19. Permintaan kedua

9 2 0
                                    

"KAK AZKA SEMANGAT!!!!" pekik Ryn membara.

Kini kelima gadis itu sedang berada di sebuah lapangan basket umum, tentunya mereka berada di tribun bagian penonton paling bawah. Dan ya permintaan kedua kelima gadis itu adalah ini.

Mereka menginginkan Stevan dan teman-temannya untuk melawan Azka yang notabenenya kapten basket bersama anggota ekskul basket yang lain.

Stevan akhirnya mengetahui tujuan Ryn menanyakan apakah ia dan teman-temannya itu pandai dalam bermain basket. Stevan dan yang lain hanya bisa mendengus kesal.

Azka dan teman ekskulnya yang lain pasti lebih hebat dari mereka. Terbukti dari teknik mengoper bola mereka.

Jika saja mereka memiliki sumbu pendek dan otak kecil, mereka akan menyerah di awal dan tidak peduli jika mereka tidak dimaafkan oleh kelima gadi itu.

"WOOOOO KAK AZKA!!!" Ryn yang paling heboh sejak tadi, maklum namanya juga suka.

Bahkan keempat temannya itu hanya menonton pertandingan basket dengan ekspresi biasa, tidak seperti Ryn yang sejak tadi heboh berdiri sambil berteriak, meneriaki nama sang pujaan hati. Untuk saat ini, ga tau ya untuk kedepannya.

"Anjir dah ni bocah berisik banget," jengkel Emelie.

"Dia sendiri yang heboh anjir," julid Ara.

"Biasa si bebebnya," celetuk Yena malas.

"Repot banget kalian, iri bilang boss." Ryn menjulurkan lidahnya.

"Sejak kapan gue iri?" Yena mengangkat kedua alisnya menantang.

"Sorry gue nggak iri, gue udah punya Wonie soalnya," lanjut Yena membuat yang lain menatapnya jengah.

"Hah apa? Pak Juki masuk paret?" Akira seolah menulikan pendengarannya.

Demi apapun ia bosan ketika Yena mengatakan hal itu. Bagaimana tidak? Yena menyebutkan kalimat yang hampir sama secara BERULANG-ULANG. CUKUP! Akira muak mendengarnya.

"Tau ah males." Yena memutar bola matanya dengan malas, ia ngambek pokoknya.

"YEEAY BOLANYA MASUK!!! KAK AZKA HEBAT!!"

Ryn bertepuk tangan heboh, disertai senyum manisnya yang lebar. Azka yang mendengarnya menoleh ke arah Ryn, mengedipkan sebelah matanya ke arah Ryn membuat Ryn hampir terhuyung kalau Emelie tidak menahan tubuhnya.

"Letoy banget baru juga digituin," umpat Emelie.

Peluit pun ditiup...

"Pertandingan dimenangkan oleh kelompok yang diketuai Azka."

Kelima gadis serta semua yang berada di lapangan tersebut bertepuk tangan, Ryn yang paling bersemangat tentunya.

Kini para pemain basket tadi saling berjabat tangan satu persatu dan saling memuji skill masing-masing.

"Huft.... Kerja bagus semuanya."

Rekan Azka secara bergantian memberikan tos.

"Yo bro, kerja bagus." Azka kembali mendekat ke arah Stevan dan mereka saling berjabat tangan.

"Yo makasih," balas Stevan.

Kini mereka semua berkeringat dengan napas ngok-ngosan. Siapapun yang melihat mereka terutama para perempuan akan terpesona sekaligus menggila.

Apalagi jika mereka melihat penampilan Azka, Stevan, dan Brian yang memakai headband di kepalanya. Kecuali kelima gadis itu sih, eh? Minus Ryn juga yang meleleh ngeliat Azka.

"Kak Azka!" panggil Ryn yang lari dari tribun.

"Eh Ryn jangan lari-lari!" peringatan dari Azka.

"Hehe sorry. Nih Kak air minum buat Kak Azka." Ryn menyodorkan botol minum yang sengaja ia dan yang lain beli tadi.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang