BAB 11| PERJALANAN KE LUAR KOTA

1.9K 213 32
                                    

Tatapan ngeri Raya mengarah ke luar jendela. Bibirnya terbuka, tubuhnya kaku seketika melihat adegan yang sedang dia saksikan.

Pohon-pohon tumbang, rumah-rumah mewah runtuh, jalanan retak, dan mobil-mobil terbalik. Di antara itu, terjadi kekacauan di mana orang-orang berlari dan berteriak sambil menangis dan yang paling mengerkan adalah monster yang dia lihat di supermarket sekarang berlekiaran di mana-mana, mengejar orang-orang dan memakan mereka. Suara klakson terus-menerus terdengar dari orang-orang yang hendak melarikan diri dari perumahan ini.

''GAH!''

''AKH!'' Raya menjerit saat salah satu dari zombie itu menabrak kaca rumahnya, menggeram pada mereka yang berdiri di balik jendela. Wanita itu mundur karena kaget, hampir terhuyung jatuh jika saja Jack tidak memeluknya.

''GRRR.'' Zombie itu mengeluarkan suara geraman, kukunya yang berlumuran darah mencakar kaca, menatap Raya dengan mata busuk.

Pemandangan di luar rumah dan suasana di dalam rumahnya begitu berbanding terbalik, seperti dua dunia yang terpisahkan oleh seutas benang. Raya tidak tahu bagaimana bisa keadaan di luar menjadi sehancur ini. Apakah gempa tadi memang sekeras itu hingga jalana retak? Tapi kenapa dia tidak merasakannya.

''Perubahan rencana, kemasi beberapa barang penting. Kita pergi dari kota ini sekarang!'' titah Jack, dia mencoba menenangkan Raya. ''Jangan panik, Ay. Kita pergi dari sini.''

Andri bergegas pergi ke kamar yang dia tempati, mengambil sebuah pisau dan pistol di dalam laci. Lalu Kembali menemui Jack dan Raya.

''Kita pergi sekarang juga?'' tanya Andi.

Jack mengangguk sebagai jawaban, pria itu tampak terburu-buru, tidak menyangka jika akibat gempa akan seburuk ini. Terlebih lagi semuanya benar-benar berbeda dari kehidupan sebelumnya. Meski inu kota adalah tempat yang pertama runtuh, akan tetapi seharusnya masih ada waktu sekitar tiga bulan hingga tempat ini di penuhi dengan zombie. Tapi tampaknya sekarang tidak perlu menunggu tiba bulan karena bulan merah bahkan sudah terjadi semalam. Sekarang mereka harus bergegas keluar dari ibu kota sebelum kota lain di tutup.

''Dri, bawa Raya dan Ryan ke belakang. Ada pintu kecil di sana. Saya yang akan ngambil mobil di depan!'' titah Jack.

Ketika Jack hendak pergi Raya buru-buru mencekal lengannya. ''Jangan pergi ke sana, gimana kalau mereka nyerang kamu?'' Raya cemas hingga matanya memerah.

Jack menghela nafas, menggenggam ke dua tangan istrinya. Dia tidak lupa menyerahkan putranya pada Andri. ''Cuma sebentar, Ay. Nanti aku nyusul ke sana. Kalian tunggu di belakang dan jangan ke mana-mana.''

Raya menggelengkan kepalanya, tetap tidak mau Jack pergi. ''Ay, kamu harus percaya sama aku,'' ucap Jack sambil menyeka air mata di sudut mata Raya. Dia melepaskan Raya secara perlahan, lalu memberi isyarat pada Andri untuk membawa Raya pergi.

Ketika Andri membawa Raya dan Ryan sesuai arahannya, Jack pergi ke luar. Zombie yang merasakan keberadaan nafas manusia langsung mengendus, menoleh dengan tajam pada Jack. Satu Zombie berlari, hendak menerkam Jack saat sebuah Rantai melilit lehernya dan membantingnya ke tanah hingga kepala dan tubuh zombie itu terputus.

Jack menarik Kembali Rantai yang dia buat dari kekutan logamnya. Satu zombie mati, Zombie lain mendekat dengan tertatih-tatih, memamerkan giginya yang busuk pada Jack.

''GAH!''

''GRRR!''

Rantai di tangan Jack tiba-tiba mencair, berputar-putar pada jemari Jack, membentuk sebuah pedang dan memadat. Dia menebas tiga zombie yang mendekat hingga leher mereka terputus dan darah berwarna hitam tumpah di halaman rumahnya. Satu-persatu, Jack menghabisi zombie-zombie yang datang. Keringat membasahi dahinya, lidah pria itu terjulur, membasahi bibirnya yang kering.

Di saat seperti ini, Jack berpikir bahwa akan lebih baik jika dia setelah ini dia bisa mencium bibir istrinya hingga bibirnya menjadi lembab kembali. Setelah zombie di halaman rumahnya berhasil di bersihkan, Jack kembali berjalan, menuju mobilnya yang telah di modivikasi. Sebelum itu, langkah kakinya terhenti saat mendengar suara tangisan bayi yang berada tidak jauh darinya.

''Tolong, Pak! Tolong!'' Itu adalah suara seorang wanita muda yang menggendong seorang bayi dalam pelukannya. Wanita itu bersembunyi di balik sebuah mobil yang terguling dan berhimpitan, menatap Jack dan memberi isyarat meminta tolong.

Jack menghampirinya tanpa ragu. Wanita muda itu dengan berani keluar dari balik mobil.

''Tolong saya, saya takut sama monster-monster itu. Suami saya juga sudah berubah, dia ngebutuh anak pertama saya!'' Wanita mud aitu menangis dengan tubuh gemetar, memeluk anaknya dengan erat.

Melihatnya, Jack menoleh ke belakang, melihat rumahnya yang masih berdiri kokoh. ''Masuk ke dalam rumah saya, jangan ke luar sampe pemerintah kirim bantuan untuk menyelamatkan kamu.'' Setelah Jack mengatakan itu, orang-orang yang bersembunyi lainnya langsung keluar dari persembunyian mereka, memohon pada Jack.

Menghela nafas, Jack menyuruh semua orang untuk masuk ke rumahnya. ''Ada makanan di dalam, kalian harus pinter-pinter supaya makanan itu cukup buat kalian sampe bantuan datang,'' ujar Jack.

''Lalu kamu? Kenapa kamu engak bawa kita pergi?'' tanya seorang pria di antara kerumunan yang Jack selamatkan.

''Iya? Kenapa Bapak enggak sekalian bawa kita? Apa Bapak pengen selamat sendirian aja?!''

Medengar kata-kata seperti itu, orang-orang sontak menatap Jack. Kali ini bukan tatapan berterimakasih seperti tadi, melainkan tatapan heran, benci dan kesal.

''Dia pasti pengen selamat sendirian aja! Dia sengaja nyuruh kita tinggal di rumahnya supaya kita bisa jadi umpan!'' Seseorang memprovokasi.

Wajah Jack sehitam pantat panci, dia menatap tajam pada mereka semua. ''Kalau kalian enggak mau, silahkan keluar dari rumah saya!'' Jack membentak dengan keras.

Semua orang terdiam kaget mendengar bentakkan Jack.

''Kenapa? Enggak ada yang mau keluar?'' tanya Jack sambil mengangkat alisnya. ''Kalian bisa sembunyi di tempat sampe bantuan datang.''

Mereka tentu saja tidak ada yang mau keluar, siapa yang mau menemukan tempat baru untuk bersembunyi, jelas semua rumah di perumahan ini sudah runtuh karena gempa.

Jack lalu pergi tanpa menoleh ke belakang, kembli berjalan menuju mobilnya. Sebenarnya bisa saja Jack membawa mereka semua untuk pergi, akan tetapi setelah hidup selama dua kehidupan dan mengalami berbagai penghianatan dari sifat serakah manusia, dia tidak lagi berniat untuk menjadi sebaik dulu. Setidaknya pada mereka yang sama sekali tidak memberikan keuntungan padanya.

Masuk ke dalam mobil, dia mengemudikan mobilnya menuju belakang rumah.

''Mas!'' seru Raya saat melihat mobil yang dikendarai Jack datang. Wanita itu melambaikan tangannya pada Jack dengan penuh semangat.

Suasana hati Jack kembali membaik saat melihat sang istri. ''Ayo naik!''

Andri duduk di samping Jack sedangkan Raya bersama putranya duduk di kursi belakang. Jack melajukan mobilnya, keluar dari kawasan perumahan. Raya menatap jendela di sepanjang jalan, banyak zombie-zombie berkeliaran. Beberapa dari mereka bahkan tampak sedang memakan jasad dari seseorang yang terjepit reruntuhan rumah.

Singkatnya, ada darah di mana-mana.

JACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang