''Bulan merah,'' ucap Jack sambil menatap langit malam.
Bulan di atas sana berwarna merah darah, warna merahnya menyebar membuat hujan yang turun dari langit ikut terlihat berwarna merah. Petir menyambar lagi dan lagi, hampir mengaburkan pandangan Jack dari balik jendela.
Di kehidupan sebelumnya, Jack ingat bahwa setelah hujan merah ini, para zombie yang awalnya lemah tiba-tiba berevolusi menjadi kuat, orang-orang yang masih sakit karena terserang virus berevolusi ketika bulan merah muncul. Saat itu rumah sakit-rumah sakit menjadi sangat kacau, tentara-tentara yang dikirim untuk mengamankan rumah sakit hampir tidak bisa keluar dengan aman.
Hewan dan bahkan tumbuhan juga berevolusi, bisa di bilang semua makhluk hidup di bumi ini menjadi musuh manusia. Sejak itu zombie di kelompokan sesuai levelnya, zombie level satu adalah yang terlemah, zombie level empat dan seterusnya adalah zombie yang bahkan tidak mati ketika di tembakkan senjata kecuali tubuh mereka di tembak hingga hancur.
Yang paling tinggi adalah zombie level sepuluh, Jack ingat bahwa dulu dia hampir mati setelah bertarung dengan tiga zombie level sepuluh yang membahayakan pangkalan. Pada akhirnya, bukan zombie yang Jack waspadai yang membuatnya mati, melainkan kekasihnya sendiri.
''Ayo lihat berita!'' ajak Jack, dia harus memanfaatkan segala informasi dari luar selagi sinyal masih ada dan berita masih bisa disiarkan di tv. Karena di kehidupan sebelumnya, setelah bulan merah ini, sinyal akan benar-benar menghilang.
Jack Kembali menutup gorden jendela, pikirannya resah karena apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya terjadi lebih awal di kehidupan ini. Semua ingatan dan pengalaman Jack tampaknya menjadi kacau, dia mulai ragu apakah kelahiran kembalinya membuat efek kupu-kupu.
**
''Pukul satu dini hari, terjadi keributan di berbagai rumah sakit penjuru negeri yang menampung banyak pasien yang terjangkit virus baru. Seperti yang kita tahu bahwa beberapa bulan lalu muncul sebuah virus baru, yang membuat beberapa penderitanya mengalami kulit yang mengering, batuk darah dan pembusukan di beberapa area tubuhnya. Pukul satu dini hari tadi tiba-tiba saja pasien terjangkit virus yang di tempatkan di bangsal khusus terjadi keributan. Mereka mengamuk dan melukai para petugas medis yang mencoba menenangkan mereka. Sampai saat ini, tercatat banyak korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Bahkan ada sebuah rekaman amatir yang memperlihatkan aksi sadis yang dilakukan mereka-''
Jack menutup saluran tvnya. Pria itu menghela nafas berat, dia ragu apakah harus ikut campur tangan dalam menangani hal tersebut.
''Mereka harusnya menutup semua rumah sakit itu, tapi kayaknya pemerintah masih belum menyadari keseriusan masalah ini dan masih menganggap bahwa virus ini adalah virus biasa dan bisa di sembuhkan,'' ujar Andri sambil mengetukkan putung rokoknya pada sebuah asbak kecil di meja kaca.
''Ya, karena pemerintah pastinya masih mencari keuntungan dari virus-virus ini,'' balas Jack. Dia ingat jika di kehidupan sebelumnya ibu kota adalah tempat yang pertama kali runtuh karena pemerintah yang tidak sigap dalam menangani pandemi. Pada akhirnya pihak militer yang akan mengambil alih kota, membuat pangkalan untuk manusia-manusia yang selamat.
''Apa yang harus kita lakuin setelah ini?'' tanya Andri, dia bersedia mengikuti Jack karena melihat pria itu yang seolah tahu apa yang akan terjadi ke depannya.
''Keluar dari kota, tapi enggak sekarang karena bulan merah akan berlangsung tiga hari penuh. Kita enggak boleh keluar selama itu,'' jawab Jack, dia bangkit berdiri, melihat jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi, Jack berniat kembali ke kamarnya. ''Gunain waktu tiga hari ini untuk istirahat, karena setelah itu hari-hari kita enggak bakalan mudah.''
Andri mengangguk mengerti.
Jack Kembali ke kamarnya, melihat tempat tidur yang kosong tanpa adanya Raya yang berbaring di sana, jantung Jack berdetak dengan sangat cepat. Mengingat bahwa semua hal yang di kehidupan ini yang terjadi lebih awal dari kehidupan sebelumnya, Jack merasa panik tanpa sadar.
''Ay, kamu di mana?'' Jack sedikit mengeraskan suaranya agar Raya dapat mendengar.
Ketika Jack hendak ke kamar mandi, dia melihat Raya yang baru saja keluar dari sana.
''Kenapa, Mas?'' tanya Raya dengan ekspresi bingung.
Rambut wanita itu masih basah dengan handuk yang melilit tubuhnya. Jack yang melihat Raya langsung menghela nafas lega, dia berjalan maju, memeluk tubuh wanita itu.
''Aku takut kamu pergi,'' gumam Jack saat memeluk istrinya. Dia menghirup aoma yang menguar dari tubuh Raya, seolah dengan itu kepanikan di hatinya akan sedikit mereda.
''Pergi ke mana, kamu pikir kamu masih mau pergi ke luar setelah kejadian kemarin?'' Raya mencoba mendorong Jack untuk pergi, handuk di tubuhnya hampir terlepas. ''Mas, lepasin dulu. Aku mau pake baju!'' pinta Raya pada Jack.
Jack menggelengkan kepala, mengangkat kepalanya dan membuat wajahnya dan wajah Raya saling berhadapan. Tanpa ragu, Jack mendekatkan bibir mereka, meraup bibir Raya dengan rakus. Pria itu menjilat dan menghisap, lidahnya dengan cekatan membelit lidah milik raya, membuat suara decapan yang memenuhi kamar.
''Enggh, Mas-Hum.'' Raya mengerang, dia berusaha lepas dari ciuman Jack.
Salah satu tangan Jack menarik handuk Raya hingga handuk itu jatuh ke lantai. Jack menghimpit tubuh bugil istrinya langsung ke dinding. Ciuman Jack jatuh pada leher Raya, menyesap kulit wanita itu hingga meninggalkan sebuah tanda merah. Dari tulang selangka hingga turun ke dada, Jack mengecup pucuk ke dua bukit kembar itu.
''Mas-''
Guncangan keras tiba-tiba terjadi, mengagetkan pasangan suami-istri yang hampir melakukan hal intim itu. Raya yang terkejut hampir terjatuh karena kerasnya guncangan, Jack dengan sigap menahan tubuhnya, memeluk tubuh telanjang istrinya.
''Gempa,'' ucap Jack.
''Ryan, Mas!''
Raya dengan panik ingin berjalan ke tempat tidur Ryan dan mengambil anak itu. Jack menghentikannya, dia membawa Raya mengambil Ryan, lalu berlari ke kamar mandi. Guncangan terus terjadi, membuat lantai bergoyang begitu keras.
Jack menyentuh tembok kamar mandi rumahnya, dengan cepat sebuah es menutupi tembok, lalu menyebar hingga langit-langit kamar mandi. Dalam sekejap, sebuah es tebal melingkupi rumah mereka, menahan rumah berlantai dua itu agar tidak runtuh.
''Mas ayo keluar dari sini!'' Raya panik, dia bahkan tidak memperhatikan apa yang baru saja Jack lakukan.
''Tenang, ganti baju dulu!'' titah Jack. Dia mengeluarkan sebuah pakaian dari ruangnya, memberikan pada Raya.
Karena terlalu takut dan panik, Raya tidak peduli dari mana asalnya pakaian itu. Dia mengenakan pakaian sambil berpegangan pada Jack agar tidak jatuh karena gempa.
Selesai berpakaian, gempa juga berhenti, Jack membawa anak serta istrinya keluar dari kamar mandi. Dia menggerakkan tangannya, es yang melapisi rumah langsung mencair dan menguap.
''Ayo turun, takutnya ada gempa susulan!'' Jack membawa mereka turun dari lantai dua.
Di lantai bawah, Andri yang juga merasakan gempa sedang berdiri menghadap jendela, ketika dia mendengar suara langkah kaki, dia berbalik, melihat Jack serta istri dan anaknya yang menghampiri.
''Mas Andri lagi ngapain? Tadi ngerasain gempa gak?'' tanya Raya, bingung mengapa Andri tampak berdiri mematung.
''Di luar-'' Andri menyingkir, membiarkan Raya dan Jack melihat apa yang dia lihat dari balik jendela.
Mata Raya membulat, menutup mulutnya dengan syok.
''Ke-kenapa bisa?''
**
Jack: Mau ekhem-ekhem, pun, alam tak merestui:,<
KAMU SEDANG MEMBACA
JACK
RandomDi kehidupan sebelumnya, demi seorang wanita, Jack meninggalkan istri dan anak-anaknya di dunia yang sudah tak lagi sama. Mayat busuk, orang-orang serakah dan zombie. Siapa yang tau ternyata wanita itu hanya memanfaatkan kekuatannya? Bertahun-tahun...