Bab 17. INGATAN MASALALU

1.2K 207 33
                                    


Kepala Jack terasa berat, tubuhnya terasa melayang di udara. Ketika kelompok matanya terbuka, hanya kegelapan yang dia lihat sejauh mata memandang. Hingga akhirnya secara perlahan seberkas cahaya masuk, membuat matanya mengerejap.

"Mas, aku enggak mau dia terus ada diantara kita."

Suara familiar namun asing terdengar di telinga Jack. Kening Jack bertaut, ketika matanya benar-benar pulih, dia melihat wanita yang sangat dia benci, wanita yang sebelumnya dia cintai namun ternyata hanya memanfaatkan kekuatannya.

Novelyn.

"Kamu enggak ngerti, Nov. Dia istriku."

Jack tiba-tiba berbalik ketika mendengar suara itu, dia melihat dirinya sendiri sedang berdiri berhadapan dengan Novelyn. Jack terkejut ketika menyadari bahwa yang ada di depannya sekarang adalah adegan dirinya dan Novelyn di kehidupan sebelumnya.

"Justru itu!" Mata Novelyn berkaca-kaca sambil menatap Jack. "Aku enggak mau terus berada di bawah bayang-bayang istri dan anak kamu. Setiap kali aku liat kamu sama dia, hati aku sakit, Mas! Sakit!"

Rasa benci membuncah di hati Jack, telapak tangannya terkepal dengan erat. Jack melihat dirinya sendiri menghela nafas, rasa bersalah tampak sangat kentara di wajahnya.

"Sial! Jangan bego! Sadar! Lo enggak boleh ngelakuin itu sama Raya-" Entah seberapa keras Jack berteriak, namun dirinya tidak bisa mendengarkan sama sekali.

Sebaliknya, 'Jack' yang lain mengulurkan tangannya, memegang pipi Novelyn dan berkata, "Jangan khawatir, biar aku urus mereka."

Dada Jack berdebar, membenci dirinya sendiri di masalalu. Dia benci mengapa di kehidupan sebelumnya dia harus melakukan itu pada Raya dan putranya hanya demi Novelyn.

Novelyn tersenyum dan mengangguk.
'Jack' menatapnya dengan tatapan penuh cinta.

Pandangan Jack kembali gelap, tubuhnya terasa tersedot ke dalam sebuah lubang hitam. Ketika dia membuka matanya kembali, Jack melihat dirinya berada di sebuah rumah yang penuh dengan bercak darah, bersama beberapa orang rekan setimnya di kehidupan sebelumnya.

"Jangan tinggalin aku, Mas. Aku takut."

Kali ini Jack melihat Raya, berdiri di depan 'Jack' dan beberapa pria di belakang Jack.

"Ay, kamu harus nunggu di sini, aku cuma bisa bawa kamu sampe sini karena perjalanan berikutnya akan sangat berbahaya."

Deg.

Jantung Jack tiba-tiba berdetak kencang, rasa nyeri menyebar di dadanya. Jack ingat, dia ingat bahwa adegan di depannya adalah adegan di mana dia meninggalkan Raya setelah Novelyn mengatakan jika wanita itu tidak ingin hidup dalam bayang-bayang istrinya. Jack ingat bahwa saat itu dia memutuskan untuk membawa Raya keluar dari pangkalan dengan alasan mengumpulkan persediaan, lalu meninggalkan Raya di bekas perumahan yang memiliki sedikit zombie.

Raya tampak menunduk, mengigit bibir bawahnya, menahan air mata yang menggenang."Aku janji enggak akan merepotkan kamu lagi, aku enggak akan protes tentang hubungan kamu dan Novelyn-"

Hati Jack sakit, dia ingin memukul dirinya sendiri, memaki dengan kata-kata paling kasar, namun, Jack tahu bahwa dia tidak bisa. Semua yang dia lihat sekarang adalah masalalu yang telah tertinggal di belakang.

"RAYA!" 'Jack' membentak dengan keras. "Kamu enggak denger apa yang aku bilang? Dan, jangan bawa-bawa Novelyn, semua ini enggak ada hubungannya sama dia."

Tubuh Raya gemetar, menatap 'Jack' dengan tatapan getir. Bertahun-tahun dia mengikuti 'Jack' dan timnya berkeliling mencari tempat aman. Dia mungkin kalah dari Novelyn dari segala hal. Fisik, kekuatan, dan kecerdasan. Tapi dia bukan orang bodoh. Raya tahu jika saat ini 'Jack' berniat meninggalkannya.

"... Kalau gitu, tolong bawa Rayn. Dia masih kecil, Mas-"

"Raya, aku enggak punya waktu untuk mengurus Rayn."

"DIA ANAK KAMU!" Nada suara Raya tiba-tiba berubah histeris. Tubuhnya gemetar menerima kenyataan bahwa 'Jack' bahkan tidak ingin membawa anak mereka. "Mas, aku mohon! Tolong bawa Rayn. Aku mohon, Mas!"

Wanita itu berlutut di kaki 'Jack', ke dua tangannya terkepal, menahan diri untuk tidak menangis histeris.

"Aku enggak bisa." Suara acuh tak acuh 'Jack' tiba-tiba terdengar lagi. "Aku tinggalin beberapa persediaan buat kamu. Jaga diri kamu, nanti aku balik lagi untuk jemput kamu dan Rayn."

Setelah itu Jack berbalik pergi bersama rekan satu timnya yang bahkan tidak pernah menatap Raya dengan tatapan simpati. Bagi mereka, itu adalah hal yang benar bos lakukan. Bukankah ada Novelyn? Lebih baik membuang beban yang selama ini mengikat bos mereka.

"Sialan!" Jack marah saat melihat dirinya sendiri yang meninggalkan Raya begitu saja. Dia menangis, meratapi semua kebodohan yang telah dia lakukan.

Ketika Jack ingin mendekati Raya, tubuhnya seperti terkurung di sebuah bilik kaca sempit yang membuat dirinya tidak bisa ke mana-mana. "Maafin, aku, Ay. Maafin, aku!"

Raya yang masih bersimpuh tiba-tiba berdiri, berbalik masuk ke dalam rumah. Baru saat itulah Jack bisa mengikuti.

Tubuh Raya tampak terpaku, matanya menatap lurus pada dua karung beras yang Jack. tinggalkan. Selain beras, ada beberapa persediaan makanan lainnya di sana. Sudah jelas Jack memang berniat meninggalkannya. Raya berjalan selangkah demi selangkah, dengan nanar menatap putranya- Rayn, yang sedang tertidur di atas kasur lapuk.

"Maafin, Mamah. Maafin, Mamah, Sayang." Raya kembali terisak, air mata terus membasahi pipinya. Rasanya sakit menatap wajah damai sang putra yang tertidur, mengingat bahwa mungkin saat ini kehidupan mereka akan lebih buruk dari sebelumnya.

Suara tangisan Raya seperti pisau yang menyayat hati Jack sedikit demi sedikit. Jack terengah-engah sambil memegangi kepalanya. Pandangannya tiba-tiba kabur, dan menggelap secara perlahan.

Ketika dia terbangun, Jack melihat matahari bersinar dengan sangat terik, tepat di atas kepalanya.

"Sayang... " Suara Jack serak, dia terbatuk beberapa kali sebelum akhirnya sadar sepenuhnya.

Ketika Jack bangun, dia baru menyadari bahwa dirinya sedang berbaring di atas tumpukan mayat Zombie yang sudah dipenuhi belatung. Jack ingat bahwa sebelum dia pingsan, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya.

Bangkit berdiri, Jack membuka pakaian yang dia kenakan. Mengambil air dari ruangnya, menyiramkannya langsung pada tubuh kekarnya yang kotor. Jack juga tidak lupa membasuh lengannya yang digigit oleh Zombie.

Pria itu melihat ke sekeliling, tidak tahu berapa lama dia tidak sadarkan diri, akan tetapi Jack tahu bahwa itu tidak sebentar.

Matahari bersinar sangat terik, panasnya bahkan bisa melelehkan sebuah plastik yang tergeletak di atas aspal jalan. Dengan langkah kaki gontai, Jack berjalan mendekati pagar yang terbuat dari kawat besi. Lengan Jack terulur, memegang kawat besi itu dengan telapak tangannya.

Sebuah asap muncul di antara tangan Jack. Kawat besi yang dia pegang meleleh menjadi cairan yang jatuh di atas aspal. Setelah membuat lubang yang cukup besar, dia berjalan masuk ke dalam. Melihat suasana sepi yang mencekam.

To be continued.

Perasaan baru kemaren up, sekarang dah up lagi aja🤣

JACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang