Di pagi hari yang cerah, burung-burung berkicau, matahari mulai menampakkan dirinya, angin berhembus meniup dedaunan kering, serta cahaya matahari yang menelusup di celah-celah gorden.
Suara ceklekkan pintu mulai terdengar. Tapi sepertinya tidak ada yang menghiraukan suara tersebut.
"Sabar gue mah, berasa pembantu bangunin 4 gadis kebo tiap hari," ujar Ara sambil melihat keempat temannya yang masih setia bergelut di kasur masing-masing, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berucap sabar di dalam hati.
"Ryn, bangun woy kebo!"
"Iya tunggu... 5 menit lagi," sahut Ryn sambil memeluk guling kesayangannya.
"Yaudah cepet!" Ara melempar guling milik Ryn ke kepala pemiliknya. Dan ia pun beranjak ke kasur Emelie.
"Emelie bangun, ayo sekolah." Ara menggoyangkan tubuh Emelie.
"Iya, melek dulu, " jawab Emelie dengan mata yang masih tertutup.
"Cepetin! Atau nggak gue gorok!"
"Akira... Bangun, kita mau sekul," ucap Ara sambil menepuk-nepuk pipi Akira.
Akira langsung terduduk dengan mata yang masih menyesuaikan cahaya.
"Yena... Bangun woy, sekolah."
Tidak ada sahutan maupun pergerakan kecil dari sang pemilik nama. Dengan senang hati Ara berteriak.
"YENA BABIK! BANGUN DONG!!"
Yena langsung terduduk dengan mata yang masih tertutup, ia langsung merasakan pusing. Jantungnya berdegup kencang akibat suara Ara yang membuatnya terkejut.
"Apa sih Ra? Bikin kaget aja lo."
"Ya habisnya lo dari tadi di bangunin bukannya bangun, malah tambah nyenyak tidurnya, kek simulasi meninggal aja," ujar Ara yang menatap kesal ke arah Yena, sedangkan Yena masih dengan keadaan mata tertutup.
"Ada apa sih? Pagi-pagi udah gangguin orang aja... Mau ngapain sih?" tanya Yena masih dengan mata tertutup. Wajahnya mengerut sambil menggaruk kepalanya yang gatal.
"Mau berak bunda, ya sekolah lah!!"
"PR gue aja belum selesai, mana hari ini bu Reni lagi. Sudah galak, ngasih banyak PR, marah-marah nggak jelas kalo orang nggak ngerti. Sudah tau kepala gue ini nggak bisa nampung banyak rumus," gumam Yena panjang lebar tapi matanya masih tertutup.
"Iya Yena.. PR gue juga belum selesai," sahut akira yang matanya sudah terbuka dengan sempurna.
"Yaudah bolos aja gih," celetuk Ryn yang masih mengumpulkan nyawa.
"Gue setuju sama lo Ryn," sahut Emelie.
"Ck yaelah... Kebiasaan kalian ini! Mentang-mentang sekolahan milik Kakek!" ucap Ara.
"Ya nggak apa-apa kali, lagian kan bukan Kakek kepala sekolahnya, 'kan Om Difan, jadi santuy aja," sahut Ryn.
"Iya gue setuju aja sih," jawab Emelie yang akhirnya membuka matanya.
"Gue juga setuju.. Setuju banget!!" seru Akira dengan semangat.
"Yaudah... Gue mau chat Om Difan dulu, bilang izin ada urusan." Yena mulai membuka matanya dan menyesuaikan cahaya, lalu mengambil ponsel miliknya yang terletak di samping kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny
RomanceKetika takdir mempermainkan mereka. Senang, sedih, takut, amarah, frustasi, kesalahpahaman, dan pertikaian yang terjadi diantara mereka. Apakah takdir akan terus mempermainkan mereka? Kadang mereka lelah dengan semuanya, tapi mereka sadar dan yakin...