya yang lain masih labil, belum mengerti yang mana boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

Setelah penjelasan dari Celine serta yang lain akhirnya mereka pun saling meminta maaf, sekarang mereka malah jadi bestie tanpa sepengetahuan siapapun.

Ternyata teman sebangku mereka itu benar-benar marah. Terbukti karena mereka yang dengan sengaja berpindah tempat duduk agar tidak duduk sebangku dengan kelima anak laki-laki itu.

Dan selama seminggu itu juga kelima anak laki-laki itu tak gencar mengikuti kemana kelima gadis yang masih tidak mau menanggapi permintaan maaf mereka itu.

Tidak hanya itu, bahkan mereka melakukan berbagai hal untuk mendapatkan maaf, seperti yang mereka lakukan beberapa hari yang lalu.

Mereka berlima sepakat untuk mentransfer uang senilai satu juta ke rekening teman sebangku mereka masing-masing. Melalui paman kelima gadis itu tentunya.

Mereka dengan keberanian besar mendatangi ruangan kepala sekolah untuk meminta tolong agar bisa mentransfer uang mereka ke rekening kelima gadis itu, tidak mungkin kan mereka menanyakan nomor rekening kelima gadis itu? Dan untungnya disanggupi oleh sang kepala sekolah setelah mereka menjelaskan apa saja yang terjadi di antara mereka dan kelima gadis itu.

Awalnya baik-baik saja, tetapi selang beberapa hari kemudian mereka dipanggil untuk menghadap kepala sekolah, dan mereka diberitahu bahwa uang pemberian mereka itu dikembalikan alias ditolak oleh kelima gadis itu.

Mau tidak mau mereka sepakat ingin terus mengikuti kemanapun kelima gadis itu pergi ataupun menawarkan bantuan apapun yang mungkin bisa membuat mereka dimaafkan.

Sepertinya contohnya saat ini, lebih tepatnya dikantin karena sekarang memasuki jam istirahat, mereka dengan tidak tahu takut ataupun malu malah duduk di kursi persis di depan kelima gadis itu.

"Lu berlima bisa berhenti ngikutin kita nggak sih?!" geram Akira sambil menatap tajam ke arah kelima makhluk di depannya.

"Nggak, sebelum kalian maafin kita," jawab Mahes dengan wajah yang bikin siapapun kesal melihatnya.

"Kalo udah dapat maaf?" Kini gantian Ryn yang bertanya, kedua alisnya ikut terangkat.

"Kita nggak bakal ganggu kalian lagi," jawab Aaron.

"Yaudah kalo gitu kita maafin, udah sana kalian pergi!" ucap Akira terdengar tidak ikhlas masih dengan wajah kesalnya.

"Lu nggak ikhlas ngomongnya," ujar Afis.

"Terus?" tanya Emelie yang mulai geram.

"Kalian harus maafin kita dengan ikhlas baru kita bakal pergi," jelas Stevan sambil tersenyum seperti mengejek.

"Mau dapat maaf dari kita secara ikhlas?" tanya Ara yang sedari tadi sibuk menyimak.

"Iya lah, supaya kita nggak ngerasa bersalah," balas Mahes cepat.

"Boleh, tapi dengan satu syarat," ucap Ara sambil menikmati makanan yang tadi ia pesan.

"Apa-apaan! Nggak bakal mau gue maafin mereka!" tolak Yena menggebrak meja dengan kedua alis mengkerut, tanda ia sangat tidak setuju. Apalagi sedari tadi ia menatap tajam ke arah lima laki-laki di depannya itu.

"Yen coba lo pikir, kasian mereka ngikutin kita mulu. Emang lo nggak risih apa?" tanya Ara membuat Yena tambah menatap tajam sambil mengepalkan tangan kanannya. Sedangkan yang ditatap hanya bisa meneguk saliva.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang