BAB 09| BULAN MERAH

1.8K 194 29
                                    


''Jangan takut, aku di sini.'' Jack terus menenangkan Raya yang masih terisak ketakutan dalam pelukannya.

Di kehidupan sebelumnya, ketika Jack meninggalkan Raya dan Ryan, dia ingat bahwa saat itu Raya juga menangis, menyuruhnya untuk segera datang Kembali dan menjemput mereka. Jack mengatakan bahwa dia dan tim akan berpatroli sebentar di wilayah itu, namun sampai malam menjelang, Jack tidak pernah Kembali lagi ke sana.

Saat itu Jack Kembali ke pangkalan, menikmati senyum cerah Novelyn yang sedang dalam suasana hati yang baik karena berhasil menyingkirkan Raya dari mereka. Jack juga senang saat itu, sama sekali tidak pernah berpikir bagaimana nasib anak dan istrinya di sana.

Tangis Raya mereda beberapa saat kemudian. Ketika dia telah tenang, Raya baru menyadari bahwa ada satu orang lagi yang datang selain Jack. Itu adalah seorang pria yang tidak Raya kenal, berdiri di belakang Jack sambil melihat ke sekeliling dengan tatapan ngeri.

''Udah tenang?'' tanya Jack sambil mengusap pipi Raya yang berlumuran air mata dengan satu tangan.

Raya menganggukkan kepalanya, agak malu saat pria di belakang Jack juga menatapnya. Jack yang menyadari tatapan Raya lalu melepaskan pelukannya, memperkenalkan Andi pada sang istri. ''Ini Andri, Aku datang ke sini bareng sama dia.''

Andri mengangguk sopan, yang Raya balas dengan anggukkan juga.

''Ayo pergi dari sini, kita pulang!'' ajak Jack, hendak membawa Raya pergi saat seorang wanita tiba-tiba berlari, hendak menerkam Jack namun pria itu berhasil menghindarinya.

''Tolong, tolong bawa saya juga!'' Wanita itu menangis ketakutan, menatap Jack dengan mata penuh harap.

Raya ingat siapa wanita itu. Dia adalah wanita muda yang terus muntah dan menyuruhnya keluar dari gudang. Setelah wanita itu, lima orang lainnya yang berada di dalam gudang berlari keluar menghampiri mereka.

''Sebaiknya kita keluar bareng-bareng, supaya kalau ada monster kanibal itu lagi, kita bisa kerja sama untuk saling melindungi.'' Pria yang memakai kacamata yang pertama melangkah maju mendekati Jack. Pria itu berkata pada Jack seolah sedang membuat penawaran.

''Apa kamu udah nelepon polisi? Kenapa kamu bawa senjata?'' tanya wanita yang bersama suaminya. Matanya menatap Raya dengan penuh kebencian.

Kening Jack bertaut, ekspresinya jelek menatap semua orang yang tiba-tiba datang. Melihat istrinya yang tadi berada di luar hampir di serang oleh zombie, dia menebak apa yang terjadi. ''Ayo!'' Jack menghiraukan mereka, menarik lengan Raya pergi.

''Mau pergi ke mana kamu?! Kalau kamu pergi, serahkan pistol di tangan kamu atau saya akan melapor polisi dan mengatakan kalau kamu melakukan pembunuhan pada orang tadi!'' Pria tambun itu mengancam Jack.

Langkah kaki Jack terhenti, dia menoleh dengan pelan. ''Orang? Kalau makhluk tadi memang 'manusia', kalian enggak mungkin sembunyi di sana.'' Setelah mengatakan itu Jack membawa Raya pergi.

Raya di bawa masuk ke dalam mobil oleh Jack. ''Mereka gimana, Mas?'' tanya Raya dengan raut wajah khawatir ketika menoleh pada orang-orang yang masih berada di supermarket.

''Jangan ngurusin mereka,'' ujar Jack.

Jack, Raya dan Ryan duduk di kursi belakang sedangkan Andri duduk di kursi depan, mengemudikan mobil Kembali ke kediaman Jack.

''Kenapa sepi banget?'' tanya Raya melihat perumahan yang sepi, padahal beberapa jam lalu sebelum dia memutuskan untuk pergi ke supermarket di luar masih banyak orang berlalu-lalang.

''Semua orang enggak berani keluar, ada siaran di tv juga yang nyuruh masyarakat buat tetep di rumah dan kunci pintu.'' Andri yang menjawab pertanyaan Raya.

Raya melihat tiga orang di dekat rumahnya, namun 'orang' itu berperilaku sangat aneh, mencakar-cakar pintu rumah orang lain dan dua 'orang' lainnya tampak sedang mengerumuni sesuatu yang tergeletak di depan rumah seseorang. Lama menatap, dia melihat sebuah kepala menggelinding di kejauhan.

''Jangan liat.'' Jack mengulurkan tangan, menakup wajah Raya, membuatnya berpaling.

Raya menatap Jack dengan syok. ''Me-mereka itu apa?'' tanya Raya dengan nada tergagap.

Jack tidak menjawab, ketika mereka tiba di rumah, Jack hendak turun membuka pintu mobil saat Raya menahan tangannya. ''Jangan turun di sini!'' cegah Raya.

''Aku mau nutup gerbang dulu, sebentar aja.'' Jack mengusap pipi istrinya, lalu keluar dari mobil.

Andri melajukan mobilnya lagi, tepat di depan rumah, baru dia berhenti. ''Ayo masuk, Mbak. Enggak aman di luar!''

Membawa Ryan keluar dari mobil, Raya menatap Jack yang sudah selesai menutup gerbang rumah dan sedang berjalan kearah mereka. ''Sebentar,'' ujar Raya, dia ingin menunggu Jack datang.

Jack tiba sesaat kemudian, dia langsung mengajak Raya masuk. Dia mengatur kamar untuk Andri tinggali, lalu bersama dengan istri dan anaknya, Jack pergi ke kamar mereka. Raya membawa Ryan untuk membersihkan diri, si kecil yang tertidur itu tidak terbangun saat Raya memakaikannya pakaian.

''Mas, mereka itu apa? Apa bener mereka kanibal?'' Raya mengulangi pertanyaannya saat di mobil tadi ketika mereka tengah berbaring di atas tempat tidur.

''Kamu inget sama virus yang di beritakan di tv, Ay?'' tanya Jack.

Mengangguk, Raya mengingatnya. Dikatakan bahwa virus itu tersebar hampir ke seluruh dunia tanpa terkecuali. ''Aku inget.''

''Mereka orang-orang yang terpapar virus itu, zombie,'' ucap Jack.

''Zombie? Bukannya mereka Cuma ada di film aja?'' Raya tiba-tiba bangkit, menatap Jack dengan tatapan tidak percaya.

''Mereka ada di dunia nyata sekarang, bukan cuma di film-film. Aku melarang kamu pergi keluar karena aku takut terjadi sesuatu sama kamu, kaya apa yang terjadi di supermarket tadi,'' ujar Jack dengan sedikit kesal.

''Maaf, aku tau aku salah. Seharusnya aku nurut apa kata kamu.'' Raya menundukkan kepalanya dengan sedih.

Melihat raut wajah Raya, tenggorokan Jack terasa tercekik, tiba-tiba teringat jika di kehidupan sebelumnya Raya selalu membuat ekspresi sedih sejak wanita itu tahu bahwa dia bersama Novelyn. Jack tidak pernah melihat Raya tersenyum lagi sejak saat itu.

DI luar hujan turun dengan derasnya, suara petir terus menggema membuat jendela kaca bergetar dan silau.

Tok tok tok.

Suara ketukan di pintu terdengar saat Raya sudah tertidur dengan pulas. Jack turun dari tempat tidur, dia membuka pintu, melihat Andri yang berdiri di depan pintu kamarnya.

''Ada apa?'' tanya Jack.

''Bukan di luar aneh, hujannya juga aneh,'' jawab Andri.

Kening Jack berkerut, dia turun ke lantai bawah bersama dengan Andri. Keduanya berdiri berdampingan di depan jendela, Jack membuka sedikit gorden kaca, melihat bulan berwarna merah darah di atas sana.

Jantung Jack berdetak dengan sangat cepat.

Bulan merah dan hujan. Bukankah bulan merah muncul tiga bulan setelah virus zombie menyebar? Tapi mengapa sekarang muncul sangat awal?

 Bukankah bulan merah muncul tiga bulan setelah virus zombie menyebar? Tapi mengapa sekarang muncul sangat awal?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang