"Pelajaran kita sampe disini ya anak-anak untuk hari ini, sampai jumpa di minggu berikutnya."
Merasa ada informasi yang harusnya disampaikan tadi, wanita paruh baya yang biasa disebut bu Reny segera berbalik.
"Oh iya, nanti ada Ibu Wirna yang akan menjelaskan kegiatan kita kedepannya, karena berhubung bulan depan kalian akan melaksanakan ujian kenaikan kelas."
Semua murid mengangguk tanda mengerti.
"Baik, Ibu tinggal dulu ya anak-anak, selamat siang," pamit bu Reny.
"Selamat siang~" balas beberapa murid.
"Selamat siang juga Ibu!" balas Ryn dengan nyaring.
"Hati-hati Bu!" celetuk Akira walaupun sang guru sudah menjauh dari kelas.
"Weh nggak kerasa bentar lagi naik kelas 2," celetuk Emelie sambil merenggangkan otot-ototnya yang terasa keram.
"Perasaan beberapa bulan yang lalu jadi anak baru, nggak kerasa bentar lagi naik kelas," ucap Stevan sambil bernapas lega.
"Akhirnya bentar lagi naik kelas!" Yena tersenyum lebar ketika mengingat tidak lama lagi ia dan yang lain akan libur panjang.
"Bentar lagi jadi kakak kelas ulala." Akira membayangkan bagaimana ketika nanti ia naik kelas dan berposisi sebagai kakak kelas sepanjang jalan ketika ia menyapa semua adik kelas akan menyapanya kembali menggunakan embel-embel 'Kak', membayangkanya saja membuat Akira bahagia.
Afis yang duduk di sebelah Akira langsung menyahut.
"Gue tau niat busuk lo. Lo mau nindas anak orang kan?!" tuduh Afis menunjuk Akira dengan mata yang menyipit.
"Enak banget ya mulut lo ngomong gitu. Gue ini kakak kelas yang baik dan patut di contoh, jadi nggak ada yang namanya gue mau nindas adek kelas kayak di sinetron." Akira memutar bola matanya malas.
"Oh iya kah?"
"Ya."
"Lantas hamba akan percaya??"
"Hamba sahaya lu? Pake hamba-hamba segala."
"Goblok, nggak gitu konsepnya."
"Sok dramatis lo tuh tau nggak??"
"Nggak."
"Pantes sih, nggak punya kaca soalnya."
"Ni cewek makin lama bikin gue emo–"
Baru saja Afis ingin memaki Akira tapi terhenti karena kedatangan seorang guru.
"Selamat Pagi anak-anak," sapa guru yang bernama bu Wirna.
Suasana kelas yang awalnya berisik serta rusuh seketika menjadi sepi dan sunyi ketika Bu Wirna masuk.
"Weh ssssttt... Ada Bu Wirna." Ketua kelas menegur beberapa murid yang masih belum sadar akan kehadiran bu Wirna.
"Oke karena sebentar lagi istirahat dan Ibu diberi tugas untuk menyampaikan sebuah informasi ke kelas ini, jadi langsung saja ya Ibu jelaskan?"
Bu Wirna berhenti sebentar sambil melihat respon murid-muridnya, dan anggukan murid-murid adalah responnya.
"Jadwal kedepannya akan ada ujian kenaikan kelas, lebih tepatnya dua minggu lagi. Jadi persiapkan diri kalian dan belajar dengan sungguh-sungguh."
"Eh ntar gue nyontek ya?" Mahes mencolek lengan Ara.
"Lu siapa gue tanya?" Ara mengangkat kedua alisnya.
"Gaya lo ketek babi!"
Brakk.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
RomantikKetika takdir mempermainkan mereka. Senang, sedih, takut, amarah, frustasi, kesalahpahaman, dan pertikaian yang terjadi diantara mereka. Apakah takdir akan terus mempermainkan mereka? Kadang mereka lelah dengan semuanya, tapi mereka sadar dan yakin...