Sebelum Kembali kerumah, Jack terlebih dulu mampir kesebuah agen pemasok sembako. Di sana dia membeli semua yang bisa dia beli, mulai dari minyak goreng, pampers, pembalut wanita, puluhan botol air mineral, pasta gigi, sikat gigi, sabun mandi, tisu, shampo, penyedap rasa, telur hingga berbagai jenis roti dia beli, semuanya Jack beli dalam jumlah yang sangat banyak. Toko agen itu hampir di kosongkan oleh Jack. Jack juga tidak lupa membeli mie instan yang akan menjadi makanan mewah selama masa apocalypse.
Setelah dirasa cukup untuk hari ini, Jack pulang dengan mobil yang penuh dengan muatan. Untung saja mobil yang Jack gunakan hari ini adalah Jenis mobil yang memiliki badan lebar. Pulang kerumah, Jack memarkirkan mobilnya di parkiran. Tidak ada siapapun di sana, Jack tanpa khawatir memasukan semua yang dia beli kedalam ruang miliknya.
''Awal banget pulangnya, Mas?'' tanya Raya yang sedang menggendong Ryan, menatap suaminya dengan heran.
''Hm, tadi Cuma mampir sebentar, aku langsung pulang,'' jawab Jack, dia menghampiri istrinya, memeluk tubuh Raya dengan erat.
''Uh uh, hah!'' Mungkin karena merasa rishi, Ryan kecil memukul-mukul lengan ayahnya dengan pelan. Tapi pukulan bayi itu tidak memberikan rasa sakit apapun pada Jack.
Jack semakin mengeratkan pelukannya pada mereka berdua, ia menatap wajah putranya, masih tidak menyangka bahwa di kehidupan sebelumnya dia begitu tega meninggalkan Raya dan Ryan. Apakah karena Jack sangat mencintai Novelyn? Jack tidak tau, sekarang, dia sendiri tidak mengerti mengapa dia setega itu pada istri dan anaknya.
''Ish, Mas! Mandi dulu sana,'' titah Raya mencoba menyingkirkan suaminya.
''Aku enggak mau,'' Jack menggelengkan kepalanya, menolak.
''Ck! Cepetan mandi!''
Menyerah, Jack akhirnya menuruti apa yang istrinya katakanan.
***
Masih banyak hal yang harus Jack persiapkan. Keesokan harinya, Jack pergi lagi untuk membeli hal yang belum dia beli. Mulai dari generator, batu batrai kecil dan besar, pakaian dalam wanita, pria dan anak-anak hingga remaja, Jack membeli semuanya. Dia bahkan membeli lotion anti-nyamuk agar Raya serta Ryan nyaman di manapun mereka berada. Jack Kembali membeli beras, buah-buahan, air mineral kemasan, susu anak, garam, gula, dan semua bumbu masakan. Semuanya Jack masukan kedalam ruang saat tidak ada siapapun yang memperhatikan.
Hampir setengah dari uang yang dimiliki Jack habis begitu saja, dia sekarang harus menjual seluruh sahamnya di perusahaan untuk mendapatkan uang tambahan. Toh setelah apocalypse uang hanyalah seonggok sampah yang tidak berguna, setidaknya jika seseorang disuruh memilih antara uang dan roti basi, mereka akan memilih roti basi tanpa ragu. Lebih baik menjualnya sekarang dari pada sia-sia.
''Hah?! Kamu mau jual saham?'' Raya menatap kaget pada suaminya, tidak menyangka Jack akan membuat keputusan yang sangat tiba-tiba.
''Ya, bukan cuma saham perusahaan, aku juga akan menjual beberapa mobil dan barang-barang lain yang enggak berguna.''
''Mas,'' protes Raya.
Jack memegang tangan istrinya, keduanya sedang berada di dalam kamar sekarang. Waktu juga sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
''Ay, kamu percaya, kan, sama aku?'' tanya Jack sambal menatap Raya.
''Tapi kenapa? Enggak mungkin, kan, karena perusahaan lagi bangkrut?''
''Bukan karena itu. Tapi ini keputusan aku, kamu harus percaya sama aku, Ay.''
Menatap manik mata Jack, Raya memalingkan wajahnya, ''Terserah kamu.'' Setelah itu dia mengibaskan tangan Jack, naik ke tempat tidur dan tidur membelakangi sang suami.
Jack menghela nafas, dia naik keatas tempat tidur, memeluk Raya dari belakang.
''Ay, kamu harus percaya sama aku,'' bisik Jack di telinga Raya.
Raya hanya diam, memejamkan matanya berpura-pura tidur. Istri mana yang tidak khawatir mendengar suaminya akan menjual seluruh aset mereka tanpa menjelaskan apapun padanya. Raya hanya takut Jack tertipu oleh seseorang dan pada akhirnya Jack akan kehilangan sesuatu yang menjadi hasil jerih payah pria itu selama ini.
''Sayang,'' panggil Jack lagi.
''Aku ngantuk, Mas,'' ujar Raya pada suaminya.
Jack menghela nafas, dia akhirnya tidak lagi mengganggu Raya.
Beberapa hari kemudian, meski Jack tau bahwa Raya kurang setuju dengan apa yang ia lakukan, tapi Jack tetap menjalankan rencananya. Menjual saham perusahaan bukan perkara yang mudah, apalagi jack memiliki enam puluh persen total saham miliknya di perusahaan. Mobil-mobil yang Jack jual sudah menemukan pembeli, Jack menghubungi salah satu temannya yang ahli dalam jual-beli mobil. Total ada empat mobil yang Jack jual, uang hasil penjualannya Jack belikan barang yang belum dia beli.
''Hei Jack, tumben menghubungi saya, ada apa?'' Seseorang diseberang telepon bertanya dengan nada penasaran dan antusias pada Jack. Orang itu adalah Firman, seorang Jendral militer yang merupakan rekan seperjuangan Jack Ketika duduk di bangku SMA.
''Man, kamu ingat dulu pernah bicara jika saya boleh meminta satu hal sama kamu?''
''Ya, saya ingat. Ada apa? Apa yang kamu mau?''
Firman ingat bahwa dulu Jack pernah menyelamatkaan dari sebuah kecelakaan dan saat itu Firman merasa berhutang budi, dia mengatakan pada Jack bahwa jika Jack menginginkan sesuatu atau membutuhkan bantuan, ia akan sebisa mungkin membantunya.
''Senjata,'' ucap Jack yang membuat Firman terdiam.
''Senjata untuk apa? Kamu tidak akan melakukan sesuatu yang illegal, kan?''
''Enggak, ada sesuatu yang mendesak dan Man saya juga mau memperingatkan kamu satu hal. Sebaiknya kamu mengumpulkan beberapa persediaan beras dan air atau makanan lainnya, saya dengar dari berita bahwa akhir-akhir ini cuaca akan semakin tidak menentu.''
''Saya juga sudah dengar, tapi bukannya terlalu berlebihan kalau sampai harus mengumpulkan persediaan? Apalagi membutuhkan senjata.''
Jack menghela nafas, dia tidak tau bagaimana harus menjelaskan pada Firman tentang kiamat zombie yang akan segera terjadi. Jika Jack mengatakannya begitu saja, sudah pasti Firman akan menganggapnya gila. Jack ingat di kehidupan sebelumnya Firman menjadi seseorang yang cukup berpengaruh di pangkalan yang didirikan oleh pihak militer, dia juga ingat bahwa sampai sepuluh tahun kemudian, Firman tidak pernah menikah.
''Senjata itu hal lain, apa kamu bisa menyiapkan beberapa? Saya bisa kirim alamatnya sekarang.''
''Oke-oke, akan saya usahakan dan soal menumpuk persediaan saya juga akan mempertimbangkan saran dari kamu.''
Setelah mendiskusikan soal persenjataan dan berapa banyak yang Jack inginkan, panggilan telepon akhirnya terputus. Jack lega saat ini, ia merasa seperti setengah dari beban berat di pundaknya menghilang begitu saja. Jack juga sudah memperingatkan Firman, apakah pria itu percaya atau tidak padanya, itu bukan lagi urusan Jack. Mungkin jika beruntung, mereka akan bertemu kembali suatu hari dalam keadaan yang berbeda.
Tujuan Jack sekarang adalah apotek yang menjual obat-obatan. Jack membeli obat penurun panas, obat flu dan obat-obatan untuk menangani luka. Jack membeli sangat banyak dan beragam hingga apoteker yang melayani Jack sempat curiga apakah Jack akan membuka apoteknya sendiri. Ketika melihat tatapan curiga sang apoteker, Jack tidak mengatakan apapun, hanya terus membeli dan membeli.
To be continued.
Jangan lupa vote dan komen:)
KAMU SEDANG MEMBACA
JACK
RandomDi kehidupan sebelumnya, demi seorang wanita, Jack meninggalkan istri dan anak-anaknya di dunia yang sudah tak lagi sama. Mayat busuk, orang-orang serakah dan zombie. Siapa yang tau ternyata wanita itu hanya memanfaatkan kekuatannya? Bertahun-tahun...