BAB 5| MUTASI MANUSIA PERTAMA

8K 821 36
                                    

Jack berjalan keluar dari rumah dengan langkah tergesa. Diiringi suara derasnya hujan dan petir yang sesekali menyambar, kaki Jack melangkah menuju rumah dengan kerumunan orang di halamannya.

''Permisi, Pak. Ada-''

''Pak Jack?'' Seorang pria parubaya yang juga menggunakan payung langsung menyela ucapan Jack begitu melihatnya.

''Pak,'' Jack juga menyapa. ''Ini ada ap arame-rame, Pak?'' tanya Jack.

Pria setengah baya itu menatap Jack dengan ragu, lalu matanya menyipit, mecodongkan tubuhnya pada Jack, berbisik dengan suara pelan, ''Bapak enggak tau?''

Jack sontak menggelengkan kepalanya.

''Ada percobaan pembunuhan di dalam. Katanya suami pemilik rumah mau bunuh istrinya!''

''Percobaan pembunuhan?''

Bapak tersebut menganggukkan kepalanya. ''Istri si pemilik rumah sempet menelpon ke tetangga sebelah rumahnya, katanya dia mau di bunuh suaminya. Jadi sekarang warna pada heboh, nunggu polisi datang.''

Jack mengerti, setelah si bapak tersebut tidak lagi berbicara, Jack mendongkak. Ia diam-diam menatap pada balkon rumah di lantai dua. Jendela balkon tampak tertutup dan gelap hingga ia tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Kening Jack berkerut, ia yakin merasakan aura aneh di rumah ini, lebih tepatnya 'nafas' zombie yang baru saja bermutasi. Tapi bagaimana mungkin? Masih ada beberapa minggu sebelum virus itu muncul dan menginfeksi semua orang, tapi Jeck ingat bahwa infeksi virus zombie itu datang perlahan. Di mulai dari gejala biasa batuk, pilek, pusing dan penyakit lainnya hingga gejala parah seperti kuku yang membusuk, kulit yang berubah ungu-kehijauan sebelum akhirnya orang itu berubah menjadi zombie.

''Sudah ada yang masuk ke dalam?'' tanya Jack.

''Enggak ada, pintunya di kunci dari dalam, didobrak, pun, enggak bisa kebuka. Yah, itu salah satu 'keamanan' yang terlalu berlebihan di perumahan ini.''

Telapak tangan Jack diam-diam terkepal, dia ingin memastikan sendiri hal tersebut. Jack melangkah maju melewati beberapa orang, Ketika ia berdiri tepat di depan pintu rumah, Jack berkata pada mereka, ''Biar saya yang coba dobrak.''

''Pak, Jack, tadi kami sudah mencoba berbagai cara utnuk membuka pintu, tapi pintu tidak terbuka sama sekali,'' ujar salah satu pria yang hampir seumuran dengan Jack.

''Iya, Pak! Jadi sebaiknya kita menunggu polisi datang saja,'' timpal yang lain.

Jack memandang semua orang dan lanjut berkata, ''Saya bisa coba dulu. Kalau menunggu polisi, saya khawatir kalau kita tidak punya waktu.''

''Bener juga, ya sudah kalau Bapak mau nyoba.''

Setelah mendapat persetujuan dari semua orang, Jack berbalik menghadap pintu, ia menatap pintu sebentar, menyuruh beberapa orang mundur dan mengangkat kakinya, mendendang pintu dengan keras. Pintu itu terbuka dengan sekali tendangan dari Jack, bahkan panel pintu rusak olehnya. Orang-orang di sekitar tercengang melihat apa yang Jack lakukan, semua orang menatap Jack dengan kagum. Mereka tidak menyangka bahwa Jack bisa mendobrak pintu itu dengan sekali tendangan saja.

''Wah, pintunya terbuka!'' Semua orang berseru kagum.

''Saya akan masuk ke dalam Bersama dua orang untuk melihat situasi di sana,'' ujar Jack.

''Kalau gitu saya ikut ke dalam!''

''Saya juga!''

Dua orang menawarkan diri untuk ikut masuk Bersama Jack. Jack setuju, masuk ke dalam rumah besar itu dengan dua orang. Tidak sulit untuk mereka menemukan di mana kamar utama berada karena tata letak setiap rumah di perumahan itu hampir sama semuanya. Bahkan posisi kamar juga sama letaknya. Kedua orang yang mengikuti Jack tidak berani bersuara, bahkan mereka berjalan dengan pelan. Berusaha untuk tidak menimbulkan suara apa pun.

Setiap detik rasanya seperti berada di tengah syuting film horror, penuh dengan terror dan membuat jantung berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Deg.

Deg.

Deg.

Deg.

Entah suara detak jantung siapa, namun semua itu benar-benar membuat setiap orang waspada.

''GRRRR!''

''Pak itu suara ap-''

''Sst!'' Jack memotong kalimat yang akan di tanyakan orang di belakangnya. Ia menempelkan telunjuknya pada bibir, membuat isyarat untuk tidak bersuara pada mereka.

Keringat dingin mengalir deras pada kedua bapak-bapak itu.

Jack berjalan pelan menuju anak tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai di atasnya. Belum ada dua Langkah Jack naik ke atas, terdengar suara geraman keras di ikuti suara keras.

''GRRR!''

BUGH!

Suara benda yang jatuh dari lantai atas. Suara itu sontak membuat Jack dan kedua orang yang mengikuti Jack menoleh ke bawah, mereka di kagetkan dengan seseorang yang jatuh dari lantai dua.

''Pak ada yang jatuh!'' seru salah satu dari mereka. Pria setengah baya itu hendak melangkah menghampiri 'manusia' yang jatuh dan berlumuran darah.

Mata Jack menyipit, dengan cepat menarik pria setengah baya itu menjauh.

''Jangan di pegang!''

''Kenap-''

''Mayatnya bergerak!'' Pria lain menimpali.

Benar saja, saat Jack dan pria setengah baya itu menoleh, mayat yang berlumuran darah di lantai bergerak seolah meregangkan setiap sendi tubuhnya. Suara 'krek' terdengar nyaring hingga membuat bulu kuduk merinding. Apalagi dengan posisi aneh ayat itu seolah ia akan berjalan dengan posisi tubuh terbalik.

''Pak, ambilkan saya kursi!'' titah Jack.

Salah satu dari dua orang itu mengangguk, dengan cepat pergi arah dapur untuk mengambil kursi meja makan dan langsung memberikannya pada Jack.

''Ini, Pak!''

Jack mengambil kursi yang di serahkan.

''Aduh, Pak. Mendingan jangan di deketin. Serem banget soalnya-''

''GRRR!''

''AKH!'' Kedua bapak-bapak tadi menjerit secara bersamaan saat 'mayat' itu melompat kea rah mereka.

Jack yang memegang kursi langsung mengayunkan kursi di tangannya, membantingnya dengan tepat sasaran. 'Mayat' terbanting hingga menabrak tembok, darah berwarna kehitaman merembes keluar lebih banyak lagi. Ia terlihat mengejang sebelum akhirnya benar-benar tidak lagi bergerak.

Salah satu dari pria setengah baya itu gemetar ketakutan dan yang lainnya sudah tergletak pingsan di lantai.

''Bapak lebih baik keluar, bawa bapak ini juga. Saya akan ke lantai atas untuk melihat apakah ada yang selamat.'' Jack memberikan saran.

Pria yang masih terjaga lantas mengangguk setuju. Ia dengan susah payah menyeret tetangganya yang pingsan itu keluar dari rumah. Sepeninggal mereka, Jack menghela nafas dengan lega. Ia mendekati 'mayat' zombie yang tergletak begitu saja, lengannya terulur ke bawah dengan telapak tangan terbuka. Perlahan, salah satu pajangan yang terbuat dari benda logam mencair, mengalir mengelilingi telapak tangan Jack sebelum akhirnya membentuk sebuah pisau kecil tajam. Jack dengan cekatan menusuk dan membelah kepala zombie itu, mengeluarkan sebuah benda seperti kristal di dalamnya.

Mengambil sebuah kain,Jack mengelap telapak tangannya yang berlumuran darah menjijikan dari zombie itu. Setelah itu, ia mendongak, melihat ke lantai atas dan lansgung pergi kesalah satu kamar utama di sana. Tidak terlihat siapa pun di sepanjang Jack berjalan, bahkan di dalam kamar utama, ia tidak melihat siapa-siapa. Jack membuka kamar mandi untuk mengecek, melihat seorang perempuan setengah baya yang terbaring di lantai kamar mandi. Di saat Jack melihatnya, tidak ada satupun luka dan wanita itu masih bernafas dengan lancar

JACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang