"Yok guys!" ajak Stevan yang langsung bangkit dari tempat duduknya disusul dengan Mahes, Afis, dan Aaron.
"Weh ayok," ajak Afis sambil menatap Akira yang masih duduk di tempatnya.
"Saha?" tanya Akira dengan wajah bingungnya.
"Ya kalian," jawab Mahes sambil menatap Akira dan yang lain.
"Masa lupa sama yang gue bilang tadi?" tanya Stevan menghadap kebelakang.
"Tapi ini masih jam pelajaran ngab," balas Emelie menatap kesal ke arah Stevan.
"Lo nggak usah sok jadi siswa teladan deh. Gue juga tau kalo kalian pada suka bolos," sindir Aaron menatap sekilas ke arah Emelie.
"Ya emang bener sih," sahut Ara membenarkan ucapan Aaron dengan menganggukkan kepalanya.
"Lagian ini jamkos. Kalo ada guru masuk tinggal bilang aja tadi 'kan diumumkannya jamkos. Apa susah," jawab Afis dengan enteng sambil mengangkat kedua bahunya.
"Bener juga wkwk," balas Yena terkekeh.
"Ngumpul sini guys biar nggak ribut, kita ngobrol dulu belum jam 11 juga baru jam 10.38," panggil Aaron ketika selesai melihat jam di ponsel miliknya. Yang lain pun menurut, termasuk Ryn, Ara, dan Akira. Kecuali Emelie dan Yena, karena mereka berkumpul diantara meja Emelie-Aaron dan Yena-Brian.
"Kayak ni kelas pernah tentram aja," celetuk Emelie, ia menghadap ke belakang agar lebih nyaman saat mereka saling berbicara.
"Maksud gue supaya mengurangi populasi keributan di kelas ini, coba lu pada liat sekitar. Gue berasa nemanin Emak gue belanja di pasar njir," ujar Aaron sambil melihat sekitar.
"Mereka juga mana peduli mau kita ngapain. Coba liat aja noh, pada buat kubu untuk begibah anjay." Afis menunjuk beberapa kelompok yang sedang berkumpul membuat lingkaran.
"Heh jangan ditunjuk!" tegur Mahes yang reflek memukul tangan Afis.
"Sakit anj-" Afis menggenggam tangannya yang sakit akibat pukulan yang entah disengaja ataupun tidak oleh Mahes.
Dari ekspresi wajahnya Afis terlihat seperti menahan rasa sakit yang amat sakit.
"Hayu Mahes, anak orang nangis," ucap Ryn memanaskan suasana.
"Mana ada anj-" Afis menggenggam tangannya dan terus mengeluh kesakitan dengan wajahnya yang memerah.
"Sorry bro, lu sih main nunjuk sembarangan nanti kalo orang yang lu tonjok salah sangka gimana?" ucap Mahes merasa bersalah.
"Tapi lu mukulnya keras bangke!" ucap Afis dengan nada tinggi.
"Nggak sengaja serius," balas Mahes dengan raut wajah bersalahnya.
"Halah alasan," kata Afis dengan raut wajah serius. Ia terus mengeluh sakit dan menggenggam tangannya, sambil sesekali memejamkan mata.
"Serius bro gue nggak sengaja," ucap Mahes berusaha meyakinkan Afis.
Mahes berusaha melihat bekas pukulan yang ia timbulkan di tangan Afis, tetapi tangannya langsung ditepis kasar oleh Afis.
"Lu mau bales dendam ceritanya?" Mahes mengaduh kesakitan karena Afis menepis tangannya lumayan keras.
"Ga."
Aaron memukul pelan bahu Afis. "Fis lu jangan gini, serem njir."
"Apaansih!" sahut Afis membuat Aaron, Stevan, serta Mahes menatapnya horor. Sedangkan Brian menatap Afis dengan malas.
"Fis serius gue tadi nggak sengaja, maaf ya, jangan marah lah," bujuk Mahes sedikit memohon dengan menyatukan kedua tangannya.
Afis hanya berdehem sambil melihat ke arah tangannya yang memerah.
![](https://img.wattpad.com/cover/221978471-288-k97394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
RomanceKetika takdir mempermainkan mereka. Senang, sedih, takut, amarah, frustasi, kesalahpahaman, dan pertikaian yang terjadi diantara mereka. Apakah takdir akan terus mempermainkan mereka? Kadang mereka lelah dengan semuanya, tapi mereka sadar dan yakin...